PEMIKIRAN
FILSAFAT PLATO
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Plato, nama
yang tidak asing lagi ditelinga kita, hususnya ketika kita membahas tentang
filsafat. Pasti akan muncul nama nama gembong filsafat seperti thales, pythagoras,
socrates dan masih banyak lagi para filsuf besar yang lain. Dipungkiri atau
tidak mereka lah orang orang yang memulai mengucurkan buah pikirannya dengan
tinta emas yang sampai detik ini masih menarik untuk diperdebatkan.
Buah dari
pemikiran plato hampir semuanya buah karya dari gurunya yang bernama sokrates, karena
plato sangat taat dan mengagumi sokrates dibandingkan dengan pengikut sokrates
yang lain. Dia juga berhasil menyempurnakan pemikiran sokrates tentang hakikat
suatu realitas, maka tak heran bila plato senantiasa menampilkan karakter dan
perkatan sang guru sebagai sentral dari topik plato. Namun dalam hal menulis
plato berbalik arah dengan sokrates, plato sangat aktif menuliskan buah
pikirannya. Hal ini terbukti dari pernyataan plato Dalam Surat VII, “pena dan
tinta membekukan pemikiran sejati dalam huruf-huruf yang membisu. Kalau
toh pemikiran itu perlu dituliskan,
bentuk yang paling cocok adalah bentuk percakapan (dialog-dialog)”. Jadi, akan kita bahas semua pemikiran
plato dan bagimana awal kemunculan filsafat plato.
B. Kerangka
masalah:
a) Bagaimana terbentuknya
karekter filsafat yang mendasar dari seorang plato?
b) Apa saja konsep filsafat
yang detelurkan oleh plato?
c) Bagaimana pembiasan konsep dunia
ide, dunia indra dan sistim
polis plato?
C. Bidikan
pembahasan
a) Untuk mengetahui
karekter filsafat yang mendasar dari seorang plato.
b) Untuk mengetahui
konsep filsafat yang detelurkan oleh plato.
c) Untuk mengetahui pembiasan
konsep dunia ide,
dunia indra dan sistim polis plato.
BAGIAN II
PEMBAHASAN
A. Karekter
Filsafat Yang Mendasar Dari Seorang Plato
Untuk mengetahui pola fikir seorang plato, haruslah kita tahu betul
sejarah singkatnya, karena pembentukan pola fikir, perilaku dan karakter
seseorang, pasti takkan pernah luput dengan yang namanya lingkungan yang
menyelimuti dan yang memupuk karakter tersebut. Untuk itu kita bahas secara
singkat mengenai plato. Siapakah plato? Bagaimana asal usul plato? Dan
bagaimana pola fikirnya?
1.
Biografi Plato :
Aristocles,
nama asli dari seorang plato. Lahir pada tahun 248/7 SM di Athena. Putra dari
kalangan bangsawan yunani, yakni Ariston dan ibunya bernama Periktione.
Pendidikan yang layak serta berkecimpung dengan tokoh-tokoh besar Athena pasti
dialami oleh plato sejak masih kecil.[1]
Plato sejak dari kecil dididik oleh pamanya pyrilampes,
ayah kedua plato. Karena, seusai Ariston meninggal, sang ibu (Periktione)
menikah lagi dengan pyrilampes yang tak lain kakak dari ayah kandungnya
Ariston. Selain itu, plato juga dikelilingi para tokoh politik Athena
seperti kharmides, kritiyas dan keponakan ibu plato yang semuanya
termasuk didalam partai aristocrat. Disisi lain, ternyata mereka semua
adalah anggota panitia 30 tyranoi, para pemimpin Athena selama delapan
bulan yang sangat kejam pada tahun 404-403 SM.[2]
2.
Permulaan Terbentuknya Pola
Fikir Plato
Menurut aristoteles, plato juga kental dengan pemikiran krytilos,
filsuf yang berpendapat bahwa dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus
berubah terus menerus, sehinggga pengenalan atau penamaan itu tidaklah mungkin,
karena suatu namapun tidak bisa melekat pada suatu benda, yakni selalu berubah
- ubah. Namun dipungkiri atau tidak, pola fikir plato lebih didominasi oleh Sokrates,
meskipun ayah dan ibu plato (Periktione dan pyrilampes ) tidak
sejalan dengan Sokrates. Hal ini terbukti pada tulisan tulisan plato
yang selalu menyandarkan nama Sokrates sebagai sentral dari topik
dialog-dialog plato yang nanti akan kita bahas secara tuntas.
Plato sejak remaja bercita - cita menjadi seorang
pilitisi, mengikuti jejak mendiang ayahnya. Tapi ternyata, berbalik arah
menjadi seorang ilmuan yang kental dengan filsafat. Semua itu bermula ketika
seorang pemimpin pemerintahan Athena mengungkapkan tuduhannya kepada sokrates
yang mengakibatkan kematian sokrates tanpa salah. Hal ini terbukti pada
surat plato yang menegaskan bahwa kejadian pahit tersebut yang memadamkan
ambisinya sebagai seorang politisi di Athena.[3]
Selain seorang ahli fikir filsafat yang handal, plato
juga sangat mahir dalam bidang sastrawan. Hal ini sangat nampak jelas pada
tulisan - tulisan plato. Contoh yang sangat melekat adalah cirihas plato dalam
menulis dengan bentuk dialog. Dan ini belum pernah ada sastrawan yang menulis
gagasannya lewat sebuah dialog dialog yang sangat unik. Meskipun konteks dialog termasuk tulisan
yang sangat sulit unuk dinilai sebagai karya ilmiyah yang sistematis.[4]
Menurut Muzairi M. Ag, plato belajar filsafat dengan
sokrates selama delapan tahun. [5] akan
tetapi dalam reverensi lain tidaklah begitu jelas seberapa lama plato menimba
ilmu pada Sokrates. Kemudian setelah sokrates meninggal, plato juga
sempat hidup bersama murid Sokrates yang bernama Eukleides meskipun
hanya singkat.
Di dalam surat VII, plato menceritakan bahwa dia
pernah keliling ke Itali, Mesir, Kyrene, Sisilia dan beberapa Negara lain yang
tidak begitu kuat data sejarahnya menurut para ahli. Yang jelas dari perjalanan
itulah, plato bertemu dengan filsus-filsuf hebat seperti pyithagoras,
heracleitos dan pemuda yang dianggap plato sangat cerdas lagi tangkap, dion
namanya. Wal hasil, semua perjalan plato itulah yang melatar belakangi semua
pemikiran plato.[6]
- Konsep Filsafat Yang Ditelurkan Oleh Plato
Kalau kita dicermati, filsafat Plato memiliki tiga
karakteristik, yaitu:
1.
Bersifat Sokrates.
Karena plato sangat mengagumi Sokrates, maka
tak heran jika ternyata Sokrates benar-benar mempengaruhi hidup dan
pemikirannya. Namun, tidak seperti Sokrates, Plato sangat rajin menulis
buku. Maka sudah barang tentu karakter plato dan pola fikir sokrates
bisa dilihat cukup otentik untuk mengetahui buah fikiran mereka. Menurut plato
dalam dialog phaidon dan surat VII, Sokrates adalah orang yang
paling bijak, paling baik, paling jujur dan paling adil dari seluruh zamannya.[7]
Diantara karangan plato adalah Politeia,
Phaidon, dan Karangan yang terakhir, Nomoi (undang-undang) bahkan
belum rampung ditulis saat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia
80 tahun, yang semuanya tidak lepas dari sang guru Sokrates. Melihat
dari karya - karya plato yang tak pernah lepas dari Sokrates,
menunjukkan plato benar - benar ingin Sokrates menjadi immortal dan dia bersumpah
akan selalu setia pada sang gurunya. Karena beralihnya plato dari seorang yang
bercita - cita sebagai politisi dan beralih menjadi filsuf, murni karena
kekecewaan plato kepada kepemerintahan demokratis Negara Athena yang
tidak kondusif sehingga mengakibatkan sang guru Sokrates meninggal. Jadi
analisa negatifnya, bila Sokrates tidak terbunuh, maka plato pun mungkin
tetap sebagai politisi di Negeri Athena dan bahkan plato bukanlah
seorang filsof, namun sebagai politisi negreri Athena meneruskan jejak
ayah ibunya. Dan kejadian itulah yang mengilhami plato untuk membuat system
pemerintahan yang ideal, yakni seorang politisi haruslah mahir dalam hal
fisafat. Dalam dialog Politeia yang oleh banyak ahli sejarah dianggap
sebagai sentral pemikiran plato. fondasi
dari fikiran filsafat plato
sebenarnya mencari hakikat kebenaran antara ilmu yang tetap/ kekal (
Ajaran Parmenides ) dengan
ilmu yang selalu berubah ubah ( Ajaran Herecleitos ). Dari sini muncullah konsep dunia ide dan dunia pengalaman yang semuanya benar namun beda
sudut pandang.
Ilmu yang
didapat dari panca indra disebut dengan ilmu pengalaman dan plato memvonis
pengetahuan pengalaman tidaklah kekal. Artinya selalu berubah - ubah, hal ini
agaknya lebih condong dengan pemikiran krytilos, filsuf yang berpendapat bahwa
dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus berubah terus menerus, sehinggga
pengenalan atau penamaan itu tidaklah mungkin, karena suatu namapun tidak bisa
melekat pada suatu benda, yakni selalu berubah - ubah. Sedangkan ilmu yang diperoleh dari akal masuk dalam
ilmu ide dan sifatnya kekal tidak berubah ubah.[8]
2.
Berbentuk dialog
Dalam Surat VII, Plato menulis, “ pena dan
tinta membekukan pemikiran sejati dalam huruf-huruf yang membisu. Kalau toh pemikiran itu perlu dituliskan, bentuk yang
paling cocok adalah bentuk percakapan (dialog-dialog)”. oleh sebab itu
hampir semua karangan plato berbentuk dialog kecuali dalam Surat Surat
dan Apologia. Plato adalah filsuf pertama dalam sejarah memilih model
dialog guna mengekspresikan buah fikiran filsafatnya.[9]
Boleh jadi model dialog ini pun dipakai oleh plato
karena terilhami dari Sokrates, sebab Sokrates tidak pernah
menulis melainkan sering melakukan percakapan kepada masyarakat Athena untuk mengapresiasikan
pemikiran filsafatnya. Disisi lain, anggapan Plato mengenai filsafat adalah
mencari kebenaran dan kebijakan sesuatu yang lazim dan bisa tercapai bila
ditempuh lewat dialog, diskusi atau percakapan. Karena dalam mencari kebenaran
sangat mustahil jika dilakukan sendirian tanpa kehadiran orang lain, dimana
satu sama yang lain terus ada take and give supaya tercipta suatu kebenaran.[10]
3.
Adanya Mite - Mite
Plato memakai mite - mite untuk menjelaskan hal-hal
yang abstrak dan adiduniawi (misalnya tentang ide-ide, keutamaan, dan nasib jiwa) namun hal ini tidak lah pantas jika
disimpulkan bahwa plato meninggalkan logos.
Menurut plato, mitos tidaklah bertentangan mutlaq
dengan rasio. Karena tidak sedikit mitos yang mengandung ungsur – unsur
kebenaran. Maka dari itu, mitos dapat dipergunakan untuk menguraikan filosofis.
Sebab, adanya kemampuan rasio yang terbatas, dari sinilah peran mitos dimulai
untuk masuk wilayah wilayah yang tidak terdeteksi oleh rasio.[11]
- Filsafat Plato Mengenai Ide - Ide Dan Pengalaman
Ide menurut orang modern adalah suatu gagasan di dalam
fikiran yang sifatnya subjektif, namun ide menurut Plato adalah esensi yang
lebih bersifat objektif. Ada ide yang terlepas dari subjek pikiran, ada ide
yang tidak diciptakan oleh pikiran kita, namun pemikiran tergantung pada ide
ide.
Untuk menggambarkan ide yang dimaksud Plato agaknya
harus dibawa dalam contoh berikut, misalnya “ide yang bagus”, adanya kain
bagus, motor bagus, mobil bagus, rumah bagus, dan lain sebagainya. Selembar
kain, tidak bisa dikatakan bagus karena kain itu, sebab ada kain yang jelek.
Motor tidak bisa dikatakan bagus karena motor itu sendiri, sebab motor juga ada
yang jelek, begitu juga hal - hal bagus lainnya. Yang menyebabkan kain motor
itu disebut bagus karena “ide bagus”. Kenapa? Karena memang adanya suatu ide
yang bagus yang sebagiannya diwujudkan kedalam kain ini, motor ini dan lain
sebagainya, bukan kemurnian bagus yang terdapat dalam benda - benda tadi.
Disisi lain, kain atau motor tadi masih punya sifat lain selain sifat bagus,
misalnya merah, mahal, dan lain lain. Pun pula dengan yang namanya bagus tak
hanya motor dan kain saja, melainkan masih banyak benda lain yang mempunyai
predikat bagus. Jadi, “ide yang bagus” adalah ide bagus itu sendiri secara
sempurna, murni dan tidak tercampur dengan
perkara lain. Jadi motor atau kain yang bagus tadi ketika motor itu rusak atau
kain tadi menjadi jelek maka, ide “yang bagus” tetap ada didalam pikiran kita,
bahkan jika motor atau kain tadi sudah
lenyap tapi ide bagus tetep ada.[12]
Kebalikan dari dunia ide, menurut plato ada lagi dunia
pengalaman, yakni pengetahuan kita yang diperoleh dari panca indra yang
sifatnya tidak tetap atau selalu berubah - ubah. Dan hal ini adalah bayang
bayang dari dunia ide.[13]
Pengetahun yang diperoleh melalui panca indra tidak kekal karena sesuai dengan
objeknya selalu berubah yakni benda benda jasmani. Plato menamakanya doxa ( pendapat
atau opini).[14]
Dunia pengalaman adalah bayangan dari dunia ide.
Penggambaran plato Nampak jelas sekali dalam kasus mitos goa. Orang orang diperumpamakan
tahanan yang dibelenggu dalam goa, yang tidak bisa melihat kebelakang bahkan
keluar, hanya melihat dinding goa. Dan dibelakang tahanan itu ada api yang
menyala nyala. Dan beberapa budak mondar mandir di depan api sambil membawa
benda benda yang bermacam macam. Sehingga memacarkan bayangan benda - benda di dinding
goa tepat di depan para tahanan tadi. Sehingga para tahanan tadi mengira
bayangan - bayangan itu adalah realitas kebenaran. Setelah itu ada satu tahanan
yang lepas dan bisa melihat apa yang sebenarnya dibelakangnya dan bahkan dia
bisa keluar melihat matahari yang merupakan realitas yang sebenarnya. Jadi,
bayang - bayang di dalam goa itu adalah dunia indra atau pengalaman yang selalu
berubah ubah, dan benda - benda tadi adalah realitas kebenaran, begitu pula
matahari yang nampak jelas sebagai realitas yang sebanarnya ( realitas
tertinggi ).[15]
Dari sini kita bisa melihat bahwa plato berhasil
memecahkan persoalan besar sekali dalam filsafat pra Sokratik, yakni
pertentangan antara ilmu yang tetap / kekal
(ajaran Parmenides) dengan
ilmu yang selalu berubah - ubah
(ajaran Herecleitos). Atau bahkan menjembatani teori dari pemikiran krytilos, filsuf yang berpendapat bahwa
dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus berubah terus menerus, sehinggga pengenalan
atau penamaan itu tidaklah mungkin, karena suatu namapun tidak bisa melekat
pada suatu benda yakni selalu berubah - ubah. Menurut plato, ilmu
yang selalu berubah ubah (ajaran Herecleitos) dan teori dari pemikiran krytilos itu sama sama
benar akan tetapi hanya berlaku dalam dunia indrawi saja. Pun pula sebaliknya ilmu yang tetap / kekal (ajaran Parmenides) juga
benar namun hanya bagi dunia ide ide.[16]
- Filsafat plato mengenai jiwa
Filsafat plato mengenai jiwa, rupanya tak ubahnya
dengan dunia ide. Yakni menyempurnakan dari pemikiran sang guru Sokrates.
Sebab, menurut Sokrates masih dipertanyakanya kekekalan jiwa manusia
setelah mati. Apakah hal itu seperti tidur tanpa mimpi ataukah perpindahan ke
dunia yang lebih baik.
Menurut plato jiwa itu seperti halnya dunia ide, kekal
atau abadi. Artinya jiwa tidak akan mati bila jiwa sudah terlepas dari jasat. Pertama,
karena jiwa mengenal ide. Artinya jiwa mempunyai sifat - sifat yang sama dengan
ide. Kedua, jiwa yang menggerakkan diri jiwa sendiri, dan jiwa juga dapat
menggerakkan badan. Oleh karenanya jiwa berfungsi untuk kekekalan jiwa itu
sendiri. Disisi lain plato juga meyakini mitos bahwa jiwa akan diadili setelah
kematian jasat.
- Filsafat Plato Mengenai Negara
Pernyataan plato tentang konsep bernegara sangatlah
jelas dalam tulisanya yang berjudul politeia, politicos dan
karyanya yang terahir nomoi. Menurut plato, tujuan manusuia adalah hidup
yang baik (eudaimonia atau well -being). Untuk hidup yang baik menurut
plato tak kan mungkin bisa jika tidak di dalam Negara (polis). Alasannya,
karena pada hakikatnya manusia kodratnya adalah mahluk social, artinya
kodratnya manusia hidup di dalam Negara (polis). Definisi negatifnya berarti
Negara yang jelek atau buruk, tak akan membuat warganya baik.[17]
Dari sini Nampak jelas bahwa Plato menolak keras pendapat kaum sofi tentang
Negara hanyalah beralaskan adat
kebiasaan (nomos) dan bukan kodrat (physis). Ada beberapa tatanan
suatu Negara bisa dikatakan baik menurutnya, diantaranya :
1.
Perekonomian Negara
Manusia pada kodratnya adalah mahluk sosial, dari
sini manusia tidaklah mungkin hidup
sendiri, bercocok tanam sendiri, membuat baju sendiri, berdagang sendiri dan
lain - lain, jelas tidak mungkin. Oleh karenanya, perlu adanya penghususan
pekerjaan yang bisa memutar pekerjaan tersebut dan bisa memenuhi seluruh
keperluan masing masing. Dalam Negara yang besar menuntut pula kebutuhan yang
besar pula untuk memenuhi seluruh penghuninya. Maka plato juga membuat konsep
peperangan ketika wilayah didalam polis sudah tidak memenuhi seluruh warganya.
Dengan kata lain, Negara tersebut harus merambah ke negara tetangga guna
memenuhi kebutuhan warganya.[18]
2.
Para Penjaga
Konsep tentara yang ditelurkan oleh plato sangatlah
hal baru bagi masyarakat Athena, yang dulunya di Athena tentara adalah seluruh
warga namun menurut plato tentara haruslah orang - orang husus yang terdidik
dalam segala bidang dan dengan seleksi yang sangat ketat pula. Karena ditangan
penjaga - penjaga inilah kemajuan Negara akan berlangsung. Dalam tiga buku
plato sangat jelas sekali bagaimana proses penggodokan para penjaga yang
nantinya memegang estafet kepemimpinan negara, yang intinya para penjaga adalah
orang pilihan yang benar - benar sempurna dalam filsafat, kecerdasan,
keberanian bahkan kesempurnaan pengabdian kepada Negara. Dari sini sangat
Nampak sekali akan cita - cita Plato untuk bembangun nagara yang dipimpin oleh
seorang filsof dan nampak juga sejarah pahit yang pernah dialami sang guru
(sokrates), yang membuat plato ingin merubah politik Athena yang dirasanya
sangat buruk sekali.[19]
3.
Tiga Golongan Dalam Negara
Menurut plato, Negara yang ideal adalah Negara yang
didalamnya terdapat tiga golongan, yakni:
1)
Golongan tertinggi, terdiri dari
orang orang yang memerintah atau yang menduduki politik dalam Negara. Yakni
orang - orang pilihan yang dimaksud oleh plato dengan pendidikan yang ketat dan
seleksi seperti di atas tadi.
2)
Golongan pembantu, terdiri dari
para prajurit, yang tugasnya perang untuk mengamankan Negara dari musuh dan
menjaga kepatuhan warganya akan peraturan Negara.
3)
Golongan rakyat biasa, terdiri
dari petani, pedagang, dan lainya yang bertugas menjaga dan menyuplai
perekonomian Negara.[20]
Plato juga menambah prinsip pokok dari kombinasi
ketiga golongan diatas yakni dengan dasar keadilan dimasing masing elemen.
Karena, landasan keadilan akan menyetabilkan proses bernegara yang ideal tanpa
ada campur tangan dari orang lain.[21]
Plato juga mempunyai gagasan tentang ketidak harusan
anak dari golongan pertama dan kedua harus mengganti kedudukan orang tuanya,
namun harus didasari dengan kompetensi yang dimiliki. Jadi walaupun terlahir
dari golongan ke tiga namun bila mempunyai kompetensi yang mumpuni jelas bisa
menduduki kursi orang - orang golongan kedua atau pertama.[22]
4.
Komunisme dan perkawinan
Plato juga member gagasan banyak selain keadian guna
membersihkan dari yang namanya korupsi. Yakni dengan menyelaraskan perekonomian
bagi para penjaga. Diantaranya tidak diperbolehkan mempunyai harta
pribadi. Karana ketika para penjaga bisa
memperkaya diri pasti akan muncul sifat serakah. Dan hal ini dirasa sangat mempengaruhi
keberlangsungan Negara yang ideal. Tidak itu saja, dalam hal perkawinan para
penjaga diberikan waktu dan kebebasan untuk memenuhi nafsu mereka yang
dibungkus dengan sampul pesta religius. Intinya, plato benar benar menghilangkan
kemungkinan kemungkinan buruk dalam tatanan Negara bila dirasa para penjaga dari
sisi itu bisa menyalah gunakan kekuasaan mereka. Dan masih banyak lagi tatanan
yang menanggulangi kemungkinan itu.[23]
- Pembatasan pembahasan
Jika
filsafat ternyata bisa didefisinikan apa saja, maka tak mungkin kita bisa
membatasi cangkupan dari materi ilmu ini, namun kita bisa membatasi dari filsafat
yang dicetuskan oleh seseorang dengan melihat latar belakang dan argument yang
dipaparkan. Untuk itu, kami disini membatasi materi pembahasan kali ini
pada tokoh filsafat era sokrates husunya sang filsuf Plato. Mulai dari
biografi, sejarah singkat munculnya filsafat plato dan beberapa pemikiran
plato. Dari sini dapat ditarik benang merah, bahwa sangat tidak etis jika pola fiker
plato kita benturkan dengan pola fikir filsuf lain dan dengan latar belakang
lain atau bahkan zaman yang berbeda pula.
BAGIAN III
PENUTUP
- Kesimpulan
Salah satu ajaran filsafat Plato yang terkenal adalah
filsafat tentang dunia ide dan dunia pengalaman. Filsafat ini yang mendasari
seluruh filsafat Plato. Mulai penalaran rasional sebagai metode berpikir dan
pencarian kebenaran, filsafat Plato berhasil memecahkan persoalan besar sekali
dalam filsafat pra Sokratik, sebagai dasar dan pendamping bagi penalaran
rasional.
- Tujuan Dan Sasaran Memahami Filsuf
Plato.
Dipungkiri atau tidak, bahwa sebenarnya umat islam
sangat kental akan filsafat Yunani yang didominasi oleh Plato dan muridnya,
Aristoteles. Baik pandangan Ibn Sina, Ibn Rusyd, atau yang lain. Semuanya
nyaris hanya membela pandangan Plato atau Aristoteles. Kadang-kadang mereka
terlibat untuk mengkompromikan kedua pandangan tokoh ini, dan bahkan mencoba
mengkompromi-kan Islam dengan pandangan kedua filosof Yunani tersebut. Karena
itu, tepat sekali apa yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun yang menyatakan bahwa
para pemikir islam hanyalah para penjiplak. Artinya, apa yang mereka tulis itu
bukan merupakan pemikiran mereka sendiri, melainkan pemikiran-pemikiran yang
dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya.
Namun apa salahnya jika itu tak bertentangan dengan
faham agama kita. Setidaknya kita tahu mana filsafat yang murni keluar dari
perut islam dan mana yang bukan. Banyak sekali konsep pemikiran plato yang
bagus dan hingga saat ini kita tidak terasa
mengadopsi pemikiran itu. Diantaranya, tentang metodologi dialog, system
kenegaraan dan masih banyak lagi. Yang semuanya Nampak kabus diselimuti dengan
pluralisme agama.
- Saran Kajian
Banyak sekali berita yang belum kami peroleh dari
kajian ini, terutama filsafat plato mengenai agama, rumah tangga dan masih
banyak lagi. Mungkin solusi dari permasalahn tersebut, bisa kita lihat langsung
tulisan tulisan teks asli Plato. Karena, tidak mustahil jika kita ambil instan
dari kajian ilmiah yang notabenya tulisan itu murni dari pandangan penulis,
yang belum tentu sama dengan apa yang dikehendaki Plato sendiri, maka akan
terjadi kesalahan fahaman.
DAFTAR RUJUKAN
Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani,
Yogyakarta: Kanisius,1999
Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras,
2009)
Poedjawijatna, Pembimbing Kearah Filsafat,
Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak
Thales Sampai Capra, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
[1] Muzairi,
M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[2] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 115
[3] Ibid,
[4] Ibid,
[5] Muzairi,
M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[6] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 115
[7] Ibid,124
[8] Prof. I.
R. Poedjawijatna, Pembimbing Kearah Filsafat (rineka cipta, 2005), 32
[9]
Damanhuri, M.ag., idealisme plato (Pdf, 2009), 4
[10] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 117
[11] Ibid,
128
[12] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 118
[13] Muzairi,
M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[14] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 119
[15] Ibid,
121. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, filsafat
umum akal dan hati sejak thales sampai capra, (bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2004), 58
[16] Ibid,
119
[17]
Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[18] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 124
[19] Ibid,
125
[20]
Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 66
[21] Prof.
Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 124
[22] Ibid,
126
[23] Ibid,
126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar