Halaman

Liat Siapa مزكي احمد

Kamis, 03 Oktober 2013

HADIS TENTANG IMAN


BAB  I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya perkembangan ilmu hadist dengan berbagai model, masing-masing ulama' ahli hadist mempunyai ciri has dalam karyanya. Dan semuanya dalam rangka mempermudah kita dalam mengkaji hadist dari tema-tema tertentu.
Ketika kita membahas hadist-hadist bertemakan tentang iman, kita tinggal mudah melihat karya Al-Imam Al-Buhori. Beliau berhasil mengumpulkan hadist-hadist bertemakan iman dan islam berjumlah 4046 hadist.
Dari keseluruhan hadist-hadist bertemakan iman bisa kita kelompokan pada tiga pilar besar. Pertama, hadist iman yang sunnah. Kedua, iman yang wajib. Dan ketiga, iman yang berupa rukun. Dari sini kita bisa memposisikan diri kita sebagi seorang mukmin yang taat untuk merealisasikan keimanan kita dalam wujud ibadah, yang mana hadist-hadist Rosul itulah yang kita pakai sebagai petunjuk meng-Esakan Alloh SWT.
Ada kaida fiqhiyyah berbunyi, الْوَسَائِلِ حُكْمَ الْمَقَاصِدِ atau yang senada dengan kaidah tersebut مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ. "perantara yang mendatangkan kepada perkara wajib maka hukum wajib itu mengikat pada perantara tersebut" . Jadi ketika iman adalah amal yang wajib bahkan ada yang berupa rukun, maka mempelajari hadist-hadist itu hukumnya wajib. Karena dengan mempelajari, bisa menghantarkan kita untuk mengamalkan perkara wajib.
B.            Rumusan Masalah
1.        Apakah Iman itu?
2.        Apa sajakah cabang-cabang iman?
3.        Apakah bisa iman itu rusak?
4.        Bagaimanakah bertambahnya iman dan berkurangnya iman?

C.            Tujuan Pembahasan
1.        Untuk mengetahui Iman.
2.        Untuk mengetahui cabang-cabang iman.
3.        Untuk mengetahui rusaknya iman.
4.        Untuk mengetahui bertambahnya iman dan berkurangnya iman.



BAB  II
PEMBAHASAN
A.           IMAN
1.             Pengertian Iman
Pengertian iman sebagai sebuah istilah ketaatan kepada sang pencipta ternyata sudah menjadi perdebatan yang panjang dikalangan ulama'. Diantaranya,
a)             Ulama' salaf : iman adalah keyakinan hati, pengucapan syahadat dengan lisan serta mengerjakan rukun-rukunnya.
b)            Ulama' murjiah : iman adalah keyakinan hati dan ucapan lisan saja.
c)             Ulama' karomiyah : iman hanyalah sebuah ucapan syahadat saja.
Titik perbedaan dari tiga ulamak diatas adalah pengkategorian amal sebagai syarat mutlak dari iman atau tidak.[1]  menurut Al-Imam Al-Buhori keberlangsungan iman semuanya dengan amal. Pendapat ini agaknya langsung bertentangan dengan kasus, dimana ketika hati membenarkan ke-Esaan Alloh SWT beserta nama-nama Alloh SWT. lantas bagaimana maksud dari hadist Nabi yang berbunyi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : حَجٌّ مَبْرُورٌ.
Dari Abi Huroiroh, bahwa Nabi pernah ditanya: "amal apakah yang paling utama?" kemudian Nabi menjawab " iman kepada Alloh SWT dan Rosulloh.". Dikatakan, "kemudian apa?" Nabi menjawab: "jihad dijalan Alloh SWT." Dikatakan," kemudian apa". Nabi menjawab "Haji mabrur."[2]
Dari sini, Al-Imam Al-Buhori menyatukan keduanya dengan pernyataan yang cukup logis. Menurut beliau, pembenaran hati itu juga sebuah amal pekerjaan dan juga harus disertakan ucapan syahadat dengan lisan. Jadi, seluruh anggota badan ini yang berkerja meskipun hati juga dikatakan dengan bekerja atau beramal. Hanya saja, dari hadist diatas memberikan petunjuk bahwa sebaik-baiknya perbuatan adalah perbuatan hati akan pembenaran terhadap Alloh SWT dan Rosul Alloh SWT yang disertai dengan ucapan syahadat. Oleh karena itu, jika seseorang masuk Islam kuncinya adalah pengucapan dua kalimah syahadat serta membenarkan dalam hati. Dan tidak cukup hanya dengan hati saja atau ucapan saja. Pernyataan ini sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
Dari ibnu Umar berkata, Nabi bersabda: "Islam dibangun atas lima perkara yakni bersaksi tiada tuhan kecuali Alloh SWT dan Muhammad utusan Alloh SWT, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji dan puasa di bulan Romadlon".
Pendapat inipun ahirnya juga ditentang keras oleh Imam Ahmad Bin Hambal dengan adanya hadist yang diriwayatkan oleh Umar Bin Khotob :
عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Dari Umar bin Hottob, Nabi bersabda: "kesempurnaan amal itu hanya dengan niat, dan setiap perkara tergantung niatnya".
Hadist diatas menegaskan dengan jelas bahwa, niat bukanlah termasuk dari amal atau sebaliknya, amal masih membutuhkan niat di dalam hati. Jadi, konsep iman atau pembenaran hati dikatakan termasuk amal akan mentah ketika disanggah dengan hadist diatas. Dengan kata lain, jika pembenaran hati dikategorikan ke dalam istilah amal, lantas amal yang berbentuk pembenaran hati itu sendiri masih butuh niat dan seterusnya, dan seterusnya, akan terjadi mata rantai yang tidak ada habisnya.
Iman menurut ahli sunnah waljama'ah adalah totalitas untuk taat baik dengan hati maupun lisan beserta menjalankan perintah dan menjahui segala larangan dari Alloh SWT. Konsep ini berangkat dari hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Ali bin Abi Tholib.
حدثنا سهل بن أبي سهل ومحمد بن إسماعيل قالا حدثنا عبد السلام بن صالح أبو الصلت الهروي حدثنا علي بن موسى الرضا عن أبيه عن جعفر بن محمد عن أبيه عن علي بن الحسين عن أبيه عن علي بن أبي طالب قال : - قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( الإيمان معرفة بالقلب وقول باللسان وعمل بالأركان ) .
Dari Ali Bin Abi Tholib, Nabi Bersabda: "Iman adalah keyakinan hati, pengucapan dengan lisan dan mengamalkan rukunya".
Walhasil, pengertian iman akan teruraikan semuanya pada kunci pokok dari pembahasan yang bertemakan iman yakni hadist jibril perihal Islam, iman, dan ihsan.
حَدَّثَنِى أَبِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ». قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ « مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ « أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ ». قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى « يَا عُمَرُ أَتَدْرِى مَنِ السَّائِلُ ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ ».
Abi Umar bin Hottob berkata, "suatu hari saat kami bersama Rosullulloh datang seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan berambut sangat hitam, yang mana laki-laki tersebut tidak kelihatan sebagai seorang yang baru bepergian dan kami semua tidak ada yang tahu dari mana datangnya orang tersebut hingga sampai duduk di depan Nabi. Kemudian dia menempelkan lututnya pada lutut Rosul, serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi. Lalu berkata" Wahhai Muhammad, beritahu saya apa itu Islam? Nabi menjawab, "Islam adalah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT dan Nabi Muhammad adalah utusan Alloh SWT, kau dirikan sholat, mengeluarkan zakat dan kau berangkat ke baitulloh bila mampu". Laki-laki itu menjawab, "Engkau benar". Dan ia bertanya lagi, "Beritahu aku perihal iman?" Nabi menjawab, "Iman adalah kau mempercayai Alloh SWT, malaikat Alloh SWT, kitab-kitab Alloh SWT, utusan-utusan Alloh SWT, hari Qiyamat dan takdir baik maupun buruk dari Alloh SWT". Laki-laki itu menjawab, " Engkau benar dan beritau kami perihal Ihsan". Nabi menjawab, "Kau menyembah Alloh SWT seakan-akan kau melihatnya, apAbila kau tidak bisa melihatnya sesungguhnya Alloh SWT melihatmu". laki laki itu bertnya lagi, "Beriahu kami tentang kapan terjadinya hari Qiyamat?". Nabi menjawab: "Tidak ada, orang yang ditanya itu lebih tahu dari orang yang bertanya". Laki laki itu bertanya, "Apa tanda-tanda hari Qiamat". Nabi menjawab, ketika seorang budak perempuan melahirkan anak dari majikannya, dan ketika para pengembala unta saling berebutan dalam suatu bangunan,". keemudian Nabi bertanya pada kami, : "Hai Umar, apakah kamu tahu, siapakah laki-laki yang bertnya tersebut?" kami menjawab "Alloh SWT dan Rosulnyalah yang lebih tau". kemudian Nabi menjawab" dia adalah malaikat Jibril yang sedang mengajari kalia perihal agamamu."[3]
Menurut para ahli, hadist jibril ini adalah hadist pokok dari agama Islam. Karena disana menerngkan tentang seluruh pokok pokok agama, diantaranya tentang Islam, iman, ihsan, adab, syariat, tasyawuf, dan lain –lain.
2.             Keutamaan dan Pahala Iman
Ketika membahas keutamaan dan pahala iman, kita pasti menemui banyak sekali janji-janji Alloh SWT untuk seorang mukmin yang benar-benar imannya sempurna. Diantaranya hadist yang menjelaskan perihal pahala orang yang beriman adalah:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ».
Dari Abi Huroiroh,, Rosulloh bersabda," orang mukmin yang imannya paling sempurna adalah mukmin yang sifatnya paling baik diantara kamu sekalian.[4]
حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِىُّ وَسُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ كِلاَهُمَا عَنْ عَلِىِّ بْنِ مُسْهِرٍ - قَالَ مِنْجَابٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ مُسْهِرٍ - عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَاءَ ».
Dari 'alqomah, Rosululloh bersabda, " Tidak akan masuk neraka seorang hamba yang didalam hatinya masih ada iman sebesar biji sawi. Sebaliknya seorang hamba tidak akan pernah masuk surge bila didalam hatinya ada sifat sombong sebesar biji sawi.[5]
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ . قال الشيخ الألباني : صحيح متواتر
Dari ibnu Umar, bahwa Rosulloh memerintah kami untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT, Nabi Muhammad utusan Alloh SWT, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat.[6]
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ : حَدَّثَنَا أَيُّوبُ ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ ، عَنْ أَنَسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ
Dari anas Rosulloh bersabda :"ada tiga perkara, barang siapa ketiganya terdapat pada seseorang  maka akan merasakan manisnya iman, yakni kecintaannya kepada Alloh SWT dan RosulNya melebihi segalanya, kecintaanya kepada saudaranya dikarenakan Alloh SWT, benci terhadap kembali kpada kekufuran seperti kebencianya terhadap terbakar api neraka.[7]
Yang dimaksud manisnya iman adalah buah dari iman. Dan kecintaan yang terdapat dalam hadist diatas adalah penghormatan serta memulyakan.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ كِلاَهُمَا عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ - قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ - عَنْ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنِى الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ حُمْرَانَ عَنْ عُثْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ».
Dari utsman Rosulolloh bersabda, " barang siapa yang meninggal dan dia bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT maka masuk surge"[8]
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوسَى ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي مُرَاوِحٍ ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَجِهَادٌ فِي سَبِيلِهِ
Dari abu dzarrin "saya pernah bertanya kepada Nabi perihal amal apakah yang paling utama?" Nabi menjawab " iman kepada Alloh SWT dan jihad di jalan Alloh SWT"[9]
Perlu diketahui, dalam pamaknaan kata afdlol menurut ilmu usul fiqh itu mempunyai makna banyaknya pahala yang diperoleh dari amal diantara amal amal yang lain, sebagai konitasi dari sedikitnya pahala. Sedangkan kata hoirun itu bermakna amal yang manfaatnya banyak. Jadi, makna amal yang paling afdlol dari hadist diatas adalah amal yang pahalnya paling banyak adalah iman kepada Alloh SWT.[10]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Dari Abi Huroiroh, RA. Rosulloh bersabda " seorang muslim yang sempurna adalah orang muslim yang lisan dan tangannya selamat. Orang mukmin yang sempurna adalah orang yang harta dan darahnya diselamatkan oleh manusia."[11]
Perlu difahami, bahwa dalam beberapa hadist yang dipakai dasar iman memakai istilah muslim dan bukan mukmin. Hal ini dikarenakan menurut para ahli, dua kata itu mempunyai kesamaan makna. Jadi makna muslim dalam hadist diatas mempunyai makna seorang mukmin yang imanya sempurna.[12]
أخبرنا علي بن الحسين العسكري بالرقة قال حدثنا عبدان بن محمد الوكيل قال حدثنا بن أبي زائدة عن سفيان عن عمرو بن دينار عن جابر: أن معاذا لما حضرته الوفاة قال: اكشفوا عني سجف القبة سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "نذكر البيان بأن الجنة إنما تجب لمن شهد لله جل وعلا بالوحدانية وكان ذلك عن يقين من قلبه لا أن الإقرار بالشهادة يوجب الجنة للمقر بها دون أن يقر بها بالإخلاص
Dari Jabir, sesunguhnya ketika ajal mendatangi mu'adz. Dia berkata: " saya pernah mendengar Rosulloh bersabda : aku tuturkan kejelasan bahwa surge hanya diperuntukkan bagi orang yang bersaksi kepada Alloh SWT maha jelas dan maha agung ke-esaaNya, dengan persaksian secara yaqin didalam hatinya, bukan hanya dengan pengikraran dengan syahadat bisa memasukkan kesurga dan bukan dengan pengikraran dengan ihlas.[13]
3.             Perbedaan iman laki dan perempuan
2821 - حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ هُرَيْمُ بْنُ مِسْعَرٍ الأَزْدِىُّ التِّرْمِذِىُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَطَبَ النَّاسَ فَوَعَظَهُمْ ثُمَّ قَالَ « يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّكُنَّ أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ ». فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَلِمَ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِكَثْرَةِ لَعْنِكُنَّ ». يَعْنِى وَكُفْرَكُنَّ الْعَشِيرَ. قَالَ « وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذَوِى الأَلْبَابِ وَذَوِى الرَّأْىِ مِنْكُنَّ ». قَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَمَا نُقْصَانُ دِينِهَا وَعَقْلِهَا قَالَ « شَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ مِنْكُنَّ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ وَنُقْصَانُ دِينِكُنَّ الْحَيْضَةُ تَمْكُثُ إِحْدَاكُنَّ الثَّلاَثَ وَالأَرْبَعَ لاَ تُصَلِّى ». وَفِى الْبَابِ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ وَابْنِ عُمَرَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ حَسَنٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ.
Dari Abi huraoroh sesungguhnya Rosulloh pernah berhutbah kepada manusia kemudian beliau memberikan nasihat kepada mereka " wahai kaum wanita,,,bersedekahlah karena benar benar banyak diantara kalian sebagai penghuni neraka." Kemudian salah stu dari wanita tersebut bertanya "karena apa kok seperti itu wahai Rosulloh?" beliau menjawab " karena kelaknatan kalian sebab kekufuran" dan " saya tidak pernah melihat orang yang akal dan agamanya kurang sempurna lebih banyak dari pada para wanita" kemudian salah seorang wanita bertanya" apa kekurangan wanita dalam hal akal dan agamanya wahai Rosul?" Nabi menjawab "persaksian dua wanita sama derajatnya dengan persaksiannya satu lelaki,kekurangan agama mereka adalah karena datangnya darah haid yang mengharuskan mereka para wanita berdiam diri selama tiga, empat hari tidak melakukan sholat."[14]
B.            CABANG-CABANG IMAN
1.             Pembagian Iman
Ketika kita memaknai iman sebagai suatu keyakinan pembenaran hati saja ternyata salah. Karena Iman bukanlah terdiri dari satu bentuk istilah. Namun kata iman adalah makna dari kumpulan beberapa istilah yang semuanya mengacu pada konsep ketaatan hamba kepada sang pencipta. Hal ini terbukti adanya hadist yang dengan jelas menunjukkan iman bukan satu istilah ketaatan.
- حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِى صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ بَابًا أفضلها لا إله إلا الله أوضعها إماطة الأذي عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان
Dari abu Huroiroh,, Rosulloh bersabda " iman itu kurang lebih 77 cabang.[15] Paling utama diantara cabangan-cabangan iman adalah persaksian bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT. Dan paling lemahnya iman adalah menjauhkan bahaya ketika di jalan. Sedangkan malu itu adalah bagian/cabangan dari iman.[16]
Al-Imam Ibnu Hajr Al Asqolani menafsiri 77 cabangan iman menjadi 3 kelompok.
a.             Amal Hati
Amal hati ini mendapat 40 macam cabangan. Diantara amal yang masuk dalam kategori hati antara lain, iman kepada dzat Alloh, ke-Esa Alloh, hadistnya dzat selain Alloh, malaikat, kitab, rosul, takdir baik dan buruk, hari qiamat, bagun dari qubur, pertanyaan di qubur, hisab, mizan, sirot, surge, neraka dan lain-lain.
b.             Amal Lisan
Amal lisan ini mendapat 7 macam cabangan. Diantara amal yang masuk dalam kategori lisan antara lain mengucapkan syahadat, membaca al-quran, belajar, mengajar, berdo'a, dzikir dan istigfar, menjauhkan perkataan yang tidak berguna.
c.             Amal Badan
Dan sisanya pembagian amal masuk pada kategori amal badan. Diantara amal yang masuk dalam kategori badan antara lain membersihkan najis, menghidar dari najis, menutupi aurot, sholat fardlu dan sunnah, zakat, memberi makan, memulyakan tamu, puasa wajib dan sunnah, dan lain-lain.[17]
Walhasil, hadist yang bertemakan iman sangat banyak sekali. Dan bisa diringkas menjadi 3 tema besar di atas.
وَرَوَى عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الإِيمَانُ أَرْبَعَةٌ وَسِتُّونَ بَابًا ». قَالَ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
Dari abu Huroiroh,, Nabi bersabda: " iman itu terdiri dari 64 cabangan."[18]
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى عُمَرَ وَأَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ - الْمَعْنَى وَاحِدٌ قَالاَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِى الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ
Dari ayahnya imam az-zuhri, sesungguhnya Nabi pernah berjalan bertemu sengan seorang laki laki yang seadang menasihati saudaranya dalam keadaan malu. Kemudian Rosulloh bersabda: "malu adalah cabang dari iman."[19]
أخبرنا إسماعيل بن مسعود قال حدثنا خالد يعني بن الحارث عن شعبة عن عبد الله بن عبد الله بن جبير عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : حب الأنصار آية الإيمان وبغض الأنصار آية المنافق
Dari anas RA. Rosulloh bersabda :" mencintai sahabat anshor adalah tanda dari iman dan membenci sahabat anshor adalah tanda oaring munafiq."[20]
Jadi iman adalah kumpulan dari banyak istilah dari ketaatan atau peribadatan. Disisi lain, iman bukanlah satu kesatuan yang apabila seorang muslim tidak iman dalam satu hal ketaatan. Misalnya, iman seorang muslim ditandai dengan memberi makan kepada orang lain.
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ : حَدَّثَنَا اللَّيْثُ ، عَنْ يَزِيدَ ، عَنْ أَبِي الْخَيْرِ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
Dari abdulloh bin amr RA, ada seorang lelaki bertanya kepada nabi perihal hal apakah yang terbaik dalam islam. Nabi Menjawab, " berikanlah makanan, dan ucapkanlah salam kepada orang yang kau kenal serta yang belum kau kenal.[21]
Orang yang tidak pernah memberi makan orang lain, atau tidak pernah mengucapkan salam, belum tentu dia tidak beriman atau kufur. Oleh karena itu semua, konsep iman secara keseluruhan dapat dipilah-pilah menjadi tiga pilar besar. Pertama, iman yang mengakibatkan kesempurnaan agama. Kedua, Iman yang bila tidak dilakukan mengakibatkan munafik atau fasik. Ketiga, iman yang bila tidak dimiliki mengkibatkan kafir .
Imam syafi'I menyamakan konsep iman sama dengan istilah sholat dalam tiga pilar diatas. Sholat adalah perbuatan yang diawali dengan Takbirotul Ihrom dan diahiri dengan Salam. Maka, seluruh perbuatan sunnah, rukun serta yang wajib akan masuk dalam terminologi sholat. Padahal orang yang sholatnya tidak membaca tasyahud awwal atau tidak membaca surat Al-Quran masih sah sholatnya dan masih dinamakan sholat. Sama seperti iman, iman adalah kumpulan dari ketaatan hamba dalam melakukan ibadah kepada tuhan yang di dalamnya ada tiga pilar besar. Yakni :
a.                Iman sunnah
Iman ini hanya sebagai penyempurna dari wujud ketaatan hamba. Bukan sebagai  keharusan yang apabila tidak memiliki menjadikan dosa. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh sahabat anas bin malik :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ - أَوْ قَالَ لِجَارِهِ - مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ».
Nabi bersabda: "tidaklah sempurna iman seorang diantara kamu sekalian hingga bisa mencitai saudaramu sekalian."[22]
Penafian hadist terhadap seseorang yang tidak mencintai saudaranya diatas menunjukan kesempurnaan. Artinya, menafikan kesempurnaan iman seorang mukmin bila dia tidak mencintai saudaranya. Dan masih banyak hadist yang senada dengan hadist diatas, perihal ibadah yang tidak menurunkan derajat mukmin kepada fasik atau munafiq.[23]
b.               Iman wajib
Iman yang kedua ini adalah bentuk bentuk ibadah yang menunjukkan keharusan atau kewajiban bagi seorang hamba sebagi wujud ketaatan kepada yang maha kuasa. Namun tidak sampai pada tahap kafir atau musrik. Seperti hadist yang diriwayatkan abu Huroiroh, perihal puasa romadlon.
- حَدَّثَنَا ابْنُ سَلاَمٍ قَالَ : أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Dari abu Huroiroh, Rosulloh bersabda ;" barang siapa yang berpuasa dibulan romadlon dengan iman dan penghitungan maka diampunilah dosa dosanya yang telah lewat"[24]
c.                Iman rukun
 Iman yang berupa rukun ini adalah tahapan keimanan yang apAbila seorang hamba tidak memiliki maka sebutan mukmin tidaklah bisa dia sandar. Namun sebutan kafir atau musriklah yang paling pantas dia pegang. Seperti hadist yang diriwayatkan Umar perihal rukun iman.[25]
قَالَ « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ »
iman adalah kau mempercayai Alloh SWT, malaikat Alloh SWT, kitab-kitab Alloh SWT, utusan-utusan Alloh SWT, hari qiyamat dan takdir baik maupun buruk dari Alloh SWT.
2.             Tanda-Tanda Iman
أخبرنا إسماعيل بن مسعود قال حدثنا خالد يعني بن الحارث عن شعبة عن عبد الله بن عبد الله بن جبير عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : حب الأنصار آية الإيمان وبغض الأنصار آية المنافق
Dari anas RA. Rosulloh bersabda: "Mencintai sahabat Anshor adalah tanda dari iman dan membenci sahabat anshor adalah tanda orang munafiq."[26]
Sahabat ansor adalah qobilah dari suku aus dan suku hozroj yang mana merekalah suku yang jasanya sangat besar dalam penyebaran agama islam.
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ ، عَنْ أَنَسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم (ح) وَحَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.
Dari anas RA. Rosulloh bersabda, "tidaklah beriman salah satu diantara kalian hingga aku(Muhammad) lebih kalian cintai dari pada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya."[27]
Kecintaan kepada baginda nabi adalah keharusan yang mempunyai muatan hokum wajib. Dan di dalam hadist diatas yang dimaksud rosul adalah nabi muhmmad SAW, dan bukan rosul rosul yang lain. Sebab adanya huruf "ال معرفة "  yang mempunyai faidah "للعهد" atau sudah diketahui dengan petunjuk lafat أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ. Jadi, kecintaan yang dimaksud dalam hadist diatas hanya kepada Nabi Muhammad dan tidak rosul yang lainnya. Kemudian, kata cinta yang dimaksut adalah penghormatan dan memulyakan.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ - أَوْ قَالَ لِجَارِهِ - مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ».
Dari anas bin Malik RA. Rosulloh bersabda :"tidaklah beriman sala satu diantara kalian hingga kalian mencintai saudaramu atau tetanggamu atau mencintai sesuatu karena dirimu sendiri."[28]
C.           RUSAKNYA IMAN
Melihat dari pengertian iman adalah berupa kayaqinan hati serta perilaku ibadah maka iman juga tentu bisa rusak. Karena sudah menjadi karakter hati yang selalu berubah-ubah setiap saat. Hal ini terbukti dari beberapa hadist Nabi yang mengidentifikasikan orang munafiq adalah orang yang keimanannya rusak. Diantaranya hadist yang diriwayatkan oleh Abi Huroiroh,.  
حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ عَمْرُو بْنُ عَلِىٍّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ الْعَلاَءِ وَقَدْ رُوِىَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. وَفِى الْبَابِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَأَنَسٍ وَجَابِرٍ.
Dari abu Huroiroh,, Rosulloh bersabda :" tada orang munafiq ada tiga yakni, ketika berbicara ia berbohong, ketika ia berjanji ia mengingkari dan ketika dipercaya ia berhianat"[29]
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَكِيمِ بْنُ مَنْصُورٍ الْوَاسِطِىُّ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قِتَالُ الْمُسْلِمِ أَخَاهُ كُفْرٌ وَسِبَابُهُ فُسُوقٌ ». وَفِى الْبَابِ عَنْ سَعْدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَقَدْ رُوِىَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ.
Dari abu Mas'ud RA. Rosulloh bersabda :" seorang muslim yang memerangi saudaranya sendiri adalah kufur dan cercaan muslim kepada saudaranya adalah fasiq."[30]
D.           BERTAMBAHNYA IMAN DAN BERKURANGNYA IMAN
Ketika iman dikategorikan pekerjaan hati dan badan, apakah iman bisa bertambah atau bahkan bisa berkurang. Dari sini para pakar hadist banyak mencetuskan konsep iman yang bertambah atau yang berkurang. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang mereka dengan pendekatan ayat-ayat Al-Quran seperti yang telah dipaparkan oleh Al-Imam Al-Buhori.
ثم قال البخاري - رحمه الله : ويزيد وينقص . قال الله عز وجل ( لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ ( [ الفتح : 4 ] ( وَزِدْنَاهُمْ هُدًى ( [ الكهف : 13 ] ، ( وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى ( [ مريم : 76 ] ، ( وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْواهُمْ ( [ محمد : 17 ] ، ( وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ( [ المدثر : 31 ] ، وقوله عز وجل ( أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا ( [ التوبة : 124 ] وقوله ( فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً ( [ آل عمران : 173 ] ، وقوله ( وَمَا زَادَهُمْ إِلاَّ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا ( [ الأحزاب : 22 ] .
Dari ayat diatas, Alloh SWT berfirman bahwa keadan hati memang bisa bertambah petunjuk atau bertambahnya iman. Yang dimaksut petunjuk di dalam ayat tersebut adalah bertambahnya ketaatan, pengetauan hal gaib, sholat dan lain lain. Jadi untuk hamba yang tidak mendapatkan petunjuk, baik meninggalkan taat atau mengerjakan maksiat, otomatis iman seorang hamba dalam keaadaan menurun dalam segi grafik iman dalam hati.
Iman menurut jumhur adalah pekerjaan hati dan anggota badan, berarti iman seorang hamba bertambah bila badannya terus memperbanyak amal ibadah, seperti sholat, dzikir dan lain-lain. Disisi lain, iman juga bermuatan pekerjaan hati, Lantas sekarang apakah keadaan hati juga bisa bertambah dan berkurang? Tentu iya, hati manusia tidak mungkin terus menerus dalam satu keaadaan. Hati selalu berubah-ubah setiap ada pengaruh yang menyelinap kedalamnya.
Pengetahuan hati bisa kita kategorikan bertambah atau berkurangnya  bila keadaan hati mengalami dua situasi, yakni : bertambahnya pengetahuan hati akan nama nama Alloh SWT beserta petunjuk-petunjuknya.
Dalil adanya bertambah dan berkurangnya iman
- حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ هُرَيْمُ بْنُ مِسْعَرٍ الأَزْدِىُّ التِّرْمِذِىُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَطَبَ النَّاسَ فَوَعَظَهُمْ ثُمَّ قَالَ « يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّكُنَّ أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ ». فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَلِمَ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِكَثْرَةِ لَعْنِكُنَّ ». يَعْنِى وَكُفْرَكُنَّ الْعَشِيرَ. قَالَ « وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذَوِى الأَلْبَابِ وَذَوِى الرَّأْىِ مِنْكُنَّ ». قَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَمَا نُقْصَانُ دِينِهَا وَعَقْلِهَا قَالَ « شَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ مِنْكُنَّ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ وَنُقْصَانُ دِينِكُنَّ الْحَيْضَةُ تَمْكُثُ إِحْدَاكُنَّ الثَّلاَثَ وَالأَرْبَعَ لاَ تُصَلِّى ». وَفِى الْبَابِ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ وَابْنِ عُمَرَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ حَسَنٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ.
Dari Abi Hurairoh sesungguhnya Rosulloh pernah berhutbah kepada manusia kemudian beliau memberikan nasihat kepada mereka, "Wahai kaum wanita,,,bersedekahlah karena benar-benar banyak diantara bangsa kalian sebagai penghuni neraka". Kemudian salah satu dari wanita tersebut bertanya "karena apa bisa seperti itu wahai Rosulloh?" beliau menjawab, "Karena kelaknatan kalian sebab kekufuran" dan " saya tidak pernah melihat orang yang akal dan agamanya kurang sempurna lebih banyak dari pada para wanita" kemudian salah seorang wanita bertanya, "Apa kekurangan wanita dalam hal akal dan agamanya wahai Rosul?". Nabi menjawab, "dalam masalah persaksian dua wanita sama derajatnya dengan persaksiannya satu lelaki, kekurangan agama mereka adalah karena datangnya darah haid yang mengharuskan mereka para wanita berdiam diri selama tiga atau empat hari tidak melakukan sholat".
أخبرنا محمد بن بشار قال حدثنا عبد الرحمن قال حدثنا سفيان عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب قال قال أبو سعيد سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : من رأى منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
Dari Abu Sa'id, "Saya pernah mendengar Rosulloh bersabda, "Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak kuasa maka dengan lisannya dan jika tidak bisa maka dengan pengingkaran dalam hati . dan hal itu paling lemahnya iman."[31]
حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ شَابُورٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحَارِثِ عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِى أُمَامَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ».
Dari Abi Umamah , Rosulloh bersabda: "barang siapa yang cinta karena Alloh SWT, benci karena Alloh SWT, memberi karena Alloh SWT, mencegah karena Alloh SWT maka dia benar-benar menjadi sempurna imannya."
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُوَيْدٍ الرَّمْلِىُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا نَافِعٌ – يَعْنِى ابْنَ يَزِيدَ – قَالَ حَدَّثَنِى ابْنُ الْهَادِ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ أَبِى سَعِيدٍ الْمَقْبُرِىَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « إِذَا زَنَى الرَّجُلُ خَرَجَ مِنْهُ الإِيمَانُ كَانَ عَلَيْهِ كَالظُّلَّةِ فَإِذَا انْقَطَعَ رَجَعَ إِلَيْهِ الإِيمَانُ ».
Dari Abi Huroiroh,,Rosulloh bersabda," ketika seorang laki laki berzina, maka keluarlah keimanannya layaknya tenda maka ketika tenda itu terputus maka kembali iman seorang laki laki tersebut"[32]



BAB  III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Ulasan konsep hadist-hadist yang bertemakan iman sangatlah banyak. Semua hadist yang bertemakan iman bisa digolongkan dalam tiga tema besar. Yakni iman yang berbentuk penyempurna, iman yang berbentuk kewajiban namun belum sampai tahap musrik atau kafir dan hadist yang bertemakan rukun-rukun iman.
B.            Saran Kajian
Kajian ilmiah ini masih sangat umum dan sederhana, artinya belum memasukkan detailnya perincian dari cabangan iman dalam berbagai aspek keilmuan seperti dalam bidang ubudiyah murni, tauhid dan lain sebagainya. Oleh karena itu, alangkah lebih sempurna bila dibahas pula hal-hal yang menyangkut penafsiran serta pola pikir para pakar dalam memahami hadist-hadist tentang iman, sebagai pengejawantahan mukmin yang kamil.



DAFTAR  PUSTAKA

Mundah, Muhammad Bin Ishaq Bin Yahya Al-Iman Libni. Tt.  Al-Iman Lii Ibni Mundah. Digital Maktabah Al-Tsamilah. Versi 10.000.
Al-Buhori, Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh. 1999. Shohih Al-Buhori. Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
An-Naisaburi, Abu Husain Muslim Al-Qusyairi. 1999. Shohih Muslim. Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
As-Sajastani, Abu Dawud Sulaiman. Sunan Abi Dawud. 2001. Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
At-Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Abu Isa. 1999. Al-Jami' Al-Shohih Sunan At-Tirmidzi. Lebanon: Dar Al-ihya' Al-Arobi.
Al-Bustani, Muhammad Bin Hibban  Bin Ahmad  Bin Hibban  At-Tamimi. Tt. Shohih Ibnu Hibban. Digital Maktabah Al-Tsamilah, versi 10.000.
Al'asqolani, Ahmad Bin Ali Bin Hajjar.  Tt. Fathul Bari bi Syarhi Shohih Buhori. Kairo: Daru Al-Amanar.
Ad-Dimasqi, Abi Zakariya Yahya Bin Syarof  An-Nawawi. 2000. Shohih Muslim Bisyarhi Imam An-Nawawi. Libanon: Daru Al-Fikr.
Al-Kasymiri, Muhammad Anwar. Tt. Faidlul Bari Syarhul Shohih Buhori. Digital Maktabah Al-Tsamilah, versi 10.000.
An-Nisa'i, Ahmad Bin Syuaib Abu Abdirrohman. Tt. Sunan Al-Nisa'i Lebanon: Dar Al-Alamiyah.





[1] Muhammad Bin Ishaq Bin Yahya Al-Iman Libni Mundah,  Al-Iman Lii Ibni Mundah,  (Digital Maktabah Al-Tsamilah, versi 10.000, TT), hlm: 217. Lihat: وقال جمهور الإيمان هو فعل القلب واللسان جميعا
[2] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori,  (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1999), Hlm: 94.
[3] Abu Husain Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shohih Muslim, (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1999), Hlm: 65.
[4] Abu Dawud Sulaiman  As-Sajastani, Sunan Abi Dawud Juz 1 (Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2001), Hlm: 55
[5] Abu Husain Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shohih ,…Hlm: 69.
[6] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori,… Hlm: 105
[7] Ibid., 148
[8] Abu Husain Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shohih Muslim,…  Hlm: 208
[9] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori,… Hlm: 188
[10] Ahmad Bin Ali Bin Hajjar Al'asqolani,  Fathul Bari bi Syarhi Shohih Buhori Juz 1 (Kairo: Daru Al-Amanar, 1999), hlm: 71 Lihat:الفضل بمعنى كثرة الثواب في مقابلة القلة والخير
[11] Muhammad Bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi, Al-Jami' Al-Shohih Sunan At-Tirmidzi Juz .1, (Lebanon: Dar Al-ihya' Al-Arobi, 1999), Hlm: 116
[12] Ahmad Bin Ali Bin Hajjar Al'asqolani,  Fathul Bari ,…hlm: 71 Lihat: إذ الإيمان والإسلام عنده مترادفان والله أعلم
[13] Muhammad Bin Hibban  Bin Ahmad  Bin Hibban  At-Tamimi Al-Bustani, Shohih Ibnu Hibban  (Digital Maktabah Al-Tsamilah, versi 10.000, TT), hlm: 429
[14] Muhammad Bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi,Al-Jami' Al-Shohih Sunan ,… Hlm: 41
[15] Ahmad Bin Ali Bin Hajjar Al'asqolani,  Fathul Bari bi Syarhi Shohih Buhori Juz 1 (Kairo: Daru Al-Amanar, 1999), hlm: 57 Lihat: وعن الخليل البضع السبع
[16] Muhammad Bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi,Al-Jami' Al-Shohih Sunan ,… Hlm: 55
[17] Ahmad Bin Ali Bin Hajjar Al'asqolani, Fathul Bari,…  hlm: 57 Lihat :  أن هذه الشعب تتفرع عن أعمال القلب واعمال اللسان
[18] Muhammad Bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi,Al-Jami' Al-Shohih Sunan ,… Hlm: 38
[19] Ibid., 116
[20] Ahmad Bin Syuaib Abu Abdirrohman An-Nisa'i, Sunan Al-Nisa'i Juz 1 (Lebanon: Dar Al-Alamiyah, 1999), Hlm: 116
[21] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori ,…  Hlm: 20
[22] Abi Zakariya Yahya Bin Syarof  An-Nawawi Ad-Dimasqi, Shohih Muslim Bisyarhi Imam An-Nawawi Juz 1 (Libanon: Daru Al-Fikr, 2000), hlm: 16
[23] Ahmad Bin Ali Bin Hajjar Al'asqolani, Fathul Bari ,…. hlm: 57
[24] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori,…  Hlm: 29
[25] Muhammad Anwar Al-Kasymiri, Faidlul Bari Syarhul Shohih Buhori, (Digital Maktabah Al-Tsamilah, versi 10.000, TT), hlm: 21.
[26] Ahmad Bin Syuaib Abu Abdirrohman An-Nisa'i, Sunan Al-Nisa'i Juz 1 (Lebanon: Dar Al-Alamiyah, 1999), Hlm: 67
[27] Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Al-Mughiroh Al-Buhori, Shohih Al-Buhori ,… hlm: 12
[28] Abi Zakariya Yahya Bin Syarof  An-Nawawi Ad-Dimasqi, Shohih Muslim ,…  hlm: 16
[29] Muhammad Bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi,Al-Jami' Al-Shohih Sunan ,… hlm: 22
[30] Ibid., 116
[31] Ahmad Bin Syuaib Abu Abdirrohman An-Nisa'i, Sunan Al-Nisa'i ,… hlm: 11
[32] Ibid., 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar