Halaman

Liat Siapa مزكي احمد

Kamis, 03 Oktober 2013

Dakwah Kontemporer


BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Di era yang serba modern saat ini banyak sekali keberagaman fasilitas kemudahan yang telah didapatkan. Seperti halnya saja banyak alat-alat modern (tekhnologi dan informasi) yang membantu mempermudah kinerja atau aktifitas individu manusia maupun kelompok. Hp, televisi, laptop/computer, internet, motor dan masih banyak sekali aneka ragam alat elektronik modern yang itu merupakan hasil produksi dari luar Indonesia.
Seiring masuknya berbagai alat kemudahan yang telah masuk, banyak juga problem-problem atau efek negatif yang juga akan berpengaruh pada seluruh kegiatan manusia. Pengaruh yang akan berefek negatif adalah pengaruh kepada agama, budaya lokal, sosial, dsb.
Jika dihubungkan dengan Islam agar tetap menjaga segala nilai-nilai yang telah diterapkan islam di awal dan mengatasi atau menyeimbangkan dengan tekhnologi masa kini. Islam sangat perlu dan harus berdakwah dengan metode-metode yang halus dengan pendekatan psikologis yang di miliki Islam sendiri.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.        Apa pengertian dari dakwah kontemporer?
2.        Bagaimana problematika dakwah pada masa kini?
3.        Apa saja metode yang digunakan dalam dakwah kontemporer?
C.       TUJUAN PEMBAHASAN
1.        Mengetahui pengertian dakwah kontemporer.
2.        Mengetahui problematika dakwah pada masa kini.
3.        Mengetahui metode yang digunakan dalam dakwah kontemporer.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dakwah Kontemporer
Dakwah kontemporer adalah Dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang. Dakwah kontemporer ini sangat cocok apabila dilakukan di lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan menengah ke atas.[1]
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini.[2]
Al-Qur’an yang selama ini banyak disampaikan dengan cara tradisional, maka harus segera dirubah cara penyampaiannya, yaitu dengan cara modern dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan tuntutan zaman. Al-Qur’an sudah saatnya harus disampaikan dengan menggunakan metode cepat dan tepat, yaitu dengan cara menggunakan fasilitas komputer.
Munculnya teknologi di bidang komputer ini sebenarnya sangat membantu bagi para da’i dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Qur’an dengan metode tematik. Walaupun kita sadari bahwa para da’i kita banyak yang tidak bisa meng-operasionalkan komputer dengan baik, sehingga banyak para da’i kita yang tidak mampu untuk membuka Holy Qur’anyang lagi berkembang dewasa ini.
Munculnya Holy Qur’anHoly Hadits dan beberapa CD kitab kutubut-turast  merupakan kemajuan yang luar biasa bagi umat Islam umumnya dan para da’i pada khususnya untuk segera direalisasikan kepada pada umat yang selama ini dalam menggali Al-Qur’an itu dengan metode tradisional. Dakwah yang menggunakan fasilitas mimbar hanya akan didengar sebatas yang hadir pada acara tersebut. Lain halnya dengan dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi elektronik seperti TV, internet dan teknologi modern lainnya, pasti akan lebih banyak manfaatnya.[3]
Dari dua perbandingan di atas, maka dakwah kontemporer yang memanfaatkan teknologi modern lebih banyak manfaatnya dari pada dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya masing – masing daerah.
Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi masyarakat modern ini adalah materi kajian yang bersifat tematik. Artinya Islam harus di kaji dengan cara mengambil tema – tema tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti nikah misyar, atau nikah yang didalamnya terdapat persyaratan dari pihak zaujah untuk tidak dinafkahi. Sedangkan fasilitas yang tepat adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik. Kenapa demikian ? Karena dengan menggunakan media cetak dan elektronik hasilnya akan lebih banyak serta jangkauannya lebih luas.[4]
B.     Problematika Dakwah Masa Kini
Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi – lokasi yang didiami para da’i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa dimata Allah.[5]
Dengan demikian, sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT.. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi adalah tokoh – tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna.
Dibanding mereka, kita memang belum apa – apa. Akan tetapi sebagai da’i dan muballigh, kita wajib bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan para rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam menggerakkan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.[6]
Problem dakwah masa kini yang kita hadapi adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat eksternal maupun internal.[7]
1.         Problem Eksternal
Problem eksternal dakwah untuk masyarakat modern seperti di kota kota yang maju sangatlah banyak sekali. Diantaranya:
a.         Maraknya kemaksiatan
Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku masyarakat kota dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan – kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat – alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keeping – keeping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat – tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu. Problem sepertiini lebih dulu masuk pada masyarakat kota.[8]
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu.
Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas. Ledakan – ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
b.        Kecerdasan masyarakat kota
Kecerdasan masyarakat kota juga sebuah problem bagi seorang dai. Karena Kecerdasan masyarakat kota ini lebih mengedepankan aspek logika dari pada keimanan semata. Disisi lain, dipungkiri atau tidak, tingkat pendidikan sekolah masyarakat modern rata-rata pernah mengenyam bangku SMA bahkan lebih tinggi. Padahal pada taraf-taraf tertentu agama tidaklah bisa ditimbang 100% dengan logika. Seperti konsep tasawuf yang lebih sering jauh dengan akal. Oleh sebab itu, seorang dai harus lebih pintar mengemas bahasa dalam menyampaikan materi-materi dakwah agar lebih masuk akal dan mengena kapada Kecerdasan masyarakat kota.[9]
c.         Keanekaragaman faham agama masyarakat kota
Keanekaragaman masyarakat kota disebabkan sebagian besar  penduduknya dating dari berbagi daerah. Halini mengakibatkan keanekaragaman faham agama masyarakat kota. Seperti faham Nahdlotul Ulama', faham Ahmadiyah, LDII, Persis dan lain sebagainya. Hal ini juga sangat menguras pikiran bagi seorang dai untuk mengemas dan menyampaikan materi dakwahnya.[10]
2.         Problem Internal
Kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah – langkah dakwah kita semakin tumpul  tak berdaya. Bertolak dari factor – factor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut – larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu.[11] Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais, MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima Pekerjaan Rumah yang perlu di selesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif:[12]
1.      Pertamaperlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru – juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu – ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
2.      Keduasetiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas – tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah – masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
3.      Ketigaproses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-halbil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik) biliqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
4.      Keempatmedia massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang  juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan – pesan agama lain dan sepi dari pesan – pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
5.      Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak – anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai – nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak – anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria. Menyimak uraian – uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini.[13]
Oleh sebab itu semuanya harus dimanage kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga – tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam penggunaanya.
C.    Aplikasi Metode Dakwah Kontemporer
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip – prinsip metode dakwah teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini, namun jika mencermati firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nahl 16:125:[14]
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya: “Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125].
Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama terhadap tiga Prinsip metode tersebut antara lain:[15]
1.                  Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
2.                  Metode mau’izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
3.                  Metode mujadalah dengan sebaik – baiknya berdakwah.[16]
Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya' Ulumuddin menegaskan agar orang – orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong – menolong dalam mencapai kebenaran.[17] Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda: “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu;
1.                  Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2.                  Metode dakwah dengan lisan [bil-lisan], maksudnya dengan kata – kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan kata – kata yang keras dan menyakitkan hati.
3.                  Metode dakwah dengan hati [bil-qolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.. Selain dari metode tersebut,
4.                  Metode bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW. Hanya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari – hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari – hari.
Keempat metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu:
1.                  Pendekatan Personal; Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual. Antara da’i dan mad’ulangsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima.
Pendekatan Pendidikan; Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini,kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga – lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
2.                  Pendekatan Diskusi; Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewatberbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
3.                  Pendekatan Penawaran; Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
4.                  Pendekatan Misi; Maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman para da’i ke daerah – daerah di luar tempat domisisli.[18]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi – lokasi yang didiami para da’i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah.
Dengan demikian, sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT.. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi adalah tokoh – tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna.
Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan, dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan – perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat. Mudah – mudahan Allah SWT. senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah.
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat,tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah, merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah, dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini.




DAFTAR PUSTAKA

al-Ghozali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ikhya' Ulumuddin. Libanon: Dar Al-Kutub Ilmiyah. 2006.
Fatah, Rohadi Abdul. Manajemen Dakwah Di Era Global. Jakarta: CV. Fauzan Inti Kreasi. 2004.
Anas, Ahmad. Paradigma Dakwah KontemporerWaliSongo Press IAIN. Semarang. 2006.
Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2000.
http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-metode-dakwah-solusi-untuk-menghadapi-problematika-dakwah-masa-kini-kontemporer/, di akses 06-05-2013 pukul 13:40 wib
http://alumnifiad.youneed.us/t44-dakwah-kontemporer
Wahid, Fathul. e-Dakwah: Dakwah melalui Internet. Yogyakarta: Gava Media. 2004.
Basit, AbdulWacana Dakwah Kontemporer. Purwokerto: Stainpress. 2006.
Khasanah, Siti Uswatun. Berdakwah Dengan Jalan Debat: antara muslim dan non muslim. Purwokerto: Stainpress. 2007.



[1] http://alumnifiad.youneed.us/t44-dakwah-kontemporer. di akses 06-05-2013 pukul 13:40 WIB.
[2] Fathul Wahid,  Dakwah melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), hlm:124
[3] Ibid.,,,  hlm:124
[4] Fathul Wahid,  Dakwah melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), hlm:56-58
[5] Rohadi Abdul Fatah, Manajemen Dakwah Di Era Global, (Jakarta: CV. Fauzan Inti Kreasi, 2004), hlm: 14.
[6] Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (Semarang: WaliSongo Press IAIN, 2006), hlm: 57
[7] http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-metode-dakwah-solusi-untuk-menghadapi-problematika-dakwah-masa-kini-kontemporer/, di akses 06-05-2013 pukul 13:40 WIB.
[8] Ibid.,,,
[9] Ibid.,,,
[10] Muhammad Shulton, Desain Ilmu Dakwah kajian ontologis epistemologis dan aksiologis, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), hlm: 75
[11] Ibid.,,,
[12] Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer , (Purwokerto: Stainpress, 2006), hlm: 23
[13] Ibid.,,,
[14] Siti Muriah , Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta,Mitra Pustaka, 2000, Cet.I), hlm: 44
[15] Siti Uswatun Khasanah , Berdakwah Dengan Jalan Debat: antara muslim dan non muslim, (Purwokerto:  Stainpress, 2007)
[16] Ibid.,,,
[17] Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghozali, Ikhya' Ulumuddin, (Libanon: Dar Al-Kutub Ilmiyah, 2006), hlm: 66
[18] Siti Muriah , Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta,Mitra Pustaka, 2000, Cet.I), hlm: 49-50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar