Halaman

Liat Siapa مزكي احمد

Sabtu, 05 Oktober 2013

Interpretasi ayat yang bertemakan jihad


BAB  I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu, interpretasi ayat-ayat yang bertemakan jihad semakin ber macam-macam. Keberagaman interpretasi tersebut dilatarbelakangi dengan berbagai hal. Diantaranya, karena metode penafsirannya yang beraneka ragam, pemahaman dalam tatabahasa dan yang paling mendasar disebabkan adanya keanekaragaman makna dalam satu kata.
Bahasa adalah alat informasi yang maknanya tidak bisa tetap dalam satu makna, tergantung pada kondisi pemakainya. Artinya, makna dari sebuah kata sangatlah mungkin bergeser. Oleh karena itu, dalam kaidah penafsiran dan tarjamah, bahwa keharusan interpretasi dengan memakai makna ketika turunnya al-Qur'an. Hal ini adalah sebuah keharusan. Karena, bila penafsiran mengikuti perubahan bahasa maka maksud tujuan dalam kalamulloh akan terus berubah dan bahkan bisa berbalik arah dari maksud sebenarnya.
Memahami keanekaragaman makna perlafadz dalam al-Qur'an sangatlah penting di dalam memahami siyaqul kalam ayat-ayat al-Qur'an. Semua ini sebagai pengejawantahan mahasiswa tafsir dalam memenuhi kesempurnaan dalam penafsiran al-Qur'an. Dan sebagai manifestasi kita dalam mengembangkan serta menyempurnakan penafsiran klasik yang mungkin kurang relevan untuk saat ini.
B.            Rumusan Masalah
1.        Apakah sajakah ayat-ayat yang bertemakan jihad?
2.        Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat yang bertemakan jihad?
3.        Apa sajakah macam-macam makna mufrodat ayat-ayat yang bertemakan jihad? Serta bagaimanakah model tatabahasanya?
C.            Tujuan Pembahasan
1.        Untuk mengetahui ayat-ayat yang bertemakan jihad.
2.        Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat yang bertemakan jihad.
3.        Untuk mengetahui macam-macam makna mufrodat ayat-ayat yang bertemakan jihad, Serta untuk mengetahui model tatabahasa ayat-ayat jihad.
BAB  II
PEMBAHASAN
A.           Ayat-Ayat Jihad
Kata 'jihad' dengan aneka derivasi kata turunannya sangatlah banyak di dalam al-kitab. Menurut Dr. Wahbah Az-zuhaili, Kata 'jihad' tertera sebanyak 41 kali dalam Al-Qur'an yang tersebar di 19 Surat. Ayat-ayat jihad dalam konteks perjuangan ditemukan sebanyak 28 ayat. Secara literal jihad mempunyai arti: mengerahkan segenap kapasitas, mencurahkan kemampuan, mengeksploitasi energi atau berjuang keras. Etimologis ini bisa dihimpun dengan bahasa mengerahkan segenap kemampuan demi mencapai tujuan.  Konotasi turunan yang dihasilkan dari akar kata jihad adalah ijtihad dan mujahadah.[1]
Diantara ayat yang menjelaskan konsep jihad adalah:
1.         Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 218
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`ƒÉ©9$#ur (#rãy_$yd (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_ötƒ |MyJômu «!$# 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇËÊÒÈ  
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2.        Al-Qur'an Surat Al-Taubah Ayat 24
ö@è% bÎ) tb%x. öNä.ät!$t/#uä öNà2ät!$oYö/r&ur öNä3çRºuq÷zÎ)ur ö/ä3ã_ºurør&ur óOä3è?uŽÏ±tãur îAºuqøBr&ur $ydqßJçGøùuŽtIø%$# ×ot»pgÏBur tböqt±øƒrB $ydyŠ$|¡x. ß`Å3»|¡tBur !$ygtRöq|Êös? ¡=ymr& Nà6øs9Î) šÆÏiB «!$# ¾Ï&Î!qßuur 7Š$ygÅ_ur Îû ¾Ï&Î#Î7y (#qÝÁ­/uŽtIsù 4Ó®Lym šÎAù'tƒ ª!$# ¾Ín͐öDr'Î/ 3 ª!$#ur Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# šúüÉ)Å¡»xÿø9$# ÇËÍÈ  
Artinya: Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

3.        Al-Qur'an Surat Al-Taubah Ayat 73
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# ÏÎg»y_ u$¤ÿà6ø9$# tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$#ur õáè=øñ$#ur öNÍköŽn=tã 4 öNßg1urù'tBur ÞO¨Yygy_ ( }§ø©Î/ur 玍ÅÁyJø9$# ÇÐÌÈ  
Artinya:Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
4.        Al-Qur'an Surat Al-Hujarat Ayat 15
$yJ¯RÎ) šcqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç/$s?ötƒ (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î/ óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ  
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.
B.            Tafsir Ayat-Ayat Jihad
Terminologi para ulama' mengenai kata jihad secara umum didefinisikan dengan berjuang keras demi terciptanya masyarakat Islami dan demi menegakkan serta menjunjung kalimat Allah supaya pesan-pesan Ilahi bisa diaplikasikan di muka bumi. 
Dalam konteks perang, terminologi jihad menurut Hanafiyyah didefinisikan sebagai usaha dakwah untuk mengajak kepada agama yang haq dan memerangi orang yang menolak dan menentangnya baik dengan turun langsung ke medan perang atau dengan wujud partisipasi lain.  Malikiyyah mendefinisikan jihad sebagai peperangan antara umat Islam melawan kufar yang tidak memiliki ikatan rekonsiliasi damai dengan Islam dengan tujuan li i'la'i kalimatillah. Menurut Hanabilah jihad adalah agresi umat Islam yang diarahkan hanya kepada orang kafir, sehingga menurut versi ini perang menghadapi pemberontak (bughat), qutho' at-thoriq (perampok jalanan) bukan termasuk jihad. Sedangkan terminologi jihad menurut Syafi'iyyah adalah perang melawan kufar untuk melindungi eksistensi agama.[2]
Corak para mufasir dalam mengekspresikan konsep jihad dalam 4 ayat diatas adalah:
1.        Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 218
Para ahli tafsir dalam menanggapi ayat ini, sangatlah bermacam-macam. Diantaranya Abu Jakfar, beliau mentakwil ayat al-Baqoroh ini adalah, bahwa di dalam ayat ini Allah memberikan keleluasaan bagi umat Nabi Muhammad untuk mengharap ampunan kepada Allah. Pada dasarnya, subtansi dari ayat ini adalah menerangkan apa itu roja' ala rahmat al-robb (mengharap imbalan). Kemudian siapakah orang yang selalu mengharapkan ampunan tersebut? Disini, Abu Jakfar mentakwil ayat tersebut dengan takwilan yang pertama, orang – orang yang membenarkan akan adanya Allah dan rosulnya serta membenarkan apapun yang datang dari Allah dan rosulnya tanpa terkecuali dan tanpa pemilahan. Kedua, orang yang berhijrah meninggalkan rumahnya dengan tujuan untuk berperang di jalan Allah. Abu jakfar memahami orang yang kedua ini sebagai satu paket sifat, karena wawu atof disana bermakna mengikat keduanya (li mutlaqil jam'i). Artinya, berhijrah dan berjihad ini menjadi kesatuan sifat yang selalu melekat bila seorang hamba ingin bersetatus orang yang menginginkan rahmat Allah.[3]
Berbeda dengan al-Halabi, menurut beliau orang yang masuk kategori menginginkan rahmat Allah haruslah mempunyai tiga sifat. Yakni iman, hijrah dan jihad. Kemudian beliau memahami sifat iman punya kehususan dengan isim mausul sendiri dan tidak dengan sifat hijroh dan jihad. Hal ini dikarenakan sifat iman adalah pokok dari dua sifat setelahnya. Artinya, sifat iman kepada Allah dan rosulnya harus dipunyai oleh orang yang berhijrah dan berjihad agar masuk dalam kategori orang yang mengharapkan rahmat Allah. Penyambungan huruf 'atof seperti ayat ini mempunya faidah pensifatan satu dzat dengan tiga sifat.[4] 
Perbedaan kedua mufasir diatas adalah pada dua pokok pembahasan. Pertama, dalam mengartikan wawu athof. Kedua, pengulangan isim mausulnya yang hanya terletak pada silah lafat amanu dan hajaru, sedangkan lafadz jahadu tidak bersandingan dengan isim mausul.
2.        Al-Qur'an Surat Al-Taubah Ayat 24
Subtansi dari ayat ini adalah tentang tiga perkara penting. Pertama, ketika ada dua perkara yang berlawanan (perkara dunia dan perkara ahirat) wajib mendahulukan perkara ahirat walaupun perkara dunia itu jadi sia-sia atau terbengkelai. Atau lebih jelasnya, kita diwajibkan mencintai Allah dan nabi Muhammad melebihi apapun. Kedua, dengan melihat asbabu an nuzul ayat ini ketika Rosululloh mengutus umat islam makah untuk berhijrah ke Madinah. Sebagian dari mereka ada yang langsung setuju dan ada sebagiannya masuk islam saja tanpa berhijrah untuk berjihat dengan beberapa alasan, diantaranya: karena berjihad bisa menghilangkan pekerjaan, hubungan saudara menjadi renggang bahkan bisa hilang harta yang ditinggalkanya.[5]
3.        Al-Qur'an Surat Al-Taubah Ayat 73
Banyak perbedaan antara ahlu takwil dalam mentakwil ayat ini, diantaranya ada yang berpendapat bahwa Allah hanya menyuruh para nabi untuk memerangi orang kafir dan orang-orang fasik dengan pedang. Artinya dengan memerangi sampai mati. Dan sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa maksud dari jihad tersebut adalah dengan hujjah atau dalam rangka berdebat dengan lisan sedangkan pedang adalah pilihan terahir ketika memang hanya jalan satu-satunya.[6]
Menurut al-Qurtubi, ada dua subtansi utama dalam ayat ini. Yakni perintah jihad dan perintah kasar kepada orang kafir.
a.      Perintah Jihad
Allah memerintah berperang kepada orang kafir disini tidak ditujukan hanya kepada nabi saja, akan tetapi umum kepada umatnya pula, meskipun secara mantuq hithob ini ditujukan kepada Nabi Muhammad. Dan ada perbedaan makna jihad ini tergantung pada objeknya. Apabila kepada orang kafir maka orientasinya dengan mengangkat senjata atau perang. Sedangkan untuk musuh yang berupa orang fasik atau orang munafiq adalah dengan lisan atau berlaku kasar. Ini adalah pendapat mayoritas ulamak ahli tafsir seperti yang diriwayatkan oleh imam Qotadah, al-Hasan, al-Dlohak dan ibnu Abbas.
Menurut Ibnu Masud, urutan berjihad ini pertamanya harus dengan perang kemudian jika tidak mampu maka dengan lisan dan bila tidak mampu maka dengan lisan dan sikap acuh kepada mereka.[7]
b.      Perintah Kasar
Berlaku kasar artinya tidak berbelas kasihan kepada orang kafir atau orang fasik. Namun hanya kepada perkara yang haq. Artinya, berlaku kasar ini tidaklah mutlaq dengan cara apapun. Akan tetapi hanya pada masalah hudud saja. Jadi cercaan dengan lisan tidaklah masuk dalam konsep ini. Hal ini pernah dicontohkan oleh nabi ketika ada seorang budak didera akibat berzina, beliau tidak mencerca meskipun sibudak tersebut telah terbukti berzina, namun proses penghukuman tetap berjalan. Jadi, orientasi kasar ini adalah tidak memaafkan orang kafir atau munafiq yang memang terbukti salah.[8]
4.        Al-Qur'an Surat Al-Hujarat Ayat 15
Al-Qur'an dalam Surat Al-Hujarat Ayat 15 ini mendevinisikan siapakah sebenarnya orang yang beriman itu. Menurut ayat ini, orang yang beriman dengan benar adalah orang yang melakukan tiga perkara. Pertama, membenarkan serta meyakini apapun yang  datang dari Allah dan rosulNya. Kedua, sebagai wujud pembenarnya dengan beramal sholeh. Ketiga, berjihad di jalan Allah baik dengan harta atau dengan dirinya. Dan bukan dikatakan orang yang beriman bila seseorang masuk islam karena takut dibunuh atau karena harta.[9]
Menurut al-Jashos dalam kitabnya Ahkam al-Qur'an, bahwa konsep jihad dengan harta atau dengan diri ini sebuah kesatuan yang harus maju semuanya. Akan tetapi tetap dengan qoyyid bagi yang mampu. Jadi, untuk yang mempunyai harta dan juga mampu untuk berperang maka keduanya harus didermakan untuk kepentingan jihad.[10]
Walhasil, legislasi jihad dalam Islam bukanlah konsepsi anarkhisme untuk pembantaian orang-orang non-Muslim. Jihad dalam Islam diproporsikan guna melindungi eksistensi agama, kebebasan akidah, kebebasan dakwah dan kemerdekaan tanah air dari teror, intimidasi, agresi dan penjajahan kemanusiaan dan keimanan. Islam tidak menghunuskan pedang untuk menancapkan keimanan dalam dada umat, akan tetapi Islam menanamkan akidah dalam hati dengan sentuhan dalil dan hujjah, karena tidak ada paksaan dalam keyakinan. Lebih dari itu, jihad juga datang sebagai gerakan pembebasan manusia dari sistem dan nilai-nilai jahiliah dan setan.
C.           Mufrodat dan Tata Bahasa Ayat-Ayat Jihad
Sebelum masuk pada arti mufrodat dari kata jihad, bahwa  dalam Dalam al-Qur'an dan Hadits tidak ada kecenderungan arti jihad pada makna tertentu. Jihad, dalam bahasa al-Qur'an dan Hadits maknanya sesuai dengan konteks asbab al-nuzul dan asbab al-wurud-nya. Yakni berjuang dengan sepenuh kekuatan untuk menegakkan agama Allah. Sihabuddin Muhammad dalam kitabnya Rouhul Ma'ani menjelaskan bahwa musuh dalam kontek jihad yang tersirat dalam al-Qur'an hanya ada tiga musuh. Pertama, jihad terhadap orang kafir yang belum memiliki ikatan rekonsiliasi damai dengan Islam dengan tujuan li i'la'i kalimatillah dan menghawatirkan eksistensi umat islam. Kedua, jihad terhadap setan, karena Alloh telah mempertegas bahwa setan adalah musuh manusia. Ketiga, jihad terhadap hawa nafsu.[11]  
1.        Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh Ayat 218
a.         Lafadz إنّ الذين آمنوا
Jumlah إنّ الذين آمنوا adalah susunan yang berupa awalan sebuah ungkapan (استئنافيّة). Makna dari isim mausul alladzi ini adalah orang-orang yang menetapi keimanan. Karena makna lafad آمنوا dalam ayat ini adalah ثبتوا على إيمانهم. Sedangkan makna mufrodat lafadz آمنوا sangatlah banyak, diantaranya: (mempercayai) وثقوا,[12] (membenarkan) صدّقوا, (tunduk) خضعوا, (menjaga) حفظوا, (menguatkan)قوى , (menepati)  وفى, (menyelamatkan) سلموا .[13]
b.        Lafadz هاجَرُوا
Jumlah هاجروا adalah susunan yang berupa silah dari isim mausul yang tidak punya mahal I'rob. Makna dari هاجروا ini adalah berhijrah meninggalkan tempat tinggal dan keluarganya dari negara orang kafir menuju negara orang Islam. Karena makna lafad هاجروا dalam ayat ini adalah الانتقال من موضع إلى موضع atau  فارقوا أوطانهم وأهلهم من دار الكفر إلى دار الإسلام.[14] Sedangkan makna mufrodat lafadz هاجروا sangatlah banyak, diantaranya: (berpindah) انتقلوا, (memisahkan) فارقوا, ( meninggalkan) تركوا, (bergegas untuk pergi) بادروا, (pergi keluar) خرجوا , (mengikat)  شدّوا, (berjalan) مشيوا .[15]
c.         Lafadz جاهَدُو
Jumlah جاهدوا adalah susunan jumlah fi'liyah yang berkedudukan sebagai ma'thuf dari ma'thuf alaih berupa silah dari isim mausul pertama. Makna dari lafadz جاهدوا ini adalah berjihad, berperang atau berjuang di jalan Allah. Karena makna lafad جاهدوا dalam ayat ini adalah وقاتلوا وحاربوا atau  المشقة فِي سَبِيلِ اللَّهِ لإعلاء دينه.[16] Sedangkan makna mufrodat lafadz جاهدوا sangatlah banyak, diantaranya: (mencurahkan segala kemampuannya) بذلوا وسعهم, (berperang) حاربوا, (berperang) قاتلوا, (berusaha) شقّوا.[17]
d.        Lafadz «أولئك يرجون»
Jumlah أولئك يرجون adalah susunan jumlah ismiyah yang berkedudukan sebagai khobarnya Inna. Maka mahal jumlah ini adalah rofa'. I'lal dari lafad يرجون adalah أصله يرجوون بواوين ساكنتين، فحذفت الواو الأولى لالتقاء الساكنين، وزنه يفعلون. Makna dari lafadz يرجون ini adalah mengharapkan. Karena makna lafad يرجون dalam ayat ini adalah يتوقعون المنفعة بعمل الأسباب التي سنها اللّه. Sedangkan makna mufrodat lafadz يرجون sangatlah banyak, diantaranya: (mengharapkan) يتوقعون , (kelobaan) يطمعون, (mengharapkan) امّلون, (khawatir) خافون. (permohonan) توسّلون.[18]
Namun menurut al-Imam Asmu'i, jika lafadz يرجون ini bersamaan dengan huruf naïf maka maknanya adalah khawatir (خافون) seperti firman Allah yang berbunyi: لا يرجون لقاءنا } [ سورة يونس : الآيات : 7- 11- 15 ، سورة الفرقان : الآية 21 ] . { مَّا لَكُمْ لاَ تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَاراً } [ نوح : 13 ] أي : لا تخافون عظمة الله .. Sedangkan bila tidak bersamaan maka maknanya adalah mengharapkan (يتوقعون).[19]
e.         Lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ
Lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ adalah mudlof mudlof ilaih yang berkedudukan sebagai maf'ul bih. Maka mahal lafadz ini adalah nasob. Makna dari lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ ini adalah Rahmat Allah atau pahala dari Allah. Karena makna lafad رَحْمَتَ اللَّهِ dalam ayat ini adalah أن يرحمهم الله فيدخلهم جنته بفضل رحمته إياهم.[20] Sedangkan makna mufrodat lafadz رَحْمَتَ اللَّهِ sangatlah banyak, diantaranya: (surga) جنة, (pahala) ثواب, (belas kasih) رقّ له, (kasih sayang) شفق عليه (kelembutan kasih sayang) لطفي.[21]
2.        Al-Qur'an surat al-Taubah ayat 24
a.         Lafadz إِنْ كانَ آباؤُكُمْ
Jumlah إن كان آباؤكم adalah susunan lafadz (إن) حرف شرط جازم dan  (كان) فعل ماض ناقص مبنيّ في محلّ جزم فعل الشرط. kemudian mahal jumlah ini adalah Nasab.  Karena sebagai masdar qoul dari fi'il amar sebelumnya berupa lafadz قل .[22]
b.      Lafadz  آباؤُكُمْ وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
Lafadz آباؤُكُمْ وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ adalah isimnya lafadz Kana. Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Kemudian untuk makna dari lafadz عَشِيرَتُكُم ini adalah keluarga. Karena makna lafad عَشِيرَتُكُمْ dalam ayat ini adalah الأهل الأدنون. Sedangkan makna mufrodat lafadz عَشِيرَتُكُمْ sangatlah banyak, diantaranya: (keluarga) الأهل الأدنون, (kumpulan keluarga baik dari segi nasab atau akad) الجماعة المجتمعة بنسب أو عقد, (kerabat dekat) القرابة القريبة.[23]
c.         Lafadz اقْتَرَفْتُمُوها
Lafadz اقْتَرَفْتُمُوها adalah فعل ماض مبنيّ على السكون dan (تم) ضمير فاعل serta (ها) ضمير مفعول به. Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Karena bersetatus sebagai sifat  dari lafadz أموال .[24] Kemudian untuk makna dari lafadz اقْتَرَفْتُمُوها ini adalah yang diusahakan. Karena makna lafad اقْتَرَفْتُمُوها dalam ayat ini adalah اكتسبتموها كَسادَها عدم رواجها أو عدم نفادها. Sedangkan makna mufrodat lafadz اقْتَرَفْتُمُوا diantaranya: (dikerjakan) اكتسبتمو, (mengumpulkan harta)  اجمع المال.[25]
d.        Lafadz تَخْشَوْنَ
Lafadz تَخْشَوْنَ adalah مضارع مرفوع  dan والواو فاعل . Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Karena bersetatus sebagai sifat  dari lafadz تجارة . Kemudian untuk makna dari lafadz تَخْشَوْنَ ini adalah khawatir.[26]  Sedangkan makna mufrodat lafadz تَخْشَوْنَ diantaranya: (takut) يخوّفون, (memalukan) خجل .[27]
e.         Lafadz تَرْضَوْنَها
Lafadz ترضون adalah مضارع مرفوع  dan والواو فاعل . Maka mahal lafadz ini adalah rofa'. Karena bersetatus sebagai sifat  dari lafadz مساكن  . Kemudian untuk makna dari lafadz ترضون ini adalah ditempati atau diridloi.[28] 
f.          Lafadzتَرَبَّصُوا
Lafadz تربّصوا adalah فعل أمر مبنيّ على حذف النون dan والواو فاعل . Maka mahal lafadz ini adalah jazem. Karena bersetatus sebagai jawabnya syarat yang bersamaan dengan huruf fa' jawab. Kemudian untuk makna dari lafadz تربّصوا ini adalah tunggulah.[29] 
g.         Lafadz حتّى يَأْتِيَ
Lafadz حتّى adalah مضارع حرف غاية وجرّ dan lafadz  يَأْتِيَ adalah مضارع منصوب بأن مضمرة بعد حتّى والمصدر المؤوّل (أن يأتي اللّه) في محلّ جرّ ب (حتّى) متعلّق ب (تربّصوا. Maka mahal lafadz ini يأتي adalah I'rob jer. Karena adanya huruf jer hatta. Kemudian untuk makna dari lafadz يأتي ini adalah datang.[30] 
3.        Al-Qur'an surat al-Taubah ayat 73
a.         Lafadz يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
Lafadz يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ adalah berupaيا أداة نداء  , (أيّ) منادى نكرة مقصودة مبنيّ على الضمّ في محلّ نصب , dan و(ها) حرف تنبيه (النبيّ) بدل من أيّ أو عطف بيان تبعه في الرفع لفظا. Maka mahal lafadz يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ ini adalah tidak punya mahal I'rob. Karena bersetatus sebagai permulaan sebuah ungkapan استئنافيّة. [31]
b.        Lafadz وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
Lafadz وَاغْلُظْ adalah fiil amar yang berkedudukan seperti lafad جاهد dan الواو adalah atof. Maka lafadz ini bersetatus sebagai ma'tuf dari ma'tuf alaih lafadz جاهد .[32] Kemudian untuk makna dari lafadz وَاغْلُظْ ini adalah kasar atau melawan. Karena makna dari lafadz ini adalah نقيض الرأفة، وهي شدة القلب على إحلال الامر بصاحبه [33]Sedangkan makna mufrodat lafadz وَاغْلُظْ diantaranya: (menguatkan) اكده, (kasar) خشونة , (kekejaman) فظاظة, (kekerasan) القسوة, dan أشدد.[34]
c.         Lafadz وَمَأْوَاهُمْ
Lafadz وَمَأْوَاهُمْ adalah kalimah isim yang berkedudukan mubtadak مبتدأ مرفوع وعلامة الرفع الضمّة المقدّرة على الألف dan الواو adalah permulaan استئنافيّة. Namun masih banyak perbedaan pendapat mengenai fungsi huruf wawu tersebut.[35] Pertama, wawu disini adalah wawu hal yang mengirangirakan lafadz افْعَلْ ذَلِكَ فِي حَالِ اسْتِحْقَاقِهِمْ جَهَنَّمَ ، وَتِلْكَ الْحَالُ حَالُ كَفْرِهِمْ وَنِفَاقِهِمْ . kedua, wawu tanbih dengan mengirangirakan lafadz وَاعْلَمْ أَنَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ  . Ketiga, wawu permulaan dengan menitik beratkan faidah pada siyaqul kalamnya.[36]
4.        Al-Qur'an surat al-hujarat ayat 15
a.         Lafadz لَمْ يَرْتَابُوا
Lafadz لم يرتابوا adalah kalimah fiil yang berkedudukan ma'tuf alaih dari jumlah  yang menjadi silahnya isim mausul berupa lafadz امنوا. Maka mahal lafadz ini adalah tidak mempunyai mahal I'rob. Karena berstatus ma'tuf silahnya isim mausul.[37] Kemudian untuk makna dari lafadz لم يرتابوا ini adalah tidak adanya keraguan dalam keimanan mereka.  Sedangkan makna mufrodat lafadz لم يرتابوا diantaranya: (tidak ragu) لم يشكوا, (tidak berguncang) لا تزلزلوا, (tenang) ثبتوا, (kemantapan) التصديق.[38]


BAB  III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Ulasan konsep jihad dalam Islam bukanlah konsepsi anarkhisme untuk pembantaian orang-orang non-Muslim. Jihad dalam Islam diproporsikan guna melindungi eksistensi agama, kebebasan akidah dan kemerdekaan tanah air dari teror. Islam tidak menghunuskan pedang untuk menancapkan keimanan dalam dada umat, akan tetapi Islam menanamkan akidah dalam hati dengan sentuhan dalil dan hujjah, karena tidak ada paksaan dalam keyakinan. Lebih dari itu, jihad juga datang sebagai gerakan pembebasan manusia dari sistem dan nilai-nilai jahiliah dan setan.
Kata 'jihad' dengan keanekaragaman derivasi kata turunannya seperti makna mufrodat di atas. Akan tetapi Dalam al-Qur'an tidak ada kecenderungan arti jihad pada makna tertentu. Jihad, dalam bahasa al-Qur'an maknanya sesuai dengan konteks asbab al-nuzul dan asbab al-wurud-nya. Secara literal jihad mempunyai arti: mengerahkan segenap kapasitas, mencurahkan kemampuan, mengeksploitasi energi atau berjuang keras. Etimologis ini bisa dihimpun dengan bahasa mengerahkan segenap kemampuan demi mencapai tujuan. Konotasi turunan yang dihasilkan dari akar kata jihad adalah ijtihad dan mujahadah.
B.            Saran Kajian
Kajian ilmiah masih sangat sederhana, belum memasukkan ayat-ayat lain sebagai penjelas keempat ayat di atas. Dan juga belum memasukkan penerapan ayat diatas dalam konteks kekinian. Jadi, alangkah lebih sempurna bila kedua pokok tersebut diangkat. Sebagai pengejawantahan mahasiswa tafsir yang selalu dituntut untuk mengkonstekstualkan firman Allah.  


DAFTAR  PUSTAKA
Al-Juzairi, Abdurrohman. Al-Fiqh Ala Madzahibi Al-'Arbah. Bairut: Dar Al-Kutub. 2001.
Az-Zuhaily, Wahbah bin Musthofa. At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah wa Syariat Wa Manhaj. Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000. Tt.
At-Thobari, Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar. Jami' Al-Bayan Fi Takwil Al-Qur'an. Bairut: Dar Al-Kutub. 2000.
Al-Halabi, As-Sumain. Al-Dar Al-Masun Fi Ilmi Al-Maknun. Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000. Tt.
As-Sowi, Ahmad Bin Muhammad. Hasyiyah As-Sowi Ala Tafsir Jalalain Juz 2. Libanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah. 2007.
Al-Maliki, Abu Muhammad Makkibin Abi Tholib Al-Andalusi. Al-Hidayah Ila Bulughi An-Nihayah Fi Ilmi Ma'ani Al-Qur'an. Mesir: Majmu'atul Al-Buhus. Tt.
As-Sa'idi, Abdurrohman Bin Nasir Bin Abdulloh. Tafsir As-Sa'idi Fi Tafsiri Kalami Al-Manan. Maktabah: Muasisu Ar-Risalah. 1417.
Al-Jashos, Muhamad. Ahkam Al-Qur'an Li Ibni Jashos. Maktabah Tsamila: Versi 20.000.
Al-Husaini, Sihabuddin Mahmud Bin Muhammad. Rouhul Ma'ani Fitafsiri Al-Qur'an. Bairut: Dar Al-Kutub Ilmiyah. 1415.
Munawwir, Ahmad Warshon. Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif. 1997.
Al-Maroghi, Ahmad Musthofa. Mufrodat Al-Qur'an Li Syaih Al-Maroghi. Maktabah Tsamila: Versi 20.000.
Ziyad, Ibrohim Musthofa Dan Ahmad. Mu'jam Al-Wasith. Maktabah: Dar Ad-Dakwah.
Ridlo, Muhammad Rosyid Ali. Tafsir Al-Mannar. Mesir: Al-Hai'ahal-Misriyyah. 1990.
Al-Andalusi, Abu Muhammad Abdul Haq Bin Gholib Bin Abdurrohman. Al-Muharror Al-Wajiz. Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000.
Syofi, Muhammad bin Adburrohim. Al-Jadwal fi I'robil Qur'an. Damaskus: Dar Ar-Rosyid. 1376.
As-Samarqondi, Abu Lais Nasr Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Ibrohim.  Bahrul 'Ulum. Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000.




[1] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah wa Syariat Wa Manhaj, (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 176.
[2] Abdurrohman Al-Juzairi, Al-Fiqh Ala Madzahibi Al-'Arbah, (Bairut: Dar Al-Kutub, 2001), hlm: 219. Lihat: كتاب الجهاد علي المذاهب الاربعة
[3] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar At-Thobari, Jami' Al-Bayan Fi Takwil Al-Qur'an, (Bairut: Dar Al-Kutub, 2000), hlm: 219 Lihat: قال أبو جعفر: يعني بذلك جل ذكره: إنّ الذين صَدَّقوا بالله وبرسوله وبما جاء به
[4] As-Sumain Al-Halabi, Al-Dar Al-Masun Fi Ilmi Al-Maknun, (Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000, tt), hlm: 500. Lihat: وتكريرُ الموصولِ بالنسبةِ إلى الصفاتِ لا الذواتِ
[5] Ahmad Bin Muhammad As-Sowi, Hasyiyah As-Sowi Ala Tafsir Jalalain Juz 2, (Libanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2007), hlm: 37. Lihat: انه اذا تعارض امر من امور الدين مع مصالح الدنيا
[6] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar At-Thobari, Jami' Al-.,,, hlm: 358 lihat:واختلف أهل التأويل في صفة "الجهاد" الذي أمر الله نبيه به في المنافقين.
[7] Abu Muhammad Makkibin Abi Tholib Al-Andalusi Al-Maliki, Al-Hidayah Ila Bulughi An-Nihayah Fi Ilmi Ma'ani Al-Qur'an, (Mesir: Majmu'atul Al-Buhus, tt), hlm: 765. Lihat: قال ابن مسعود : الجهاد يكون باليد ، واللسان ، والقلب ، فإن لم يستطع فليكفهِّر في وجهه
[8] Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Abu Jakfar At-Thobari, Jami' Al-Bayan .,,, hlm: 219 Lihat: (وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ) الغلظ: نقيض الرأفة، وهي شدة القلب على إحلال الامر بصاحبه
[9] Abdurrohman Bin Nasir Bin Abdulloh As-Sa'idi, Tafsir As-Sa'idi Fi Tafsiri Kalami Al-Manan, (Maktabah: Muasisu Ar-Risalah, 1417), hlm: 802. Lihat: من جمعوا بين الإيمان والجهاد في سبيله
[10] Muhamad Al-Jashos, Ahkam Al-Qur'an Li Ibni Jashos, (Maktabah Tsamila: Versi 20.000, tt), hlm: 171-172. Lihat: (وقوله وجاهدوا باموالكم وأنفسكم في سبيل الله) فأوجب فرض الجهاد بالمال والنفس جميعا
[11] Sihabuddin Mahmud Bin Muhammad Al-Husaini, Rouhul Ma'ani Fitafsiri Al-Qur'an (Bairut: Dar Al-Kutub Ilmiyah, 1415), hlm: 210-211. Lihad: العدو وهو ثلاثة أضرب مجاهدة العدو الظاهر كالكفار ومجاهدة الشيطان ومجاهدة النفس
[12] Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),  hlm: 445.
[13] Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Mufrodat Al-Qur'an Li Syaih Al-Maroghi, (Maktabah Tsamila: Versi 20.000, tt), hlm: 123-124.
[14] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir.,,,hlm: 176.
[15] Ibid.,,,hlm: 52. dan Ibrohim Musthofa Dan Ahmad Ziyad, Mu'jam Al-Wasith, (Maktabah: Dar Ad-Dakwah, tt), hlm:  142. Lihat: ( جاهد ) العدو مجاهدة وجهادا قاتله  . dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 765
[16] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 388. Lihat: وَجاهَدُوا من الجهد: وهو المشقة فِي سَبِيلِ اللَّهِ لإعلاء دينه
[17] Ibrohim Musthofa Dan Ahmad Ziyad, Mu'jam .,,, hlm:  142. dan Muhammad Rosyid Ali Ridlo, Tafsir Al-Mannar, (Mesir: Al-Hai'ahal-Misriyyah, 1990), hlm: 255. Lihat: وَأَمَّا الْمُجَاهَدَةُ فَهِيَ مِنَ الْجُهْدِ وَهُوَ الْمَشَقَّةُ ، وَلَيْسَ خَاصًّا بِالْقِتَالِ
[18] Ibid.,,,dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,  hlm: 445.
[19] Abu Muhammad Abdul Haq Bin Gholib Bin Abdurrohman Al-Andalusi, Al-Muharror Al-Wajiz, (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 390. Lihat: وقال الأصمعي : « إذ اقترن حرف النفي بالرجاء كان بمعنى الخوف
[20] Muhammad Bin Jarir .,,,hlm: 219 Lihat:  رَحمه الله"، أي: يطمعون أن يرحمهم الله
[21] Ibrohim Musthofa Dan Ahmad Ziyad, Mu'jam Al-Wasith.,,,hlm:  342.
[22] Muhammad bin Adburrohim Syofi, Al-Jadwal fi I'robil Qur'an, (Damaskus: Dar Ar-Rosyid, 1376), hlm. 400. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,,  hlm: 445
[23] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 370. Lihat: وَعَشِيرَتُكُمْ أقرباؤكم ذوو القرابة القريبة. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,,  hlm: 235
[24] Ibid.,,, hlm: 76.
[25] Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir, .,,  hlm: 333
[26] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii.,,, hlm: 294.
[27] Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,,hlm: 445
[28] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii .,,, hlm: 112.
[29] Idem.,,, hlm: 50.
[30] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir.,,,hlm: 392.
[31] Ibid.,,, hlm: 390.
[32] Ibid.,,, hlm: 390. Lihat: وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ بالانتهار والمقت، والغلظة: الخشونة و في المعاملة وهي ضدّ اللين. الْمَصِيرُ المرجع.
[33] Ibid.,,, hlm: 390.
[34] Abul Al-Baqo' Abdulloh Bin Husain Bin Abdulloh Al-'Akbari, At-Tibyan Fi .,,, hlm: 655. Dan Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 445
[35] Abul Al-Baqo' Abdulloh Bin Husain Bin Abdulloh Al-'Akbari, At-Tibyan .,,, hlm: 390. Lihat: أَحَدُهَا : أَنَّهَا وَاوُ الْحَالِ ، وَالتَّقْدِيرُ : افْعَلْ ذَلِكَ فِي حَالِ اسْتِحْقَاقِهِمْ جَهَنَّمَ
[36] Abu Lais Nasr Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Ibrohim  As-Samarqondi, Bahrul 'Ulum,  (Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 390. Lihat: { واغلظ عَلَيْهِمْ } ، يعني : أشدد عليهم
[37] Wahbah bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir .,,, hlm: 557.
[38] Ahmad Warshon Munawwir, Al-Munawwir.,,, hlm: 226.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar