Halaman

Liat Siapa مزكي احمد

Jumat, 22 Maret 2013

filsafat umum


PEMIKIRAN FILSAFAT PLATO

BAGIAN  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Plato, nama yang tidak asing lagi ditelinga kita, hususnya ketika kita membahas tentang filsafat. Pasti akan muncul nama nama gembong filsafat seperti thales, pythagoras, socrates dan masih banyak lagi para filsuf besar yang lain. Dipungkiri atau tidak mereka lah orang orang yang memulai mengucurkan buah pikirannya dengan tinta emas yang sampai detik ini masih menarik untuk diperdebatkan.
Buah dari pemikiran plato hampir semuanya buah karya dari gurunya yang bernama sokrates, karena plato sangat taat dan mengagumi sokrates dibandingkan dengan pengikut sokrates yang lain. Dia juga berhasil menyempurnakan pemikiran sokrates tentang hakikat suatu realitas, maka tak heran bila plato senantiasa menampilkan karakter dan perkatan sang guru sebagai sentral dari topik plato. Namun dalam hal menulis plato berbalik arah dengan sokrates, plato sangat aktif menuliskan buah pikirannya. Hal ini terbukti dari pernyataan plato Dalam Surat VII, “pena dan tinta membekukan pemikiran sejati dalam huruf-huruf yang membisu. Kalau toh  pemikiran itu perlu dituliskan, bentuk yang paling cocok adalah bentuk percakapan (dialog-dialog)”. Jadi, akan kita bahas semua pemikiran plato dan bagimana awal kemunculan filsafat plato.
B.       Kerangka masalah:
a)      Bagaimana terbentuknya karekter filsafat yang mendasar dari seorang plato?
b)      Apa saja konsep filsafat yang detelurkan oleh plato?
c)      Bagaimana pembiasan konsep dunia ide, dunia indra dan sistim polis plato?
C.      Bidikan pembahasan
a)      Untuk mengetahui karekter filsafat yang mendasar dari seorang plato.
b)      Untuk mengetahui konsep filsafat yang detelurkan oleh plato.
c)      Untuk mengetahui pembiasan konsep dunia ide, dunia indra dan sistim polis plato.



BAGIAN  II
PEMBAHASAN

A.    Karekter Filsafat Yang Mendasar Dari Seorang Plato
Untuk mengetahui pola fikir seorang plato, haruslah kita tahu betul sejarah singkatnya, karena pembentukan pola fikir, perilaku dan karakter seseorang, pasti takkan pernah luput dengan yang namanya lingkungan yang menyelimuti dan yang memupuk karakter tersebut. Untuk itu kita bahas secara singkat mengenai plato. Siapakah plato? Bagaimana asal usul plato? Dan bagaimana pola fikirnya?
1.    Biografi Plato :
Aristocles, nama asli dari seorang plato. Lahir pada tahun 248/7 SM di Athena. Putra dari kalangan bangsawan yunani, yakni Ariston dan ibunya bernama Periktione. Pendidikan yang layak serta berkecimpung dengan tokoh-tokoh besar Athena pasti dialami oleh plato sejak masih kecil.[1]
Plato sejak dari kecil dididik oleh pamanya pyrilampes, ayah kedua plato. Karena, seusai Ariston meninggal, sang ibu (Periktione) menikah lagi dengan pyrilampes yang tak lain kakak dari ayah kandungnya Ariston. Selain itu, plato juga dikelilingi para tokoh politik Athena seperti kharmides, kritiyas dan keponakan ibu plato yang semuanya termasuk didalam partai aristocrat. Disisi lain, ternyata mereka semua adalah anggota panitia 30 tyranoi, para pemimpin Athena selama delapan bulan yang sangat kejam pada tahun 404-403 SM.[2]
2.    Permulaan Terbentuknya Pola Fikir Plato
Menurut aristoteles, plato juga kental dengan pemikiran krytilos, filsuf yang berpendapat bahwa dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus berubah terus menerus, sehinggga pengenalan atau penamaan itu tidaklah mungkin, karena suatu namapun tidak bisa melekat pada suatu benda, yakni selalu berubah - ubah. Namun dipungkiri atau tidak, pola fikir plato lebih didominasi oleh Sokrates, meskipun ayah dan ibu plato (Periktione dan pyrilampes ) tidak sejalan dengan Sokrates. Hal ini terbukti pada tulisan tulisan plato yang selalu menyandarkan nama Sokrates sebagai sentral dari topik dialog-dialog plato yang nanti akan kita bahas secara tuntas.
Plato sejak remaja bercita - cita menjadi seorang pilitisi, mengikuti jejak mendiang ayahnya. Tapi ternyata, berbalik arah menjadi seorang ilmuan yang kental dengan filsafat. Semua itu bermula ketika seorang pemimpin pemerintahan Athena mengungkapkan tuduhannya kepada sokrates yang mengakibatkan kematian sokrates tanpa salah. Hal ini terbukti pada surat plato yang menegaskan bahwa kejadian pahit tersebut yang memadamkan ambisinya sebagai seorang politisi di Athena.[3]
Selain seorang ahli fikir filsafat yang handal, plato juga sangat mahir dalam bidang sastrawan. Hal ini sangat nampak jelas pada tulisan - tulisan plato. Contoh yang sangat melekat adalah cirihas plato dalam menulis dengan bentuk dialog. Dan ini belum pernah ada sastrawan yang menulis gagasannya lewat sebuah dialog dialog yang sangat unik. Meskipun konteks dialog termasuk tulisan yang sangat sulit unuk dinilai sebagai karya ilmiyah yang sistematis.[4]
Menurut Muzairi M. Ag, plato belajar filsafat dengan sokrates selama delapan tahun. [5] akan tetapi dalam reverensi lain tidaklah begitu jelas seberapa lama plato menimba ilmu pada Sokrates. Kemudian setelah sokrates meninggal, plato juga sempat hidup bersama murid Sokrates yang bernama Eukleides meskipun hanya singkat.
Di dalam surat VII, plato menceritakan bahwa dia pernah keliling ke Itali, Mesir, Kyrene, Sisilia dan beberapa Negara lain yang tidak begitu kuat data sejarahnya menurut para ahli. Yang jelas dari perjalanan itulah, plato bertemu dengan filsus-filsuf hebat seperti pyithagoras, heracleitos dan pemuda yang dianggap plato sangat cerdas lagi tangkap, dion namanya. Wal hasil, semua perjalan plato itulah yang melatar belakangi semua pemikiran plato.[6]
  1. Konsep Filsafat Yang Ditelurkan Oleh Plato
Kalau kita dicermati, filsafat Plato memiliki tiga karakteristik, yaitu:
1.      Bersifat Sokrates.
Karena plato sangat mengagumi Sokrates, maka tak heran jika ternyata Sokrates benar-benar mempengaruhi hidup dan pemikirannya. Namun, tidak seperti Sokrates, Plato sangat rajin menulis buku. Maka sudah barang tentu karakter plato dan pola fikir sokrates bisa dilihat cukup otentik untuk mengetahui buah fikiran mereka. Menurut plato dalam dialog phaidon dan surat VII, Sokrates adalah orang yang paling bijak, paling baik, paling jujur dan paling adil dari seluruh zamannya.[7] Diantara karangan plato adalah  Politeia, Phaidon, dan Karangan yang terakhir, Nomoi (undang-undang) bahkan belum rampung ditulis saat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia 80 tahun, yang semuanya tidak lepas dari sang guru Sokrates. Melihat dari karya - karya plato yang tak pernah lepas dari Sokrates, menunjukkan plato benar - benar ingin Sokrates menjadi immortal dan dia bersumpah akan selalu setia pada sang gurunya. Karena beralihnya plato dari seorang yang bercita - cita sebagai politisi dan beralih menjadi filsuf, murni karena kekecewaan plato kepada kepemerintahan demokratis Negara Athena yang tidak kondusif sehingga mengakibatkan sang guru Sokrates meninggal. Jadi analisa negatifnya, bila Sokrates tidak terbunuh, maka plato pun mungkin tetap sebagai politisi di Negeri Athena dan bahkan plato bukanlah seorang filsof, namun sebagai politisi negreri Athena meneruskan jejak ayah ibunya. Dan kejadian itulah yang mengilhami plato untuk membuat system pemerintahan yang ideal, yakni seorang politisi haruslah mahir dalam hal fisafat. Dalam dialog Politeia yang oleh banyak ahli sejarah dianggap sebagai sentral pemikiran plato. fondasi dari fikiran filsafat plato sebenarnya mencari hakikat kebenaran antara ilmu yang tetap/ kekal ( Ajaran Parmenides ) dengan ilmu yang selalu berubah ubah ( Ajaran Herecleitos ). Dari sini muncullah konsep dunia ide dan dunia pengalaman yang semuanya benar namun beda sudut pandang.
Ilmu yang didapat dari panca indra disebut dengan ilmu pengalaman dan plato memvonis pengetahuan pengalaman tidaklah kekal. Artinya selalu berubah - ubah, hal ini agaknya lebih condong dengan pemikiran krytilos, filsuf yang berpendapat bahwa dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus berubah terus menerus, sehinggga pengenalan atau penamaan itu tidaklah mungkin, karena suatu namapun tidak bisa melekat pada suatu benda, yakni selalu berubah - ubah. Sedangkan ilmu yang diperoleh dari akal masuk dalam ilmu ide dan sifatnya kekal tidak berubah ubah.[8]
2.      Berbentuk dialog
Dalam Surat VII, Plato menulis, “ pena dan tinta membekukan pemikiran sejati dalam huruf-huruf yang membisu. Kalau toh  pemikiran itu perlu dituliskan, bentuk yang paling cocok adalah bentuk percakapan (dialog-dialog)”. oleh sebab itu hampir semua karangan plato berbentuk dialog kecuali dalam Surat Surat dan Apologia. Plato adalah filsuf pertama dalam sejarah memilih model dialog guna mengekspresikan buah fikiran filsafatnya.[9] 
Boleh jadi model dialog ini pun dipakai oleh plato karena terilhami dari Sokrates, sebab Sokrates tidak pernah menulis melainkan sering melakukan percakapan kepada masyarakat Athena untuk mengapresiasikan pemikiran filsafatnya. Disisi lain, anggapan Plato mengenai filsafat adalah mencari kebenaran dan kebijakan sesuatu yang lazim dan bisa tercapai bila ditempuh lewat dialog, diskusi atau percakapan. Karena dalam mencari kebenaran sangat mustahil jika dilakukan sendirian tanpa kehadiran orang lain, dimana satu sama yang lain terus ada take and give supaya tercipta suatu kebenaran.[10]
3.      Adanya Mite - Mite
Plato memakai mite - mite untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan adiduniawi (misalnya tentang ide-ide, keutamaan, dan nasib jiwa) namun hal ini tidak lah pantas jika disimpulkan bahwa plato meninggalkan logos.
Menurut plato, mitos tidaklah bertentangan mutlaq dengan rasio. Karena tidak sedikit mitos yang mengandung ungsur – unsur kebenaran. Maka dari itu, mitos dapat dipergunakan untuk menguraikan filosofis. Sebab, adanya kemampuan rasio yang terbatas, dari sinilah peran mitos dimulai untuk masuk wilayah wilayah yang tidak terdeteksi oleh rasio.[11]
  1. Filsafat Plato Mengenai Ide - Ide Dan Pengalaman
Ide menurut orang modern adalah suatu gagasan di dalam fikiran yang sifatnya subjektif, namun ide menurut Plato adalah esensi yang lebih bersifat objektif. Ada ide yang terlepas dari subjek pikiran, ada ide yang tidak diciptakan oleh pikiran kita, namun pemikiran tergantung pada ide ide.
Untuk menggambarkan ide yang dimaksud Plato agaknya harus dibawa dalam contoh berikut, misalnya “ide yang bagus”, adanya kain bagus, motor bagus, mobil bagus, rumah bagus, dan lain sebagainya. Selembar kain, tidak bisa dikatakan bagus karena kain itu, sebab ada kain yang jelek. Motor tidak bisa dikatakan bagus karena motor itu sendiri, sebab motor juga ada yang jelek, begitu juga hal - hal bagus lainnya. Yang menyebabkan kain motor itu disebut bagus karena “ide bagus”. Kenapa? Karena memang adanya suatu ide yang bagus yang sebagiannya diwujudkan kedalam kain ini, motor ini dan lain sebagainya, bukan kemurnian bagus yang terdapat dalam benda - benda tadi. Disisi lain, kain atau motor tadi masih punya sifat lain selain sifat bagus, misalnya merah, mahal, dan lain lain. Pun pula dengan yang namanya bagus tak hanya motor dan kain saja, melainkan masih banyak benda lain yang mempunyai predikat bagus. Jadi, “ide yang bagus” adalah ide bagus itu sendiri secara sempurna, murni dan  tidak tercampur dengan perkara lain. Jadi motor atau kain yang bagus tadi ketika motor itu rusak atau kain tadi menjadi jelek maka, ide “yang bagus” tetap ada didalam pikiran kita, bahkan jika motor atau  kain tadi sudah lenyap tapi ide bagus tetep ada.[12]
Kebalikan dari dunia ide, menurut plato ada lagi dunia pengalaman, yakni pengetahuan kita yang diperoleh dari panca indra yang sifatnya tidak tetap atau selalu berubah - ubah. Dan hal ini adalah bayang bayang dari dunia ide.[13] Pengetahun yang diperoleh melalui panca indra tidak kekal karena sesuai dengan objeknya selalu berubah yakni benda benda jasmani. Plato menamakanya doxa ( pendapat atau opini).[14]
Dunia pengalaman adalah bayangan dari dunia ide. Penggambaran plato Nampak jelas sekali dalam kasus mitos goa. Orang orang diperumpamakan tahanan yang dibelenggu dalam goa, yang tidak bisa melihat kebelakang bahkan keluar, hanya melihat dinding goa. Dan dibelakang tahanan itu ada api yang menyala nyala. Dan beberapa budak mondar mandir di depan api sambil membawa benda benda yang bermacam macam. Sehingga memacarkan bayangan benda - benda di dinding goa tepat di depan para tahanan tadi. Sehingga para tahanan tadi mengira bayangan - bayangan itu adalah realitas kebenaran. Setelah itu ada satu tahanan yang lepas dan bisa melihat apa yang sebenarnya dibelakangnya dan bahkan dia bisa keluar melihat matahari yang merupakan realitas yang sebenarnya. Jadi, bayang - bayang di dalam goa itu adalah dunia indra atau pengalaman yang selalu berubah ubah, dan benda - benda tadi adalah realitas kebenaran, begitu pula matahari yang nampak jelas sebagai realitas yang sebanarnya ( realitas tertinggi ).[15]
Dari sini kita bisa melihat bahwa plato berhasil memecahkan persoalan besar sekali dalam filsafat pra Sokratik, yakni pertentangan antara ilmu yang tetap / kekal (ajaran Parmenides) dengan ilmu yang selalu berubah - ubah (ajaran Herecleitos). Atau bahkan menjembatani teori dari pemikiran krytilos, filsuf yang berpendapat bahwa dunia kita tidaklah tetap, namun akan terus berubah terus menerus, sehinggga pengenalan atau penamaan itu tidaklah mungkin, karena suatu namapun tidak bisa melekat pada suatu benda yakni selalu berubah - ubah. Menurut plato, ilmu yang selalu berubah ubah (ajaran Herecleitos) dan teori dari pemikiran krytilos itu sama sama benar akan tetapi hanya berlaku dalam dunia indrawi saja. Pun pula sebaliknya ilmu yang tetap / kekal (ajaran Parmenides) juga benar namun hanya bagi dunia ide ide.[16]
  1. Filsafat plato mengenai jiwa
Filsafat plato mengenai jiwa, rupanya tak ubahnya dengan dunia ide. Yakni menyempurnakan dari pemikiran sang guru Sokrates. Sebab, menurut Sokrates masih dipertanyakanya kekekalan jiwa manusia setelah mati. Apakah hal itu seperti tidur tanpa mimpi ataukah perpindahan ke dunia yang lebih baik.
Menurut plato jiwa itu seperti halnya dunia ide, kekal atau abadi. Artinya jiwa tidak akan mati bila jiwa sudah terlepas dari jasat. Pertama, karena jiwa mengenal ide. Artinya jiwa mempunyai sifat - sifat yang sama dengan ide. Kedua, jiwa yang menggerakkan diri jiwa sendiri, dan jiwa juga dapat menggerakkan badan. Oleh karenanya jiwa berfungsi untuk kekekalan jiwa itu sendiri. Disisi lain plato juga meyakini mitos bahwa jiwa akan diadili setelah kematian jasat.
  1. Filsafat Plato Mengenai Negara
Pernyataan plato tentang konsep bernegara sangatlah jelas dalam tulisanya yang berjudul politeia, politicos dan karyanya yang terahir nomoi. Menurut plato, tujuan manusuia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well -being). Untuk hidup yang baik menurut plato tak kan mungkin bisa jika tidak di dalam Negara (polis). Alasannya, karena pada hakikatnya manusia kodratnya adalah mahluk social, artinya kodratnya manusia hidup di dalam Negara (polis). Definisi negatifnya berarti Negara yang jelek atau buruk, tak akan membuat warganya baik.[17] Dari sini Nampak jelas bahwa Plato menolak keras pendapat kaum sofi tentang Negara hanyalah beralaskan  adat kebiasaan (nomos) dan bukan kodrat (physis). Ada beberapa tatanan suatu Negara bisa dikatakan baik menurutnya, diantaranya :
1.      Perekonomian Negara
Manusia pada kodratnya adalah mahluk sosial, dari sini  manusia tidaklah mungkin hidup sendiri, bercocok tanam sendiri, membuat baju sendiri, berdagang sendiri dan lain - lain, jelas tidak mungkin. Oleh karenanya, perlu adanya penghususan pekerjaan yang bisa memutar pekerjaan tersebut dan bisa memenuhi seluruh keperluan masing masing. Dalam Negara yang besar menuntut pula kebutuhan yang besar pula untuk memenuhi seluruh penghuninya. Maka plato juga membuat konsep peperangan ketika wilayah didalam polis sudah tidak memenuhi seluruh warganya. Dengan kata lain, Negara tersebut harus merambah ke negara tetangga guna memenuhi kebutuhan warganya.[18]
2.      Para Penjaga
Konsep tentara yang ditelurkan oleh plato sangatlah hal baru bagi masyarakat Athena, yang dulunya di Athena tentara adalah seluruh warga namun menurut plato tentara haruslah orang - orang husus yang terdidik dalam segala bidang dan dengan seleksi yang sangat ketat pula. Karena ditangan penjaga - penjaga inilah kemajuan Negara akan berlangsung. Dalam tiga buku plato sangat jelas sekali bagaimana proses penggodokan para penjaga yang nantinya memegang estafet kepemimpinan negara, yang intinya para penjaga adalah orang pilihan yang benar - benar sempurna dalam filsafat, kecerdasan, keberanian bahkan kesempurnaan pengabdian kepada Negara. Dari sini sangat Nampak sekali akan cita - cita Plato untuk bembangun nagara yang dipimpin oleh seorang filsof dan nampak juga sejarah pahit yang pernah dialami sang guru (sokrates), yang membuat plato ingin merubah politik Athena yang dirasanya sangat buruk sekali.[19]
3.      Tiga Golongan Dalam Negara
Menurut plato, Negara yang ideal adalah Negara yang didalamnya terdapat tiga golongan, yakni:
1)      Golongan tertinggi, terdiri dari orang orang yang memerintah atau yang menduduki politik dalam Negara. Yakni orang - orang pilihan yang dimaksud oleh plato dengan pendidikan yang ketat dan seleksi seperti di atas tadi.
2)      Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit, yang tugasnya perang untuk mengamankan Negara dari musuh dan menjaga kepatuhan warganya akan peraturan Negara.
3)      Golongan rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang, dan lainya yang bertugas menjaga dan menyuplai perekonomian Negara.[20]
Plato juga menambah prinsip pokok dari kombinasi ketiga golongan diatas yakni dengan dasar keadilan dimasing masing elemen. Karena, landasan keadilan akan menyetabilkan proses bernegara yang ideal tanpa ada campur tangan dari orang lain.[21]
Plato juga mempunyai gagasan tentang ketidak harusan anak dari golongan pertama dan kedua harus mengganti kedudukan orang tuanya, namun harus didasari dengan kompetensi yang dimiliki. Jadi walaupun terlahir dari golongan ke tiga namun bila mempunyai kompetensi yang mumpuni jelas bisa menduduki kursi orang - orang golongan kedua atau pertama.[22]
4.      Komunisme dan perkawinan
Plato juga member gagasan banyak selain keadian guna membersihkan dari yang namanya korupsi. Yakni dengan menyelaraskan perekonomian bagi para penjaga. Diantaranya tidak diperbolehkan mempunyai harta pribadi.  Karana ketika para penjaga bisa memperkaya diri pasti akan muncul sifat serakah. Dan hal ini dirasa sangat mempengaruhi keberlangsungan Negara yang ideal. Tidak itu saja, dalam hal perkawinan para penjaga diberikan waktu dan kebebasan untuk memenuhi nafsu mereka yang dibungkus dengan sampul pesta religius. Intinya, plato benar benar menghilangkan kemungkinan kemungkinan buruk dalam tatanan Negara bila dirasa para penjaga dari sisi itu bisa menyalah gunakan kekuasaan mereka. Dan masih banyak lagi tatanan yang menanggulangi kemungkinan itu.[23]
  1. Pembatasan pembahasan
Jika filsafat ternyata bisa didefisinikan apa saja, maka tak mungkin kita bisa membatasi cangkupan dari materi ilmu ini, namun kita bisa membatasi dari filsafat yang dicetuskan oleh seseorang dengan melihat latar belakang dan argument yang dipaparkan. Untuk itu, kami disini membatasi materi pembahasan kali ini pada tokoh filsafat era sokrates husunya sang filsuf Plato. Mulai dari biografi, sejarah singkat munculnya filsafat plato dan beberapa pemikiran plato. Dari sini dapat ditarik benang merah, bahwa sangat tidak etis jika pola fiker plato kita benturkan dengan pola fikir filsuf lain dan dengan latar belakang lain atau bahkan zaman yang berbeda pula.
BAGIAN  III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Salah satu ajaran filsafat Plato yang terkenal adalah filsafat tentang dunia ide dan dunia pengalaman. Filsafat ini yang mendasari seluruh filsafat Plato. Mulai penalaran rasional sebagai metode berpikir dan pencarian kebenaran, filsafat Plato berhasil memecahkan persoalan besar sekali dalam filsafat pra Sokratik, sebagai dasar dan pendamping bagi penalaran rasional.
  1. Tujuan Dan Sasaran Memahami Filsuf Plato.
Dipungkiri atau tidak, bahwa sebenarnya umat islam sangat kental akan filsafat Yunani yang didominasi oleh Plato dan muridnya, Aristoteles. Baik pandangan Ibn Sina, Ibn Rusyd, atau yang lain. Semuanya nyaris hanya membela pandangan Plato atau Aristoteles. Kadang-kadang mereka terlibat untuk mengkompromikan kedua pandangan tokoh ini, dan bahkan mencoba mengkompromi-kan Islam dengan pandangan kedua filosof Yunani tersebut. Karena itu, tepat sekali apa yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun yang menyatakan bahwa para pemikir islam hanyalah para penjiplak. Artinya, apa yang mereka tulis itu bukan merupakan pemikiran mereka sendiri, melainkan pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya.
Namun apa salahnya jika itu tak bertentangan dengan faham agama kita. Setidaknya kita tahu mana filsafat yang murni keluar dari perut islam dan mana yang bukan. Banyak sekali konsep pemikiran plato yang bagus dan hingga saat ini kita tidak terasa  mengadopsi pemikiran itu. Diantaranya, tentang metodologi dialog, system kenegaraan dan masih banyak lagi. Yang semuanya Nampak kabus diselimuti dengan pluralisme agama.
  1. Saran Kajian
Banyak sekali berita yang belum kami peroleh dari kajian ini, terutama filsafat plato mengenai agama, rumah tangga dan masih banyak lagi. Mungkin solusi dari permasalahn tersebut, bisa kita lihat langsung tulisan tulisan teks asli Plato. Karena, tidak mustahil jika kita ambil instan dari kajian ilmiah yang notabenya tulisan itu murni dari pandangan penulis, yang belum tentu sama dengan apa yang dikehendaki Plato sendiri, maka akan terjadi kesalahan fahaman.



DAFTAR  RUJUKAN

Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius,1999

Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009)

Poedjawijatna, Pembimbing Kearah Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004




[1] Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[2] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 115
[3] Ibid,
[4] Ibid,
[5] Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[6] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 115
[7] Ibid,124
[8] Prof. I. R. Poedjawijatna, Pembimbing Kearah Filsafat (rineka cipta, 2005), 32
[9] Damanhuri, M.ag., idealisme plato (Pdf, 2009), 4
[10] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 117
[11] Ibid, 128
[12] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 118
[13] Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[14] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 119
[15] Ibid, 121.  Prof. Dr. Ahmad Tafsir, filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, (bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004), 58
[16] Ibid, 119
[17] Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 65
[18] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 124
[19] Ibid, 125
[20] Muzairi, M. Ag, Filsafat Umum (Yogyakarta, Teras, 2009), 66
[21] Prof. Dr. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Kanisius,1999) 124
[22] Ibid, 126
[23] Ibid, 126

Tidak ada komentar:

Posting Komentar