Halaman

Liat Siapa مزكي احمد

Kamis, 03 Oktober 2013

ILMU MANTIQ LAFAD KULLI




BAB  I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya perkembangan ilmu logika dengan berbagai model, masing-masing  ahli ilmu logika ini mempunyai ciri has dalam mengembangkan fan ini.
Ucapan atau lafadz yang keluar sebagai alat percakapan untuk memahamkan lawan bicara atau sebaliknya, adalah sangat bermacam macam. Semua itu karena dilatarbelakangi dengan tujuan atau maksud orang yang berkata.
Dari sini, sangat diperlukan pengelompokan ungkapan demi memilah dan memisahkan dari satu dengan yang lain. Agar tidak terjadi salah pemahaman atau salah persepsi dari sebuah ungkapan.
.
B.            Rumusan Masalah
1.        Apa sajakah pembahasan-pembahasan Ilmu Mantiq?
2.        Apa sajakah lafadz-lafadz yang dibahas dalam Ilmu Mantiq?
3.        Apakah bisa macam-macam lafadz kulli?
C.            Tujuan Pembahasan
1.        Untuk mengetahui sajakah pembahasan-pembahasan Ilmu Mantiq.
2.        Untuk mengetahui lafadz-lafadz yang dibahas dalam Ilmu Mantiq.
3.        Untuk mengetahui macam-macam lafadz kulli.


BAB  II
PEMBAHASAN

A.           MABAHITS ILMU AL-MANTIQ
1.             Pengertian Mabahits Ilmu Al-Mantiq
Pengertian Mabahits Ilmu Al-Mantiq adalah beberapa materi yang dibahas dalam ilmu mantiq. Pada dasarnya, pembahasan Ilmu Mantiq jika dilihat dari arti mantiq itu sendiri tidak mempunyai patokan pembahasan kecuali retorika-retorika makna dalam memahami makna sebuah ungkapan. Diantaranya, qoul syarih, hujjah dan tatacara peletakan hujjah. Padahal,untuk memahami ungkapan tidak harus dengan sebuah lafadz, akan tetapi makna itu sendiri. Namun, karena segala percakapan itu mayoritas dengan ungkapan tatabahasa maka ahli mantiqpun ahirnya membagi pembahasan mantiq ini dengan sub bab tertentu supaya mudah untuk memahami ilmu mantiq.[1]
2.             Pembagian Pembahasan Ilmu Mantiq
Oleh karena pembahasan ilmu mantiq adalah beberapa pemahaman dan pemahaman itu sangat erat kaitanya dengan lafadz, maka pembahasan Ilmu Mantiq bisa diklarifikasi pada Qoul Syarih, Hujjah dan tatacara peletakan hujjah.[2]
a.    Qoul Syarih
Qoul Syarih adalah kata atau ungkapan yang jelas. Berangkat dari konsep tasawur, Ilmu Mantiq membuat istilah qoul syareh untuk segala sesuatu yang mendatangkan pada tasawur. Artinya sebuah ungkapan yang tidak menisbahkan dengan sifat atau sesuatu lain. Seperti ketika kita mendengar orang bilang "gunung". Secara otomatis ada persepsi dalam otak perihal pengertian gunung.[3]
b.   Hujjah
Hujjah adalah ungkapan yang mendatangkan pada tasdiiq, atau lebih dekenal dengan argumentasi atau konsep pemikiran ketika mendengar sebuah perkataan. Jadi, ketika kita mendengar ungkapan "Bahrudin buruk", maka akan secara otomatis terkonsep dalam benak kita akan keburukan-keburukan Bahrudin dari segi ahlaq atau dari segi fisik.[4]
c.    Cara Mendatangkan Makna
Kaifiyatu Tartibul Makna atau cara mendatangkan makna yang berurutan agar mudah difahami adalah cara kita untuk mendatangkan makna, agar sesuai dengan yang kita kehendaki guna memahamkan pendengar atau muhotob.
B.            MABAHITS AL-ALFADZ
Mabahits (مباحث) adalah bentuk jamak dari kata mufror mabhastun (مبحث) yang berupa isim makan (lafadz yang menunjukkan arti tempat) dengan arti tempat pembahasan. Mabahitsul alfaadz (مباحث الألفاظ) ilmu mantiq adalah beberapa tempat penelitian lafad-lafadz yang dibahas dalam ilmu mantiq, dari segi lafadz itu sendiri, baik berupa lafadz yang bersusun, lafad yang berdiri sendiri atau lafadzd yang menunjukkan makna ganda.[5]
Pada dasarnya, kata-kata yang keluar dari mulut itu ada kalanya tidak punya makna (اللفظ المهمل) dan ada yang punya makna (اللفظ المستعمل).
1.        Lafadz Muhmal
Lafadz Muhmal adalah kata yang disepakati oleh ahli bahasa tidak mempunyai arti. Artinya, jika kata itu dipakai berbicara, dalam perbincangan mereka tidak faham. Sedangkan yang dimaksud ahli bahsa disini adalah pemakai bahasa itu sendiri atau orang yang sedang berbincang-bincang itu. Maka walaupun lafadz yang mempunyai arti oleh ahli bahasa lain bukan termasuk lafadz muhmal.[6]
Contoh kata "ulakdanung", "ai lop piyu" ini adalah lafadz muhmal bagi orang jawa, terutama orang jawa yang tidak faham dengan bahasa itu. Akan tetapi tidak bagi orang inggris atau orang jawa gaul yang sudah faham dengan istilah "ai lop piyu"
2.        Lafadz Musta'mal
Lafadz musta'mal adalah lafadz atau kata yang sudah disepakati ahli bahasa menunjukkan arti (اللفظ المستعمل). Artinya, selain lafadz muhmal itu adalah lafadz mustakmal.[7]
Contoh kata "ai lop piyu" diatas adalah kalimat mustakmal bila dipakai oleh orang yang menggunakan bahasa inggris atau bagi orang jawa namun sudah sering memakai istilah itu.
Para ahli mantiq, membagi lafadz mustakmal ini menjadi dua bagian besar. Yakni, lafadz yang tersusun (والمركّب) dan lafadz yang berdiri sendiri (المفرد). Pembagian ini dilihat dari susunan lafadz itu sebagai petunjuk dari makna yang terkandung dari susunan itu sendiri.[8]
a.         Lafad Murokab
Lafad murokab adalah rangkaian suku kata, yang sebagian dari kata itu dapat menunjukkan makna dari bagian makna rangkaian kata tersebut. Misalnya kata "perpustakaan STAIN", "mahasiswa usuludin", "baru rajin" dan lain-lain. Rangkaian kata "baru rajin" adalah susunan dari kata "baru" (nama samaran) adalah nama orang dan kata "rajin" mempunyai arti sendiri. Bagian makna dari kata "baru" dan kata  "rajin" ini menunjukkan rangkaian kata "baru rajin".[9]
Berbeda dengan rangkaian kata "Tulung~agung", "Ahmad Muzaki", nama salah satu mahasiswa Usuludin ini, tidak bisa dimasukkan dalam kategori lafadz murokab walaupun berupa rangkaian duan suku kata. Sebab, rangkaian kata "Ahmad Muzaki" ini sudah menjadi nama seseorang, meskipun kata "Ahmad" dan kata "Muzaki" mempunyai makna sediri-sendiri, akan tetapi makna ahmad tidaklah menunjukkan bagian tubuh seorang muzaki. Misalkan ahmad menujukkan tubuh muzaki bagian kanan serta muzaki menunjukkan makna tubuh sebagian lainnya. Jadi, sangat jelas dapat dibedakan antara susunan kata berupa "Baru rajin" dengan susunan "Ahmad Muzaki".
Lafadz murokab ini dibagi menjadi dua bagian, yakni    
b.        Lafad Mufrod
Lafadz mufrod adalah lawan dari murokab. Artinya, sebagian dari kata itu tidak menunjukkan bagian dari makna itu sendiri. Jadi, walaupun kata itu berupa susunan atau rangkaian beberapa kata, bila bagian katanya tidak menunujukkan makna rangkaian tersebut disebut kata mufrod. Misalnya kata "motor", maknanya adalah alat transportasi. Kata "mo" tidak mempunyai makna sendiri, dan kata "tor" juga tidak menunjukkan arti sendiri.
Perlu diketahui, rangkaian kata yang menjadi tendensi murokab dan mufrodnya sebuah rangkaian dalam ilmu mantiq ini adalah rangkaian makna dari sebuah kata, bukan rangkaian kata seperti yang didefinisikan ahli tatabahasa.[10]
Lafadz mufrodz dibagi menjadi dua. Yakni, lafad mufrod juz'i (جُزْئِيٌّ) dan lafad mufrod kully (كُلِّيٌّ).[11]
1)        Lafad Mufrod Juz'I (جُزْئِيٌّ)
Lafad mufrod juz'I adalah lafadz mufrod yang tidak mungkin mencangkup beberapa unit. Tegasnya, lafadz ini hanya mempunyai satu makna. Seperti kata "muzaki" (nama salah satu mahasiswa usuludin) ini tidaklah bisa diartikan unit lain kecuali muzaki itu sendiri. Hal ini terbukti ketika ada salah satu mahasiswa (teman muzaki) menyuruh temannya (alex) untuk memanggilkan muzaki kedalam kelas "lex, panggilkan muzaki dan ajak dia kesini". Kemudian alex masuk ke dalam kelas tidak bersama muzaki melainkan membawa HPnya muzaki. Padahal keduanya sama-sama kenal dengan muzaki. Dari sini, alex haruslah disalahkan. Sebab kata "muzaki" tidak berarti lain diri muzaki itu sendiri , serta tidak bisa diartikan bagian dari muzaki.
2)         Lafad Mufrod Kully (كُلِّيٌّ)
Lafad Mufrod Kully adalah kebalikan dari lafad mufrod juz'i. Yakni lafadz mufrod yang dapat mencangkup beberapa unir arti yang menyatu. Artinya, jika lafad ini dipikirkan lebih jauh, akan muncul beberapa unit atau cabangan yang bermakna didalamnya. Seperti kata motor, padi, rokok dan lain-lain.[12]
Kata "rokok" ini bila kita fikirkan lebih dalam, pasti muncul cabangan dari rokok itu yang tidak bisa terhindarkan. Karena "rokok" ini ada berupa rokok kretek, rokok filter dan lain sebagainya. Hal ini terbukti, tatakala muzaki membeli rokok di Alfamart, "Mas, saya beli rokok". Secara otomatis, petugas Alfamart balik bertanya "Rokoknya apa mas? Rokok Filter atau  kretek". Dan pertanyaan petugas seperti ini tidaklah bisa disalahkan. Sebab kata "rokok" ini adalah lafadz mufrod yang masih banyak kemungkinan unitnya.
Lafad Mufrod Kully terbagi menjadi tiga. Yaitu Lafad Mufrod Kully dzati, Lafad Mufrod Kully 'aridli dan Lafad Mufrod Kully wasithoh.[13]
a)           Lafad Mufrod Kully dzati
Lafad Mufrod Kully dzati adalah jika arti dari sebuah kata kulli itu termasuk dalam hakikat juz'inya secara melekat. Misalnya kata "ikan", "buah"  dan lain-lain. Kata "buah" mempunyai unit berupa kata rambutan, pisang, anggur dan lain lain. Hakikat dari pisang adalah buah, rambutan adalah buah, anggur juga buah. Jadi ketiganya bisa disebut buah. Hal ini terbukti ketika luna maya memesan anggur satu ons di toko buah milik pak Nazril. Kemudian, selang beberapa saat adik luna maya (Tukul Arwana) datang mengambil anggur yang dipesan oleh luna maya, " pak,, saya mau ambil buahnya luna". Disini tukul arwana memakai Lafad Mufrod Kully dzati dari anggurnya luna maya.[14]
b)           Lafad Mufrod Kully 'aridli
Lafad Mufrod Kully 'aridli adalah jika arti dari sebuah kata kulli itu bukan termasuk dalam hakikat juz'inya secara melekat. Misalnya kata presiden, gubernur, dan lain sebagainya. Jika kata presiden ini dinisbatkan kepada bapak susilo bambang yudoyono maka hakikat kata presiden bukanlah SBY. Meskipun pak sby bisa disebut dengan presiden. Hal ini terbukti pak sby tidak bisa disebut presiden mana kala sudah lenser dari istana Negara (pensiun).
Berbeda lagi bila istilah "hewan" dinisbatkan kepada pak SBY. Kata hewan bagi pak sby adalah Lafad Mufrod Kully dzati. Sebab mulai SBY lahir setatus hewan sudah melekat dan terus sampai mati bisa disebut SBY adalah hewan.
c)           Lafad Mufrod Kully wasithoh
Lafad Mufrod Kully wasithoh adalah ketika ada lafadz kuli yang bukan Lafad Mufrod Kully dzati atau Lafad Mufrod Kully 'aridli. Dengan kata lain, Kully wasithoh adalah lafadz kulli yang mempunyai dua nisbat yang hakikat. Misalnya, kata manusia ini mempunyai dua hakikat. Yakni, manusia sebagai hewan (hayawaniyyah) dan manusia mahluk yang berakal (nathiqiyyah). [15]

C.           MACAM-MACAM LAFADZ KULLI
Sesuai dengan definisi serta pembagian lafad kulli diatas, bisa ditarik kesimpulan lafadz kully adalah lafadz yang masih mempunyai unit atau bagian yang tak terelakkan.
Lafadz kulli bisa dibagi menjadi lima macam lafadz. Yakni, Kulli Jinis, Kulli Fasal, Kulli Nau', Kulli Arodh dan Kulli Khos.
1.        Kulli Jinis
Kulli jinis adalah lafadz Kulli yang mempunyai beberapa jenis, hakikat yang berbeda, dan ketika terdapat persaman, kulli itu patut digunakan sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan. Misalnya kata kendaraan, dengan kata ini kita bisa menyebutkan beberapa unit dari kendaraan itu sendiri, yakni mobil, motor oplet, dan lain sebagainya. Sebab, mobilpada hakkatnya adalah sebuah kendaraan. Motor dan oplet juga sebuah kendaraan.[16]
Kata kendaraan inipun juga bisa dipakai untuk menjawab pertanyaan yang menayakan unitnya. Contoh, ketika Bahrudi ditanya Justin Bieber tentang oplet. "Rud, becak dan ontel itu apa?" Bahrudi cukup menjawab dengan lafad kullyna dari kata becak. "becak adalah kendaraan, ontel juga sebuah kendaraan". Jawaban ini sudah mewakili dari definisi unit kendaraan seperti becak, otel dan lain sebagainya.
Jadi, kendaraan ini adalah kully dari jinis motor, mobil, becak, dan lain lian yang semuanya pada hakikatnya berbeda namun punya kesamaan definisi kendaraan.
Lafadz Kulli jinis ini bisa dibagi menjadi tiga yakni:[17]
a.         Jenis Qorib
Jenis qorib adalah Jenis yang mana dibawahnya tidak ada jenis lagi. Yang ada hanyalah nau'. Misalnya lafadz "Hewan" dibawahnya tidak ada lagi jenis dari hewan, yang ada hanya nau'nya seperti manusia, kerbau kera.
b.        Jenis Ba'id
Jenis ba'id jenis yang dibawahnya masih ada jenis lagi namun diatas jenis itu sudah tidak terdapat jenis lagi. Misalnya kata jauhar atau dzat. Diatas kata jauhar tidak ada lagi jenisnya. Akantetapi dibawahnya masih ada jenisnya seperti jisim, jisim yang berkembang, dan hewan.
Jenis ba'id ini masih bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Yakni:
a)             Satu Tingkatan
Contohnya adalah kata "benda yang berkembang" ini termasuk jenis yang jauh bila dinisbatkan kepada manusia dengan satu peringkat yakni jenis hewan.
b)             Dua Tingkatan
Contohnya adalah kata "jisim" ini termasuk jenis yang jauh dengan selisih dua tingkatan bila dinisbatkan dengan kata manusia. Dua tingkatan itu adalah hewan dan manusia.
c)             Tiga Tingkatan
Contohnya adalah kata "dzat" ini termasuk jenis yang jauh dengan selisih tiga tingkatan bila dinisbatkan dengan kata manusia. Tiga tingkatan itu adalah jisim, hewan dan manusia.
c.         Jenis Mutawasit
Jenis Mutawasit atau wasath adalah jenis yang mana diatas dan di bawahnya masih ada lagi jenisnya. Seperti kata "an-Nami'", ini masih punya jenis diatanya berupa kata jauhar dan masih punya jenis dibawahnya berupa hewan.
2.        Kulli fasal
Kulli fasal adalah yaitu sebagian dari sebuah benda, dzat atau wujud yang sebagian itu menunujkkan kehususan benda tersebut. Karena dengan bagianitu bisa membedakan dengan perkara lain. Serta pantas dipakai jawaban untuk sebuah pertanyaan terhadap bendanya.[18]
Contoh kata "berakal", ini adalah bagian dari wujud kehususan manusia dari hewan lainnya. Sebab manusia termasuk bagian dari hayawan. Serta kata berfikir ini dapat dijadikan sebagai sebuah jawaban dari pertanyaan perihal apa hakikat manusia. Hal ini dikarenakan hanya manusia yang dapat berfikir (hayawan berakal).
Kulli fasal dibagi menjadi dua, kulli fasal ba'id dan kulli fasal qorib.
a.       kulli fasal ba'id seperti contoh diatas, kata "berakal" untuk jenis manusia.
b.      kulli fasal qorib seperti kata "berperasaan" untuk jenis manusia.
3.        Kulli 'arodl
Kulli 'arodl adalah lafadz kulliyang keluar dari hakikat dzat, wujud benda, benda yang dapat dipersesuaikan dengan hakikat wujud itu,  daisamping itu juga dapat disesuaikan dengan yang lain.[19]
Contoh kata bernafas, bagi manusia bernafas jelas bukan hakikat dari definisi manusia sebab hakikat manusia adalah hewan yang dapat berfikir dan bukan hewan yang bisa bernafas. Namun, kata bernafas tentu bisa disandarkan kepada manusia. Hal ini terbukti ketika definisi hewan bernafas adalah bukan manusia saja, karena semua hewan pasti bernafas.
4.        Kulli nau'
Kulli nau' adalah kulli yang mempunyai beberapa hakikat yang sama dan patut dipakai sebuah jawaban dari pertanyaan perihal benda itu sendiri.[20]
Contoh perkataan "manusia" ini mempunyai beberapa hakikat yang sesuai, yakni ngatiyem, bejo, suratmi dan lain-lain. Yang semuanya mempunyai hakikat yang sama yakni hewan yang berakal. Serta bisa dipakai jawaban dari sebuah pertanyaan " apa definisi dari ngatiyem, bejo, suratmi?" kemudian dijawab " ngatiyem, bejo, suratmi itu adalah manusia". Jawaban ini tentu benar dan sudah bisa mewakili dari hakikat ngatiyem, bejo dan suratmi.
5.        Kulli khos
Kulli khos adalah lafad kulli yang di luar dzat,akan tetapi tertentu atau husus dari dzat itu sendiri. Seperti kata "tertawa" bagi manusia adalah hakikat diluar manusia. Namun tertawa adalah perkara yang husus dimiliki oleh manusia karna selain manusia tidak dibisa tertawa.[21]








BAB  III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Pada dasrnya, materi yang ada di dalam pembahsan ilmu mantiq bukan lah tata bahasa, akan tetapi makna-makna yang terkandung dari sebuah ucapan. Makna dari ucapan itu akan dicerna dalam otak untuk membantu memahami hakikat yang sebenarnya. Jadi, ilmu mantiq untuk membentengi sekaligus manjaga dari pemahaman yang salah. Karena memahami sebuah ucapan, dan ucapan sangatlah bermacam-macam model. Maka ahli ilmu mantiq mengklarifikasi ucapan seperti gambar di bawah ini.
1.        Mabahis Alfadz
 











2.       
Ba'id
 
Macam Lafadz Kulli
 











B.            Saran Kajian
Kajian ilmiah ini masih sangat umum dan sederhana, artinya belum memasukkan detailnya perincian dari cabangan dari masing-masing lafadz dan belum mencantumkan beberpa perbedan pendapat ahli ilmu mantiq. Oleh karena itu, alangkah lebih sempurna bila dibahas pula hal-hal yang menyangkut perbedan pendapat ahli ilmu mantiq serta pola pikir para pakar dalam memahami lafad percakapan secara umum.



DAFTAR  PUSTAKA

Al-Blitary, Muhammad Jazuli. Tt. Taqrirat As-Sulam Munawwaroq Fi Ilmi Al-Mantiq. Ngunut: Hidayatul Mubtadi-Ien.
Al-Thusy, Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali. 1997.  Al-Musytasfa Fi Ilmi Usul Bi Muqodimat Ilmi Mantiq. Bairut: Mu'assisatu Ar-Risalah.
As-Sanqithy, Muhammad Amin Bin Al-Muhtar. Tt. Fan Al-Mantiq. Maktabah Tsamilah: Versi 20.000.
As-Syina'ani, Muhammad Bin Isma'il.  1986. Ijabatu Al-Sa'il Syarh. Bughyah,. Bairut: Mu'assisatu Ar-Risalah.
Al-Qurtuby, Abu Muhammad Ali Bin Ahmad Bin Hazm Al-Andalusi.  1900. Al-Taqrib Lihaddi Al-Mantiq. Bairut: Dar Al-Maktabah.
Al-Akhdloriy, Abu Zaid Abdurrohman Bin Muhammad As-Syoghir. Tt. Matan As-Sulam Al-Munawaroq. Maktabah Al-Tsamilah.
Al-Qorofy,  Sihabuddin Ahmad Bin Idris As-Sonhaji. Tt. Syarhu Tanqihul Qoul. Maktabah Tsamilah: Versi 20.000.



[1] Muhammad Jazuli Al-Blitary, Taqrirat As-Sulam Munawwaroq Fi Ilmi Al-Mantiq, (Ngunut: Hidayatul Mubtadi-Ien, tt), hlm: 13. Lihat: اعلام ان المنتق من حيث هو منطقي لا بحث له الا على المعاني
[2] Ibid.,,,
[3] Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali Al-Thusy, Al-Musytasfa Fi Ilmi Usul Bi Muqodimat Ilmi Mantiq, (Bairut: Mu'assisatu Ar-Risalah, 1997), hlm: 66. Lihat: قول شارح لماهية الشيء مصور كنه حقيقته في ذهن السائل
[4] Ibid.,,,
[5] Muhammad Amin Bin Al-Muhtar As-Sanqithy, Fan Al-Mantiq, (Maktabah Tsamilah: Versi 20.000, tt), hlm:13. Lihat:  هو الفحص والتفتيش عن الألفاظ من حيث التركيب والإِفراد ، ونحو ذلك كالكلية والجزئية
[6] Muhammad Bin Isma'il As-Syina'ani, Ijabatu Al-Sa'il Syarhu Bughyah, (Bairut: Mu'assisatu Ar-Risalah, 1986), hlm: 262. Lihat: بالكلمة المستعملة بما وضعت له في اصطلاح التخاطب
[7] Ibid.,,,
[8] Abu Muhammad Ali Bin Ahmad Bin Hazm Al-Andalusi Al-Qurtuby, Al-Taqrib Lihaddi Al-Mantiq, (Bairut: Dar Al-Maktabah, 1900), hlm: 38. Lihat: أن الكلام ينقسم قسمين: مفرد ومركب،
[9] Ibid.,,,
[10] Muhammad Jazuli Al-Blitary, Taqrirat As-Sulam Munawwaroq ,… hlm: 13. Lihat: ولا عبرة بما يعرض لهما من اشتراك اللفظي
[11] Abu Zaid Abdurrohman Bin Muhammad As-Syoghir Al-Akhdloriy, Matan As-Sulam Al-Munawaroq, (Maktabah Al-Tsamilah, tt) hlm: 2. Lihat: وَهْوَ عَلى قِسْمَيْنِ أَعْني المُفْرَدا... كُلِّيٌّ أَوْ جُزْئِيٌّ حَيْثُ وُجِدا
[12] Muhammad Amin Bin Al-Muhtar As-Sanqithy, Fan Al-Mantiq, (Maktabah Tsamilah: Versi 20.000, tt), hlm:13. Lihat: أن المفرد بالاصطلاح المذكور هنا ينقسم إلى قسمين
[13] Muhammad Jazuli Al-Blitary, Taqrirat As-Sulam ,…, hlm: 14.
[14] Ibid.,, hlm: 14. Lihat: يسمى بالكلي الذاتي
[15] Ibid.,,,
[16] Sihabuddin Ahmad Bin Idris As-Sonhaji Al-Qorofy,  Syarhu Tanqihul Qoul, (Maktabah Tsamilah: Versi 20.000, tt), hlm:13. Lihat: الكلي الخارج عن الماهية
[17] Muhammad Jazuli Al-Blitary, Taqrirat As-Sulam Munawwaroq,…hlm: 13. Lihat: جنس ثلاثة اقسام
[18] Ibid.,,,hlm: 13
[19] Ibid.,,,hlm: 13
[20] Ibid.,,,hlm: 13
[21] Ibid.,,,hlm: 14

7 komentar: