BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu, interpretasi ayat-ayat
yang bertemakan jihad semakin ber macam-macam. Keberagaman interpretasi
tersebut dilatarbelakangi dengan berbagai hal. Diantaranya, karena metode
penafsirannya yang beraneka ragam, pemahaman dalam tatabahasa dan yang paling
mendasar disebabkan adanya keanekaragaman makna dalam satu kata.
Bahasa adalah alat informasi yang maknanya tidak bisa
tetap dalam satu makna, tergantung pada kondisi pemakainya. Artinya, makna dari
sebuah kata sangatlah mungkin bergeser. Oleh karena itu, dalam kaidah
penafsiran dan tarjamah, bahwa keharusan interpretasi dengan memakai makna
ketika turunnya al-Qur'an. Hal ini adalah sebuah keharusan. Karena, bila
penafsiran mengikuti perubahan bahasa maka maksud tujuan dalam kalamulloh akan
terus berubah dan bahkan bisa berbalik arah dari maksud sebenarnya.
Memahami keanekaragaman makna perlafadz dalam al-Qur'an
sangatlah penting di dalam memahami siyaqul kalam ayat-ayat al-Qur'an. Semua
ini sebagai pengejawantahan mahasiswa tafsir dalam memenuhi kesempurnaan dalam
penafsiran al-Qur'an. Dan sebagai manifestasi kita dalam mengembangkan serta
menyempurnakan penafsiran klasik yang mungkin kurang relevan untuk saat ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah sajakah ayat-ayat yang
bertemakan jihad?
2.
Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat
yang bertemakan jihad?
3.
Apa sajakah macam-macam makna
mufrodat ayat-ayat yang bertemakan jihad? Serta bagaimanakah model
tatabahasanya?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui ayat-ayat yang
bertemakan jihad.
2.
Untuk mengetahui penafsiran
ayat-ayat yang bertemakan jihad.
3.
Untuk mengetahui macam-macam makna
mufrodat ayat-ayat yang bertemakan jihad, Serta untuk mengetahui model
tatabahasa ayat-ayat jihad.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ayat-Ayat Jihad
Kata 'jihad' dengan aneka derivasi kata turunannya
sangatlah banyak di dalam al-kitab. Menurut Dr. Wahbah Az-zuhaili, Kata 'jihad'
tertera sebanyak 41 kali dalam Al-Qur'an yang tersebar di 19 Surat. Ayat-ayat
jihad dalam konteks perjuangan ditemukan sebanyak 28 ayat. Secara literal jihad
mempunyai arti: mengerahkan segenap kapasitas, mencurahkan kemampuan,
mengeksploitasi energi atau berjuang keras. Etimologis ini bisa dihimpun dengan
bahasa mengerahkan segenap kemampuan demi mencapai tujuan. Konotasi turunan yang dihasilkan dari akar
kata jihad adalah ijtihad dan mujahadah.[1]
Diantara ayat yang menjelaskan konsep jihad adalah:
1.
Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 218
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`É©9$#ur (#rãy_$yd (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_öt |MyJômu «!$# 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇËÊÒÈ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan
rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2.
Al-Qur'an Surat Al-Taubah
Ayat 24
ö@è% bÎ) tb%x. öNä.ät!$t/#uä öNà2ät!$oYö/r&ur öNä3çRºuq÷zÎ)ur ö/ä3ã_ºurør&ur óOä3è?uϱtãur îAºuqøBr&ur $ydqßJçGøùutIø%$# ×ot»pgÏBur tböqt±ørB $ydy$|¡x. ß`Å3»|¡tBur !$ygtRöq|Êös? ¡=ymr& Nà6øs9Î) ÆÏiB «!$# ¾Ï&Î!qßuur 7$ygÅ_ur Îû ¾Ï&Î#Î7y (#qÝÁ/utIsù 4Ó®Lym ÎAù't ª!$# ¾ÍnÍöDr'Î/ 3 ª!$#ur w Ïöku tPöqs)ø9$# úüÉ)Å¡»xÿø9$# ÇËÍÈ
Artinya: Katakanlah: "Jika bapa-bapa ,
anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan
dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
3.
Al-Qur'an Surat Al-Taubah
Ayat 73
$pkr'¯»t ÓÉ<¨Z9$# ÏÎg»y_ u$¤ÿà6ø9$# tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$#ur õáè=øñ$#ur öNÍkön=tã 4 öNßg1urù'tBur ÞO¨Yygy_ ( }§ø©Î/ur çÅÁyJø9$# ÇÐÌÈ
Artinya:Hai Nabi, berjihadlah (melawan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap
mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang
seburuk-buruknya.
4.
Al-Qur'an Surat Al-Hujarat Ayat 15
$yJ¯RÎ) cqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç/$s?öt (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
B.
Tafsir Ayat-Ayat Jihad
Terminologi
para ulama' mengenai kata jihad
secara umum didefinisikan dengan berjuang keras demi terciptanya masyarakat
Islami dan demi menegakkan serta menjunjung kalimat Allah supaya pesan-pesan Ilahi
bisa diaplikasikan di muka bumi.
Dalam
konteks perang, terminologi jihad menurut Hanafiyyah didefinisikan sebagai
usaha dakwah untuk mengajak kepada agama yang haq dan memerangi orang yang
menolak dan menentangnya baik dengan turun langsung ke medan perang atau
dengan wujud partisipasi lain. Malikiyyah
mendefinisikan jihad sebagai peperangan antara umat Islam melawan kufar yang
tidak memiliki ikatan rekonsiliasi damai dengan Islam dengan tujuan li
i'la'i kalimatillah. Menurut Hanabilah jihad adalah agresi umat Islam yang
diarahkan hanya kepada orang kafir, sehingga menurut versi ini perang
menghadapi pemberontak (bughat), qutho' at-thoriq (perampok jalanan) bukan termasuk
jihad. Sedangkan terminologi jihad menurut Syafi'iyyah adalah perang melawan
kufar untuk melindungi eksistensi agama.[2]
Corak para mufasir dalam mengekspresikan konsep jihad
dalam 4 ayat diatas adalah:
1.
Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh
Ayat 218
Para ahli tafsir
dalam menanggapi ayat ini, sangatlah bermacam-macam. Diantaranya Abu Jakfar,
beliau mentakwil ayat al-Baqoroh ini adalah, bahwa di dalam ayat ini Allah
memberikan keleluasaan bagi umat Nabi Muhammad untuk mengharap ampunan kepada Allah.
Pada dasarnya, subtansi dari
ayat ini adalah menerangkan apa itu roja' ala rahmat al-robb (mengharap
imbalan). Kemudian siapakah orang yang selalu mengharapkan ampunan tersebut?
Disini, Abu Jakfar mentakwil ayat tersebut dengan takwilan yang pertama, orang
– orang yang membenarkan akan adanya Allah dan rosulnya serta membenarkan
apapun yang datang dari Allah dan rosulnya tanpa terkecuali dan tanpa
pemilahan. Kedua, orang yang berhijrah meninggalkan rumahnya dengan tujuan
untuk berperang di jalan Allah. Abu jakfar memahami orang yang kedua ini
sebagai satu paket sifat, karena wawu atof disana bermakna mengikat keduanya (li
mutlaqil jam'i). Artinya, berhijrah dan berjihad ini menjadi kesatuan sifat
yang selalu melekat bila seorang hamba ingin bersetatus orang yang menginginkan
rahmat Allah.[3]
Berbeda
dengan al-Halabi, menurut beliau orang yang masuk kategori menginginkan rahmat Allah
haruslah mempunyai tiga sifat. Yakni iman, hijrah dan jihad. Kemudian beliau
memahami sifat iman punya kehususan dengan isim mausul sendiri dan tidak dengan
sifat hijroh dan jihad. Hal ini dikarenakan sifat iman adalah pokok dari dua
sifat setelahnya. Artinya, sifat iman kepada Allah dan rosulnya harus dipunyai
oleh orang yang berhijrah dan berjihad agar masuk dalam kategori orang yang
mengharapkan rahmat Allah. Penyambungan huruf 'atof seperti ayat ini mempunya
faidah pensifatan satu dzat dengan tiga sifat.[4]
Perbedaan
kedua mufasir diatas adalah pada dua pokok pembahasan. Pertama, dalam
mengartikan wawu athof. Kedua, pengulangan isim mausulnya yang hanya
terletak pada silah lafat amanu dan hajaru, sedangkan lafadz jahadu
tidak bersandingan dengan isim mausul.
2.
Al-Qur'an Surat Al-Taubah
Ayat 24
Subtansi
dari ayat ini adalah tentang tiga perkara penting. Pertama, ketika ada dua
perkara yang berlawanan (perkara dunia dan perkara ahirat) wajib mendahulukan
perkara ahirat walaupun perkara dunia itu jadi sia-sia atau terbengkelai. Atau
lebih jelasnya, kita diwajibkan mencintai Allah dan nabi Muhammad melebihi
apapun. Kedua, dengan melihat asbabu an nuzul ayat ini ketika Rosululloh
mengutus umat islam makah untuk berhijrah ke Madinah. Sebagian dari mereka ada
yang langsung setuju dan ada sebagiannya masuk islam saja tanpa berhijrah untuk
berjihat dengan beberapa alasan, diantaranya: karena berjihad bisa menghilangkan
pekerjaan, hubungan saudara menjadi renggang bahkan bisa hilang harta yang
ditinggalkanya.[5]
3.
Al-Qur'an Surat Al-Taubah
Ayat 73
Banyak
perbedaan antara ahlu takwil dalam mentakwil ayat ini, diantaranya ada yang
berpendapat bahwa Allah hanya menyuruh para nabi untuk memerangi orang kafir
dan orang-orang fasik dengan pedang. Artinya dengan memerangi sampai mati. Dan
sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa maksud dari jihad tersebut adalah
dengan hujjah atau dalam rangka berdebat dengan lisan sedangkan pedang adalah
pilihan terahir ketika memang hanya jalan satu-satunya.[6]
Menurut
al-Qurtubi, ada dua subtansi utama dalam ayat ini. Yakni perintah jihad dan
perintah kasar kepada orang kafir.
a. Perintah Jihad
Allah
memerintah berperang kepada orang kafir disini tidak ditujukan hanya kepada
nabi saja, akan tetapi umum kepada umatnya pula, meskipun secara mantuq hithob
ini ditujukan kepada Nabi Muhammad. Dan ada perbedaan makna jihad ini
tergantung pada objeknya. Apabila kepada orang kafir maka orientasinya dengan
mengangkat senjata atau perang. Sedangkan untuk musuh yang berupa orang fasik
atau orang munafiq adalah dengan lisan atau berlaku kasar. Ini adalah pendapat
mayoritas ulamak ahli tafsir seperti yang diriwayatkan oleh imam Qotadah,
al-Hasan, al-Dlohak dan ibnu Abbas.
Menurut
Ibnu Masud, urutan berjihad ini pertamanya harus dengan perang kemudian jika
tidak mampu maka dengan lisan dan bila tidak mampu maka dengan lisan dan sikap
acuh kepada mereka.[7]
b. Perintah Kasar
Berlaku
kasar artinya tidak berbelas kasihan kepada orang kafir atau orang fasik. Namun
hanya kepada perkara yang haq. Artinya, berlaku kasar ini tidaklah mutlaq
dengan cara apapun. Akan tetapi hanya pada masalah hudud saja. Jadi cercaan
dengan lisan tidaklah masuk dalam konsep ini. Hal ini pernah dicontohkan oleh
nabi ketika ada seorang budak didera akibat berzina, beliau tidak mencerca
meskipun sibudak tersebut telah terbukti berzina, namun proses penghukuman
tetap berjalan. Jadi, orientasi kasar ini adalah tidak memaafkan orang kafir
atau munafiq yang memang terbukti salah.[8]
4.
Al-Qur'an Surat Al-Hujarat Ayat 15
Al-Qur'an dalam
Surat Al-Hujarat Ayat 15 ini mendevinisikan siapakah sebenarnya orang yang
beriman itu. Menurut ayat ini, orang yang beriman dengan benar adalah orang
yang melakukan tiga perkara. Pertama, membenarkan serta meyakini apapun
yang datang dari Allah dan rosulNya. Kedua,
sebagai wujud pembenarnya dengan beramal sholeh. Ketiga, berjihad di
jalan Allah baik dengan harta atau dengan dirinya. Dan bukan dikatakan orang
yang beriman bila seseorang masuk islam karena takut dibunuh atau karena harta.[9]
Menurut
al-Jashos dalam kitabnya Ahkam al-Qur'an, bahwa konsep jihad dengan harta
atau dengan diri ini sebuah kesatuan yang harus maju semuanya. Akan tetapi
tetap dengan qoyyid bagi yang mampu. Jadi, untuk yang mempunyai harta
dan juga mampu untuk berperang maka keduanya harus didermakan untuk kepentingan
jihad.[10]
Walhasil, legislasi
jihad dalam Islam bukanlah konsepsi anarkhisme untuk pembantaian orang-orang
non-Muslim. Jihad dalam Islam diproporsikan guna melindungi eksistensi agama,
kebebasan akidah, kebebasan dakwah dan kemerdekaan tanah air dari teror,
intimidasi, agresi dan penjajahan kemanusiaan dan keimanan. Islam tidak
menghunuskan pedang untuk menancapkan keimanan dalam dada umat, akan tetapi
Islam menanamkan akidah dalam hati dengan sentuhan dalil dan hujjah, karena
tidak ada paksaan dalam keyakinan. Lebih dari itu, jihad juga datang sebagai
gerakan pembebasan manusia dari sistem dan nilai-nilai jahiliah dan setan.
C.
Mufrodat dan Tata Bahasa Ayat-Ayat Jihad
Sebelum masuk pada arti mufrodat dari kata jihad,
bahwa dalam Dalam al-Qur'an dan Hadits
tidak ada kecenderungan arti jihad pada makna tertentu. Jihad, dalam bahasa al-Qur'an
dan Hadits maknanya sesuai dengan konteks asbab al-nuzul dan asbab
al-wurud-nya. Yakni berjuang dengan sepenuh kekuatan untuk menegakkan agama
Allah. Sihabuddin Muhammad dalam kitabnya Rouhul Ma'ani menjelaskan
bahwa musuh dalam kontek jihad yang tersirat dalam al-Qur'an hanya ada tiga
musuh. Pertama, jihad terhadap orang kafir yang belum memiliki ikatan
rekonsiliasi damai dengan Islam dengan tujuan li i'la'i kalimatillah dan
menghawatirkan eksistensi umat islam. Kedua, jihad terhadap setan,
karena Alloh telah mempertegas bahwa setan adalah musuh manusia. Ketiga,
jihad terhadap hawa nafsu.[11]
1.
Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 218
a.
Lafadz
إنّ الذين آمنوا
Jumlah إنّ الذين آمنوا adalah susunan yang berupa awalan sebuah ungkapan (استئنافيّة). Makna dari isim mausul alladzi
ini adalah orang-orang yang menetapi keimanan. Karena makna lafad آمنوا dalam ayat ini adalah ثبتوا على إيمانهم. Sedangkan makna mufrodat lafadz آمنوا sangatlah banyak, diantaranya: (mempercayai)
وثقوا,[12] (membenarkan)
صدّقوا, (tunduk) خضعوا, (menjaga) حفظوا, (menguatkan)قوى ,
(menepati) وفى, (menyelamatkan) سلموا .[13]
b.
Lafadz هاجَرُوا
Jumlah هاجروا
adalah susunan yang berupa silah dari isim mausul yang tidak punya mahal I'rob.
Makna dari هاجروا ini
adalah berhijrah meninggalkan tempat tinggal dan keluarganya dari negara orang
kafir menuju negara orang Islam. Karena makna lafad هاجروا dalam ayat ini adalah الانتقال من موضع
إلى موضع atau فارقوا أوطانهم وأهلهم من دار الكفر إلى دار
الإسلام.[14]
Sedangkan makna mufrodat lafadz هاجروا
sangatlah banyak, diantaranya: (berpindah) انتقلوا,
(memisahkan) فارقوا,
( meninggalkan) تركوا, (bergegas
untuk pergi) بادروا, (pergi keluar) خرجوا , (mengikat) شدّوا, (berjalan) مشيوا
.[15]
c.
Lafadz جاهَدُو
Jumlah جاهدوا
adalah susunan jumlah fi'liyah yang berkedudukan sebagai ma'thuf dari ma'thuf
alaih berupa silah dari isim mausul pertama. Makna dari lafadz جاهدوا ini adalah berjihad, berperang atau
berjuang di jalan Allah. Karena makna lafad جاهدوا dalam ayat ini adalah وقاتلوا وحاربوا atau المشقة
فِي سَبِيلِ اللَّهِ لإعلاء دينه.[16]
Sedangkan makna mufrodat lafadz جاهدوا sangatlah banyak, diantaranya: (mencurahkan
segala kemampuannya) بذلوا وسعهم, (berperang) حاربوا, (berperang) قاتلوا, (berusaha) شقّوا.[17]
d.
Lafadz «أولئك يرجون»
Jumlah أولئك يرجون
adalah susunan jumlah ismiyah yang berkedudukan sebagai khobarnya Inna.
Maka mahal jumlah ini adalah rofa'. I'lal dari lafad يرجون adalah أصله يرجوون بواوين ساكنتين، فحذفت الواو الأولى لالتقاء
الساكنين، وزنه يفعلون. Makna
dari lafadz يرجون ini
adalah mengharapkan. Karena makna lafad يرجون dalam ayat ini adalah يتوقعون المنفعة
بعمل الأسباب التي سنها اللّه.
Sedangkan makna mufrodat lafadz يرجون
sangatlah banyak, diantaranya: (mengharapkan) يتوقعون , (kelobaan) يطمعون, (mengharapkan) امّلون,
(khawatir) خافون. (permohonan) توسّلون.[18]
Namun menurut al-Imam Asmu'i, jika lafadz يرجون ini bersamaan dengan huruf naïf maka maknanya
adalah khawatir (خافون) seperti firman Allah yang berbunyi: لا يرجون لقاءنا } [ سورة يونس : الآيات : 7- 11- 15 ، سورة
الفرقان : الآية 21 ] . { مَّا لَكُمْ لاَ
تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَاراً } [ نوح : 13 ] أي : لا تخافون عظمة الله .. Sedangkan bila tidak bersamaan maka
maknanya adalah mengharapkan (يتوقعون).[19]
e.
Lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ
Lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ adalah mudlof mudlof ilaih yang
berkedudukan sebagai maf'ul bih. Maka mahal lafadz ini adalah nasob. Makna dari
lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ ini adalah Rahmat Allah atau pahala dari Allah. Karena makna
lafad رَحْمَتَ اللَّهِ dalam ayat ini adalah أن يرحمهم الله
فيدخلهم جنته بفضل رحمته إياهم.[20]
Sedangkan makna mufrodat lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ sangatlah banyak, diantaranya: (surga) جنة, (pahala)
ثواب,
(belas kasih) رقّ له, (kasih sayang) شفق عليه (kelembutan kasih sayang) لطفي.[21]
2.
Al-Qur'an surat al-Taubah
ayat 24
a.
Lafadz
إِنْ كانَ آباؤُكُمْ
Jumlah إن كان آباؤكم adalah susunan lafadz (إن) حرف شرط جازم dan (كان) فعل ماض ناقص مبنيّ في محلّ جزم
فعل الشرط. kemudian mahal
jumlah ini adalah Nasab. Karena sebagai
masdar qoul dari fi'il amar sebelumnya berupa lafadz قل .[22]
b.
Lafadz آباؤُكُمْ وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ
وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
Lafadz آباؤُكُمْ
وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ adalah isimnya
lafadz Kana. Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Kemudian untuk makna dari
lafadz عَشِيرَتُكُم ini adalah keluarga. Karena makna lafad عَشِيرَتُكُمْ dalam ayat ini adalah الأهل
الأدنون. Sedangkan makna
mufrodat lafadz عَشِيرَتُكُمْ sangatlah banyak, diantaranya: (keluarga) الأهل الأدنون,
(kumpulan keluarga baik dari segi nasab atau akad) الجماعة
المجتمعة بنسب أو عقد,
(kerabat dekat) القرابة القريبة.[23]
c.
Lafadz اقْتَرَفْتُمُوها
Lafadz اقْتَرَفْتُمُوها adalah فعل ماض
مبنيّ على السكون dan (تم) ضمير فاعل serta (ها) ضمير مفعول به. Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Karena
bersetatus sebagai sifat dari lafadz أموال .[24] Kemudian
untuk makna dari lafadz اقْتَرَفْتُمُوها ini adalah yang diusahakan. Karena makna
lafad اقْتَرَفْتُمُوها dalam ayat ini adalah اكتسبتموها
كَسادَها عدم رواجها أو عدم نفادها.
Sedangkan makna mufrodat lafadz اقْتَرَفْتُمُوا diantaranya: (dikerjakan) اكتسبتمو, (mengumpulkan
harta) اجمع المال.[25]
d.
Lafadz
تَخْشَوْنَ
Lafadz تَخْشَوْنَ
adalah مضارع مرفوع dan
والواو فاعل .
Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Karena bersetatus sebagai sifat dari lafadz تجارة . Kemudian untuk makna dari lafadz تَخْشَوْنَ ini adalah khawatir.[26] Sedangkan makna mufrodat lafadz تَخْشَوْنَ diantaranya: (takut) يخوّفون, (memalukan) خجل .[27]
e.
Lafadz تَرْضَوْنَها
Lafadz ترضون adalah مضارع
مرفوع dan والواو
فاعل . Maka mahal lafadz ini
adalah rofa'. Karena bersetatus sebagai sifat
dari lafadz مساكن . Kemudian untuk
makna dari lafadz ترضون ini adalah ditempati atau diridloi.[28]
f.
Lafadzتَرَبَّصُوا
Lafadz تربّصوا adalah فعل أمر
مبنيّ على حذف النون
dan والواو فاعل . Maka mahal lafadz ini adalah jazem. Karena bersetatus sebagai jawabnya
syarat yang bersamaan dengan huruf fa' jawab. Kemudian untuk makna dari
lafadz تربّصوا ini adalah tunggulah.[29]
g.
Lafadz
حتّى يَأْتِيَ
Lafadz حتّى adalah مضارع حرف غاية
وجرّ dan lafadz يَأْتِيَ
adalah مضارع منصوب بأن مضمرة بعد حتّى والمصدر
المؤوّل (أن يأتي اللّه) في محلّ جرّ ب (حتّى) متعلّق ب (تربّصوا. Maka mahal lafadz ini يأتي adalah
I'rob jer. Karena adanya huruf jer hatta. Kemudian untuk makna dari
lafadz يأتي
ini adalah datang.[30]
3.
Al-Qur'an surat al-Taubah
ayat 73
a.
Lafadz يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
Lafadz يَا أَيُّهَا
النَّبِيُّ adalah berupaيا أداة نداء , (أيّ) منادى نكرة مقصودة مبنيّ على الضمّ
في محلّ نصب , dan و(ها) حرف تنبيه (النبيّ) بدل من أيّ أو عطف بيان تبعه في
الرفع لفظا. Maka mahal lafadz يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ ini adalah tidak punya mahal I'rob.
Karena bersetatus sebagai permulaan sebuah ungkapan استئنافيّة. [31]
b.
Lafadz وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
Lafadz وَاغْلُظْ adalah fiil amar yang berkedudukan seperti lafad جاهد dan الواو adalah atof. Maka lafadz ini bersetatus sebagai ma'tuf dari
ma'tuf alaih lafadz جاهد .[32] Kemudian
untuk makna dari lafadz وَاغْلُظْ ini adalah kasar atau melawan. Karena makna dari lafadz ini
adalah نقيض الرأفة، وهي شدة القلب على إحلال الامر
بصاحبه [33]Sedangkan
makna mufrodat lafadz وَاغْلُظْ diantaranya: (menguatkan) اكده, (kasar) خشونة , (kekejaman) فظاظة, (kekerasan)
القسوة,
dan أشدد.[34]
c.
Lafadz وَمَأْوَاهُمْ
Lafadz وَمَأْوَاهُمْ adalah kalimah isim yang berkedudukan mubtadak
مبتدأ
مرفوع وعلامة الرفع الضمّة المقدّرة على الألف dan الواو adalah permulaan استئنافيّة. Namun masih banyak perbedaan pendapat
mengenai fungsi huruf wawu tersebut.[35]
Pertama, wawu disini adalah wawu hal yang mengirangirakan lafadz افْعَلْ ذَلِكَ فِي حَالِ اسْتِحْقَاقِهِمْ جَهَنَّمَ ،
وَتِلْكَ الْحَالُ حَالُ كَفْرِهِمْ وَنِفَاقِهِمْ . kedua, wawu tanbih dengan mengirangirakan lafadz وَاعْلَمْ أَنَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ .
Ketiga, wawu permulaan dengan menitik beratkan faidah pada siyaqul
kalamnya.[36]
4.
Al-Qur'an surat al-hujarat
ayat 15
a.
Lafadz لَمْ يَرْتَابُوا
Lafadz لم يرتابوا adalah kalimah fiil yang berkedudukan ma'tuf alaih dari jumlah yang menjadi silahnya isim mausul berupa
lafadz امنوا. Maka mahal lafadz ini adalah tidak mempunyai mahal I'rob.
Karena berstatus ma'tuf silahnya
isim mausul.[37]
Kemudian untuk makna dari lafadz لم يرتابوا ini adalah tidak adanya keraguan dalam
keimanan mereka. Sedangkan makna
mufrodat lafadz لم يرتابوا diantaranya: (tidak ragu) لم يشكوا, (tidak berguncang) لا تزلزلوا, (tenang) ثبتوا,
(kemantapan) التصديق.[38]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ulasan
konsep jihad dalam Islam bukanlah konsepsi anarkhisme untuk pembantaian
orang-orang non-Muslim. Jihad dalam Islam diproporsikan guna melindungi
eksistensi agama, kebebasan akidah dan kemerdekaan tanah air dari teror. Islam
tidak menghunuskan pedang untuk menancapkan keimanan dalam dada umat, akan
tetapi Islam menanamkan akidah dalam hati dengan sentuhan dalil dan hujjah,
karena tidak ada paksaan dalam keyakinan. Lebih dari itu, jihad juga datang
sebagai gerakan pembebasan manusia dari sistem dan nilai-nilai jahiliah dan
setan.
Kata 'jihad' dengan keanekaragaman derivasi kata
turunannya seperti makna mufrodat di atas. Akan tetapi Dalam al-Qur'an tidak
ada kecenderungan arti jihad pada makna tertentu. Jihad, dalam bahasa al-Qur'an
maknanya sesuai dengan konteks asbab al-nuzul dan asbab al-wurud-nya.
Secara literal jihad mempunyai arti: mengerahkan segenap kapasitas, mencurahkan
kemampuan, mengeksploitasi energi atau berjuang keras. Etimologis ini bisa
dihimpun dengan bahasa mengerahkan segenap kemampuan demi mencapai tujuan. Konotasi
turunan yang dihasilkan dari akar kata jihad adalah ijtihad dan mujahadah.
B.
Saran Kajian
Kajian
ilmiah masih sangat sederhana, belum memasukkan ayat-ayat lain sebagai penjelas
keempat ayat di atas. Dan juga belum memasukkan penerapan ayat diatas dalam
konteks kekinian. Jadi, alangkah lebih sempurna bila kedua pokok tersebut
diangkat. Sebagai pengejawantahan mahasiswa tafsir yang selalu dituntut untuk
mengkonstekstualkan firman Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Juzairi,
Abdurrohman. Al-Fiqh Ala Madzahibi Al-'Arbah. Bairut: Dar Al-Kutub.
2001.
Az-Zuhaily, Wahbah bin Musthofa. At-Tafsir Al-Munir
Fii Aqidah wa Syariat Wa Manhaj. Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000. Tt.
At-Thobari,
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar. Jami' Al-Bayan Fi Takwil Al-Qur'an.
Bairut: Dar Al-Kutub. 2000.
Al-Halabi,
As-Sumain. Al-Dar Al-Masun Fi Ilmi Al-Maknun. Maktabah Al-Tsamilah:
Versi 20.000. Tt.
As-Sowi,
Ahmad Bin Muhammad. Hasyiyah As-Sowi Ala Tafsir Jalalain Juz 2. Libanon:
Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah. 2007.
Al-Maliki, Abu Muhammad Makkibin Abi Tholib
Al-Andalusi. Al-Hidayah Ila Bulughi An-Nihayah Fi Ilmi Ma'ani Al-Qur'an.
Mesir: Majmu'atul Al-Buhus. Tt.
As-Sa'idi,
Abdurrohman Bin Nasir Bin Abdulloh. Tafsir As-Sa'idi Fi Tafsiri Kalami
Al-Manan. Maktabah: Muasisu Ar-Risalah. 1417.
Al-Jashos,
Muhamad. Ahkam Al-Qur'an Li Ibni Jashos. Maktabah Tsamila: Versi 20.000.
Al-Husaini,
Sihabuddin Mahmud Bin Muhammad. Rouhul Ma'ani Fitafsiri Al-Qur'an. Bairut:
Dar Al-Kutub Ilmiyah. 1415.
Munawwir, Ahmad Warshon. Al-Munawwir. Surabaya:
Pustaka Progressif. 1997.
Al-Maroghi, Ahmad Musthofa. Mufrodat Al-Qur'an Li
Syaih Al-Maroghi. Maktabah
Tsamila: Versi 20.000.
Ziyad, Ibrohim
Musthofa Dan Ahmad. Mu'jam Al-Wasith. Maktabah: Dar Ad-Dakwah.
Ridlo,
Muhammad Rosyid Ali. Tafsir Al-Mannar. Mesir: Al-Hai'ahal-Misriyyah.
1990.
Al-Andalusi, Abu Muhammad Abdul Haq Bin Gholib Bin
Abdurrohman. Al-Muharror Al-Wajiz. Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000.
Syofi, Muhammad bin Adburrohim. Al-Jadwal fi I'robil Qur'an. Damaskus: Dar
Ar-Rosyid. 1376.
As-Samarqondi, Abu Lais Nasr Bin Muhammad Bin Ahmad
Bin Ibrohim. Bahrul 'Ulum.
Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000.
[1]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah wa Syariat Wa
Manhaj, (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 176.
[2]
Abdurrohman Al-Juzairi, Al-Fiqh Ala Madzahibi Al-'Arbah, (Bairut: Dar Al-Kutub, 2001), hlm: 219. Lihat: كتاب الجهاد علي المذاهب الاربعة
[3] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar
At-Thobari, Jami' Al-Bayan Fi Takwil Al-Qur'an, (Bairut: Dar Al-Kutub,
2000), hlm: 219 Lihat: قال أبو جعفر: يعني
بذلك جل ذكره: إنّ الذين صَدَّقوا بالله وبرسوله وبما جاء به
[4] As-Sumain Al-Halabi, Al-Dar
Al-Masun Fi Ilmi Al-Maknun, (Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000, tt), hlm:
500. Lihat: وتكريرُ الموصولِ بالنسبةِ إلى
الصفاتِ لا الذواتِ
[5] Ahmad Bin Muhammad As-Sowi, Hasyiyah
As-Sowi Ala Tafsir Jalalain Juz 2, (Libanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,
2007), hlm: 37. Lihat: انه اذا تعارض امر من
امور الدين مع مصالح الدنيا
[6] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu
Jakfar At-Thobari, Jami' Al-.,,, hlm: 358 lihat:واختلف أهل التأويل في صفة "الجهاد" الذي أمر الله نبيه به في
المنافقين.
[7]
Abu Muhammad Makkibin Abi Tholib Al-Andalusi Al-Maliki, Al-Hidayah Ila
Bulughi An-Nihayah Fi Ilmi Ma'ani Al-Qur'an, (Mesir: Majmu'atul Al-Buhus,
tt), hlm: 765. Lihat: قال
ابن مسعود : الجهاد يكون باليد ، واللسان ، والقلب ، فإن لم يستطع فليكفهِّر في
وجهه
[8] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar
At-Thobari, Jami' Al-Bayan .,,, hlm: 219 Lihat: (وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ) الغلظ: نقيض الرأفة، وهي شدة
القلب على إحلال الامر بصاحبه
[9] Abdurrohman Bin Nasir Bin Abdulloh
As-Sa'idi, Tafsir As-Sa'idi Fi Tafsiri Kalami Al-Manan, (Maktabah: Muasisu
Ar-Risalah, 1417), hlm: 802. Lihat: من جمعوا
بين الإيمان والجهاد في سبيله
[10] Muhamad Al-Jashos, Ahkam
Al-Qur'an Li Ibni Jashos, (Maktabah Tsamila: Versi 20.000, tt), hlm:
171-172. Lihat: (وقوله وجاهدوا
باموالكم وأنفسكم في سبيل الله) فأوجب فرض الجهاد بالمال والنفس جميعا
[11] Sihabuddin Mahmud Bin Muhammad
Al-Husaini, Rouhul Ma'ani Fitafsiri Al-Qur'an (Bairut: Dar Al-Kutub
Ilmiyah, 1415), hlm: 210-211. Lihad: العدو وهو ثلاثة أضرب
مجاهدة العدو الظاهر كالكفار ومجاهدة الشيطان ومجاهدة النفس
[12]
Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm: 445.
[13]
Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Mufrodat Al-Qur'an Li Syaih Al-Maroghi, (Maktabah Tsamila: Versi 20.000, tt), hlm:
123-124.
[14]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir.,,,hlm: 176.
[15] Ibid.,,,hlm: 52. dan Ibrohim
Musthofa Dan Ahmad Ziyad, Mu'jam Al-Wasith, (Maktabah: Dar Ad-Dakwah,
tt), hlm: 142. Lihat: ( جاهد ) العدو
مجاهدة وجهادا قاتله . dan Ahmad
Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 765
[16] Wahbah
bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 388. Lihat: وَجاهَدُوا من الجهد: وهو المشقة فِي سَبِيلِ اللَّهِ لإعلاء دينه
[17] Ibrohim Musthofa Dan Ahmad Ziyad, Mu'jam
.,,, hlm: 142. dan Muhammad Rosyid
Ali Ridlo, Tafsir Al-Mannar, (Mesir: Al-Hai'ahal-Misriyyah, 1990), hlm:
255. Lihat:
وَأَمَّا الْمُجَاهَدَةُ فَهِيَ مِنَ الْجُهْدِ وَهُوَ الْمَشَقَّةُ ، وَلَيْسَ
خَاصًّا بِالْقِتَالِ
[18] Ibid.,,,dan
Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,
hlm: 445.
[19]
Abu Muhammad Abdul Haq Bin Gholib Bin Abdurrohman Al-Andalusi, Al-Muharror
Al-Wajiz, (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 390. Lihat: وقال الأصمعي : « إذ اقترن حرف النفي بالرجاء كان بمعنى الخوف
[22]
Muhammad bin Adburrohim
Syofi, Al-Jadwal fi I'robil Qur'an, (Damaskus: Dar Ar-Rosyid, 1376), hlm.
400. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 445
[23]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 370. Lihat:
وَعَشِيرَتُكُمْ أقرباؤكم ذوو القرابة القريبة. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 235
[24] Ibid.,,,
hlm: 76.
[25]
Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir, .,,
hlm: 333
[26]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii.,,, hlm: 294.
[27]
Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,,hlm: 445
[28]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii .,,, hlm: 112.
[29] Idem.,,,
hlm: 50.
[30]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir.,,,hlm: 392.
[31] Ibid.,,,
hlm: 390.
[32] Ibid.,,,
hlm: 390. Lihat: وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ بالانتهار
والمقت، والغلظة: الخشونة و في المعاملة وهي ضدّ اللين. الْمَصِيرُ المرجع.
[33] Ibid.,,,
hlm: 390.
[34]
Abul Al-Baqo' Abdulloh Bin Husain Bin Abdulloh Al-'Akbari, At-Tibyan Fi .,,,
hlm: 655. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 445
[35]
Abul Al-Baqo' Abdulloh Bin Husain Bin Abdulloh Al-'Akbari, At-Tibyan .,,, hlm:
390. Lihat: أَحَدُهَا : أَنَّهَا وَاوُ الْحَالِ ،
وَالتَّقْدِيرُ : افْعَلْ ذَلِكَ فِي حَالِ اسْتِحْقَاقِهِمْ جَهَنَّمَ
[36]
Abu Lais Nasr Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Ibrohim As-Samarqondi, Bahrul 'Ulum, (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt),
hlm: 390. Lihat: {
واغلظ عَلَيْهِمْ } ، يعني : أشدد عليهم
[37]
Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 557.
[38]
Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 226.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar