BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ulum Al-Qur'an
adalah fan yang membahas tentang segala hiruk pikuk ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an.
Baik dari segi bacaannya, sejarah, maupun penulisan tata bahasa, atau bahkan
kaitan Al-Qur'an dengan fan lain.
Satu ayat atau surat, belum tentu bisa disentuh
seluruh ulmulquran secara tersendiri. Karena ada beberapa ayat ulumul quran
yang membahas dari sudut global seperti ilmu adab tilawah Al-Qur'an. Dan ada
juga yang dalam suatu ayat atau bahkan satu surat, tidak tersentuh satu fan pun
dari Ulum Al-Qur'an. Seperti surat Wal-'Asri, surat ini sama sekali tidak
tersentuh denga ilmu amsal Al-Qur'an. Karena dalam ayat ini tidak terdapat
suatu perumpamaan sama sekali.
Sebagai pengejauwantahan bidang Ulum Al-Qur'an, kami akan membahas surat Wa
Al-Asri sebagi penerapan Ulum Al-Qur'an
itu sendiri. Sejauh manakah surat tersebut bisa terbahas dengan Ulum Al-Qur'an. Apakah hanya satu ilmu,
atau bahkan semua Ulum Al-Qur'an
bisa menyentuh surat Wa Al-Asri ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu surat wal asri?
2.
Ulum Al-Qur'an apa saja yang
menyentuh surat Wa Al-Asri?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui surat wal asri.
2.
Untuk mengetahui cabang-cabang Ulum
Al-Qur'an apa saja yang menyentuh surat Wa Al-Asri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Surat Wa Al-'Asri
Alloh
berfirman :
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya:
1. (Aku Alloh bersumpah )Demi masa (waktu asar).
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian (yang amat besar).
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan saling nasehat menasehati di dalam kebenaran dan saling nasehat
menasehati di dalam menetapi kesabaran.
1.
Penamaan Surat Wa Al-'Asri
Penamaan sebuah benda pastilah ada keterkaitan benda
itu dengan namanya, baik dari ciri, wujud, bentuk atau subtansi dari benda
bernama tersebut. Penamaan Surat Al-'Asri ini, dikarenakan adanya sumpah (Qosam)
Alloh dengan lafadz Wa Al-'Asri
dipermulaan surat yang berbunyi وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسانَ لَفِي خُسْرٍ . Al'asri adalah
masa atau waktu asar.[1] Ada
lagi pendapat bahwa penamaan surat ini didasari adanya kata Wa Al'asri di
permulaan surat. Dan wawunya tetap di ikutkan karena I'rob Hikayah (pengambilan
langsung teks aslinya).[2]
2.
Jumlah Ayat Surat Wa Al-'Asri
Jumlah ayat surat Wa Al-'Asri, ulama' terjadi
perbedaan pendapat dalam penghitungannya. Menurut Al-Imam Al-Mu'adal dan Al-Imam
Qotadah, jumlah ayatnya adalah tiga ayat, 14 kalimat dan 68 huruf. Pendapat
inilah yang disetujui oleh mayoritas ulama'. Dan ada sebagian ulama' yang
menghitungnya 4 ayat dengan menjadikan ayat Al-Haq (وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ) menjadi
kesatuan ayat yang berdiri sendiri.[3]
Dan surat al-Asri adalah satu satunya surat yang terdiri dari tiga ayat yang
menyebutkan huruf wawu sebanyak 10 kali.[4]
B.
Ulumul Qur'an Surat Wa Al-'Asri
Dari sekian cabang-cabang ulumul quran, ada beberapa
ilmu Al-Qur'an yang menyentuh Surat Al-'Asri. Diantaranya adalah:
1.
Ilmu Al-Makiy Wa Al-Madaniy
Ilmu Al-Makiy
Wa Al-Madaniy adalah ilmu yang di dalamnya membahas perihal penggolongan
ayat-ayat Al-Qur'an dari sisi giografis Makah dan Madinah, baik mengikuti ulama'
yang memandang pengelompokanya dari sisi sasaran ayat (khitob), lokasi
diturunkannya ayat dan ada juga ulama' yang melihat dari waktu turunya ayat
tersebut.[5]
Surat Al-'Asri dilihat dari Ilmu Al-Makiy Wa
Al-Madaniynya ulama' terjadi perbedaan pendapat. Menurut Imam Qotadah dan Imam
Maqotil surat ini adalah surat Madaniyah, dengan melihat turunya ayat ini,
untuk ditujukan kepada orang Madinah. Sedangkan menurut mayoritas ulama' ayat
ini termasuk surat Makiyyah, disebabkan turunnya ayat ini di Makah.[6]
2.
Ilmu Al-Mutasyabihat Wa
Al-Muhkamat
Ilmu Al-Mutasyabihat Wa Al-Muhkamat adalah ilmu yang di dalamnya membahas tentang
kejelasan makna ayat Al-Qur'an. Apabila ayat Al-Qur'an maknanya diketahui jelas
dan bisa kuat untuk berdiri sendiri tanpa campur tangan pentakwilan serta bisa
diamalkan karena tidak ada penasahan maka digolongkan pada ayat Muhkamat. Dan
sebaliknya, jika ayat Al-Qur'an itu masih global, membutuhkan takwil, sulit
difahami serta terjadi penasahhan, maka tergolong ayat mutasyabihat.[7]
Dalam ayat ayat surat Wa Al-'Asri ini, ada beberapa
yang memang termasuk ayat mutasyabihat disebabkan adanya kerancauan
objek atau makna yang terkandung di dalam setiap Lafadznya. Diantaranya :
a.
Lafadz وَتَوَاصَوْاْ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْاْ
بِالصَّبْرِ
Adanya pengulangan Lafadz وَتَوَاصَوْاْ dikarenakan adanya perbedaan objek yakni Lafadz {بِالْحَقِّ} untuk
fiil yang pertama, dan lafadz {بِالصَّبْرِ}. Namun ada pendapat lain bahwa, pengngulangan fi'il itu
disebabkan adanya perbedaan subjek (Fail).
b.
Lafadz وَالْعَصْرِ أَنَّ
الإِنسان.
Adanya dua kemungkinan makna yang dimaksud dalam Lafadz al-Insan adalah pertama,
Abu Jahal dan kedua, manusia secara umum, yang termasuk dalam kategori
orang yang rugi.
c.
Lafadz إِلاَّ الَّذِينَ
آمَنُواْ
Adanya dua kemungkinan makna yang dimaksud dalam Lafadz al-ladzi adalah pertama,
shahabat abu bakar as-sidiq dan kedua, manusia secara umum, yang
termasuk dalam kategori orang yang beriman.
d.
Lafadz وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ
Adanya dua kemungkinan makna yang dimaksud dalam failnya Lafadz wa'amilu.
Pertama, adalah shahabat umar RA. dan kedua, manusia secara umum,
yang termasuk dalam kategori orang yang baramal baik.
e.
Lafadz وَتَوَاصَوْاْ
بِالْحَقِّ
Adanya dua kemungkinan makna yang dimaksud dalam failnya Lafadz
watawasyo. Pertama, adalah shahabat utsman bin afan RA. dan kedua,
manusia secara umum, yang termasuk dalam kategori orang yang berwasiat dengan
kebenaran.
f.
Lafadz وَتَوَاصَوْاْ
بِالصَّبْرِ
Adanya dua kemungkinan makna yang dimaksud dalam failnya Lafadz
watawasyo. Pertama, adalah shahabat ali bin abi tholib RA. dan kedua,
manusia secara umum, yang termasuk dalam kategori orang yang berwasiat dengan
kesabaran.[8]
3.
Ilmu Qiroat
Ilmu qiroat
adalah ilmu yang membahas tentang bentuk bentuk bacaan Al-Qur'an yang telah
diterima dari rosululloh dan juga memisahkan mana riwayah qiroah yang bisa
dipandang sah dan tidak.[9]
Surat wAl-'Asri ada banyak perbedaan bacaan dengan riwayat yang berbeda pula.
Diantaranya:
a.
Lafadz وَالْعَصْرِ ini, bisa dibaca kasroh huruf shotnya menjadi وَالْعَصِرِ menurut bacaan dari Qiroah yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Salam.
b.
Lafadz إِنَّ الْإِنْسانَ لَفِي
خُسْرٍ
Lafadz خُسْر menurut jumhur dibaca mati (saknah) huruf sinnya.
Namun menurut qiroahnya imam zaid bin ali, imam Harun dan imam ibnu harmaz yang
diriwaatkan oleh imam 'Asim, huruf sinnya
Lafadz خُسْر bisa dibaca dlommah menjadi خُسِرٍ .
c.
Lafadz وَتَواصَوْا
بِالصَّبْرِ ini, bisa
dibaca kasroh dengan ismam huruf Ba'nya menjadi الصَّبِرِ menurut bacaan yang diriwayatkan oleh Abi
Umar RA.[10]
4.
Ilmu Aqsam Al-Qur'an
Ilmu aqsam Al-Qur'an
adalah ilmu yang di dalamnya membahas tentang arti dan maksud maksud sumpah
yang yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Ada satu sumpah yang terdapat di dalam surat wal asri
ini. Yakni lafat (وَالْعَصْرِ). Huruf qosamnya adalah wawu. Menurut ibnu
abbas: maqsum bih dari lafat asri ini adalah suatu masa 'asar itu sendiri.
Dikatakan bahwa Alloh disisi bukan lah bersumpah dengan hakikat masa,namun
mengira ngirakan lafa robb sebelum lafat asri. Begitu juga pada sumpah sumpah
yang lainnya. Arinya Alloh tidaklah bersumpah pada selain Alloh. Karena disana
ada perkiran mudlof yang dibuang yakni lafat robb.[11]
Menurut al imam ibnu kaisana: asar adalah waktu malam
dan siang, karena malam dan siang biasa digunakan dengan lafat asroni.
Sedangkan menurut al hasan, waktu asar adalah masa setelah tergelincirnya
matahari sampai tengelamnya matahari. Menurut Imam Qotadah, Asar adalah ahir
dari beberpa waktu siang. Bahkan menurut Imam Muqotil, Alloh tidaklah bersumpah
dengan sebuah masa, namun Alloh bersumpah dengan nama sholat, karena sholat
asar adalah sholat Al-Wustho.[12]
Menurut Imam Baghowi, Muqsam Bih-nya lafat Al-Asri
ini berupa badi' takwin yang menunjukkan keagungan dan kemulyaan Alloh.[13]
sedangkan pendapat yang pendapat yang di pakai mayoritas ulama' adalah waktu
asar itu berupa masa anatar tergelincinya matahari sampai terbenamnya matahari.[14]
5.
Ilmu Al-Nasih Wa Al-Mansuh
Ilmu al-Nasih Wa
Al-Mansuh adalah ilmu yang didalamnya membahas ayat ayat yang dianggap mansuh
(dihapus) karena adanya ayat yang datangnya lebih ahir yang menghapusnya.
Para ulamak juga menggolongkan surat surat yang
didalam satu surat terkumpul ayat yang menghapus (an-Nasih) dan ayat yang
dihapus (Al-Mansuh) sebanyak 31 surat. Surat Al-Asri adalah Salah satu surat
yang di dalamnya berkumpul ayat Nasih Dan mansuh.[15]
Pada permulaan surat ini disebutkan bahwa manusia
benar-benar dalam kerugian (إن الانسان لفي خسر). Artinya, manusia sebenarnya sudah di vonis oleh Alloh sebagai
mahluq yang rugi. Namun turunlah ayat yang menghapus hukum bahwa manusia itu
dalam kerugian dengan pengecualian dalam ayat (إلا الذين آمنوا وعملوا
الصالحات) yang menjelaskan
kecuali orang orang yang beriman dan beramal sholih. Jadi, ayat yang menegaskan hukum orang yang rugi dihapus
dengan pengecualian ayat tentang orang yang beriman dan beramal sholih.[16]
6.
Ilmu tafsir Al-Qur'an
Ilmu tafsir Al-Qur'an
adalah ilmu yang membahas tentang penafsiran Al-Qur'an. Dari berbagai ulama',
banyak model penafsiran yang beragam. Diantara contoh penafsiran imam thobari
yang lebih mengedepankan ilmu naql. Artinya, dari seluruh penafsiranya
disandarkan pada riwayat riwayat yang terpercaya. Berikut model penafsiran imam
At-Thobari dalam menafsirkan surat Al-'Asri:
Lafadz والعصر ini para mufasir berbeda pendapat dalam
menafsirinya. Ada tiga kelompok besar dalam mengartikan Lafadz qosam tersebut.
Pertama, al'asri berarti adhru yang bermakna masa. Karena Lafadz al asri
dijadikan qosam sebab asri adalah istilah suatu masa dimana ada pergantian
antara malam dan siang. Ini adalah pendapatnya ibnu abbas zaid bin aslam imam
faro' dan ibnu qutaibah.
Kedua, Al-'Asry berarti Al-'Asiyyu. Isa adalah masa
antara condongnya matahari sampai tenggelamnya matahari. Ini adalah pendapatnya
Imam Al-Hasan dan Qotadah.
Ketiga, Lafadz asri ini berarti sholat asar. Berarti Alloh
bersumpah dengan sholat asar. Jadi bukan sebuah masa atau waktu tertentu
melainkan bentuk sholat, yakni asar.
Inilah model corak tafsir bi riwayah Imam At-Thobari:
تفسير
الطبري 310 - (24 / 612(
تَفْسِيرُ
سُورَةِ (وَالْعَصْرِ)بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْقَوْلُ فِي تَأْوِيلِ قَوْلِهِ تَعَالَى : {وَالْعَصْرِ
إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}.اخْتَلَفَ
أَهْلُ التَّأْوِيلِ فِي تَأْوِيلِ قَوْلِهِ : {وَالْعَصْرِ}. فَقَالَ بَعْضُهُمْ
: هُوَ قَسَمٌ أَقْسَمَ رَبُّنَا تَعَالَى ذِكْرُهُ بِالدَّهْرِ ، فَقَالَ :
الْعَصْرُ : هُوَ الدَّهْرُ.ذِكْرُ مَنْ قَالَ
ذَلِكَ :
38252- حَدَّثَنِي عَلِيٌّ
، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ ، عَنْ
عَلِيٍّ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، فِي قَوْلِهِ : {وَالْعَصْرِ}. قَالَ : الْعَصْرُ
: سَاعَةٌ مِنْ سَاعَاتِ النَّهَارِ. 38253- حَدَّثَنَا ابْنُ
عَبْدِ الأَعْلَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْرٍ ، عَنْ مَعْمَرٍ ، عَنِ
الْحَسَنِ ، {وَالْعَصْرِ}. قَالَ : هُوَ الْعَشِيُّ. وَالصَّوَابُ مِنَ الْقَوْلِ فِي ذَلِكَ : أَنْ
يُقَالَ : إِنَّ رَبَّنَا أَقْسَمَ بِالْعَصْرِ وَالْعَصْرِ اسْمٌ لِلدَّهْرِ ،
وَهُوَ الْعَشِيُّ وَاللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، وَلَمْ يُخَصِّصْ مِمَّا شَمَلَهُ
هَذَا الاِسْمُ مَعْنًى دُونَ مَعْنَى ، فَكُلُّ مَا لَزِمَهُ هَذَا الاِسْمُ ،
فَدَاخِلٌ فِيمَا أَقْسَمَ بِهِ جَلَّ ثَنَاؤُهُ
Bahwa seseungguhnya seluruh anak adam anak cucu adam
pastilah rusak dan serba kekurangan.kalau menurut hadist yang diriwayatkan olh
abu nu'aim dari sayyidina Ali RA. : bahwa manusia benar-benar rugi dari waktu
asar sampai waktu asar lagi.[17]
وَقَوْلُهُ
: {إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ}. يَقُولُ : إِنَّ ابْنَ آدَمَ لَفِي هَلَكَةٍ
وَنُقْصَانٍ.
وَكَانَ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْرَأُ ذَلِكَ : وَإِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ ، وَإِنَّهُ فِيهِ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ. 38254- حَدَّثَنِي عَبْدُ
الأَعْلَى بْنُ وَاصِلٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ الْفَضْلُ بْنُ
دُكَيْنٍ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ ، عَنْ
عَمْرٍو ذِي مَرٍّ ، قَالَ : سَمِعْتُ عَلِيًّا ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْرَأُ
هَذَا الْحَرْفَ : وَالْعَصْرِ وَنَوَائِبِ الدَّهْرِ ، إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ ، وَإِنَّهُ فِيهِ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ.38255- حَدَّثَنَا بِشْرٌ ، قَالَ
: حَدَّثَنَا يَزِيدُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سَعِيدٌ ، عَنْ قَتَادَةَ ، {إِنَّ
الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ}. فَفِي بَعْضِ الْقِرَاءَاتِ : وَإِنَّهُ فِيهِ إِلَى آخِرِ
الدَّهْرِ.38256- حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، عَنْ
سُفْيَانَ ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ ، عَنْ عَمْرِو ذِي مَرٍّ ، أَنَّ عَلِيًّا
رِضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَرَأَهَا : وَالْعَصْرِ وَنَوَائِبِ الدَّهْرِ ، إِنَّ
الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ.38257- حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو ، قَالَ :
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عِيسَى ، وَحَدَّثَنِي الْحَارِثُ
، قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَسَنُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ ، جَمِيعًا عَنِ
ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ ، عَنْ مُجَاهِدٍ ، {إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ}. إِلاَّ
مَنْ آمَنَ.{إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}. يَقُولُ :
إِلاَّ الَّذِينَ صَدَّقُوا اللَّهَ وَوَحَّدُوهُ ، وَأَقَرُّوا لَهُ وَالطَّاعَةِ
، وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ، وَأَدُّوا مَا لَزِمَهُمْ مِنْ فَرَائِضِهِ ،
وَاجْتَنِبُوا مَا نَهَاهُمْ عَنْهُ مِنْ مَعَاصِيهِ.وَاسْتَثْنَى الَّذِينَ
آمَنُوا عَنِ الإِنْسَانِ ، لِأَنَّ الإِنْسَانَ بِمَعْنَى الْجَمْعِ ، لاَ
بِمَعْنَى الْوَاحِدِ.وَقَوْلُهُ : {وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ}. يَقُولُ :
وَأَوْصَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِلُزُومِ الْعَمَلِ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِي
كِتَابِهِ ، مِنْ أَمْرِهِ ، وَاجْتِنَابِ مَا نَهَى عَنْهُ فِيهِ.وَبِنَحْوِ
الَّذِي قُلْنَا فِي ذَلِكَ قَالاَ أَهْلُ التَّأْوِيلِ.ذِكْرُ مَنْ قَالَ ذَلِكَ
:38258- حَدَّثَنَا بِشْرٌ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيدُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا
سَعِيدٌ ، عَنْ قَتَادَةَ ، {وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ}. وَالْحَقُّ : كِتَابُ
اللَّهِ.38259- حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ
ثَوْرٍ ، عَنْ مَعْمَرٍ ، عَنِ الْحَسَنِ ، {وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ}. قَالَ :
الْحَقُّ كِتَابُ اللَّهِ.38260- حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّارٍ
الْكَلاَعِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا خَطَّابُ بْنُ عُثْمَانَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سِنَانٍ أَبُو رَوْحٍ السَّكُونِيُّ حِمْصِيُّ لَقِيتُهُ
بِأَرْمِينِيَّةَ ، قَالَ : سَمِعْتُ الْحَسَنَ يَقُولُ فِي {وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ}. قَالَ : الْحَقُّ : كِتَابُ اللَّهِ.وَقَوْلُهُ : {وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبِرِ}. يَقُولُ : وَأَوْصَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِالصَّبِرِ عَلَى
الْعَمَلِ بِطَاعَةِ اللَّهِ.وَبِنَحْوِ الَّذِي قُلْنَا فِي ذَلِكَ قَالَ أَهْلُ
التَّأْوِيلِ. 38261- حَدَّثَنَا بِشْرٌ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيدُ ، قَالَ :
حَدَّثَنَا سَعِيدٌ ، عَنْ قَتَادَةَ ، {وَتَوَاصَوْا بِالصَّبِرِ}. قَالَ :
الصَّبْرُ : طَاعَةُ اللَّهِ.38262- حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّارٍ
الْكَلاَعِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا خَطَّابُ بْنُ عُثْمَانَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سِنَانٍ أَبُو رَوْحٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ الْحَسَنَ ،
يَقُولُ فِي قَوْلِهِ {وَتَوَاصَوْا بِالصَّبِرِ}. قَالَ : الصَّبْرُ : طَاعَةُ
اللَّهِ.38263- حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ
ثَوْرٍ ، عَنْ مَعْمَرٍ ، عَنِ الْحَسَنِ : {وَتَوَاصَوْا بِالصَّبِرِ}. قَالَ :
الصَّبْرُ : طَاعَةُ اللَّهِ.[18]
7.
Ilmu Badai' Al-Qur'an
Ilmu badai' Al-Qur'an
adalah ilmu yang didalamnya membahas
tentang keindahan-keindahan ayat Al-Qur'an dari sisi kesusastraan bahasa,
keanehandan ketinggian balaghohnya.
Dalam
literatur kitab kitab yang membahas akan keindahan ayat Al-Qur'an, ada beberapa
istilah dalam fan ilmu ini.
Diantaranya adalah penuturan sebagian namun yang dikehendaki keseluruhan (إطلاق البعض
وإرادة الكل). Didalam surat almaun ada keindahan tersendiri,
yakni:
a. Lafadz إِنَّ
الْإِنْسَانَ
Adanya penururan sebagian
manusia namun yang dikehendaki adalah keumumuman manusia. Karena pada permulaan
menuturkan Lafadz insan dengan diberi al, yang artinya manusia secara husus.
Kmudian dengan adanya pengecualian (الاستثناء)
setelah ayat tersebut. Artinya setelah adanya penghususan kemudian diumumkan
dengan pengecualian yang menjadikan pemahaman umum atau manusia secara
keseluruhan tanpa menyebutkan kata kata seluruh manusia.
b. Lafadz لَفِي خُسْرٍ
Disana ada pemahaman adanya
faidah mencela kepada manusia yang kafir (لَفِي خُسْرٍ التنكير للتعظيم،
أي في خسر عظيم) yakni dengan bahaya yang amat besar.
c. Lafadz إِلَّا الَّذِينَ آمَنُو
Adanya pengulangan kaliamat
fiil, yakni Lafadz (إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُو) memberikan pemahaman betapa kuatnya anjuran untuk
saling berwasiat kepada manusia secara umum.
d. Lafadz وَتَواصَوْا بِالْحَقِّ،
وَتَواصَوْا بِالصَّبْرِ
Ada keindahan tata bahasa dari
segi pengulangan kata kerja yang mempunyai faidah memperkuat tuntutan untuk
saling berwasiat antara sesama muslim.
e. Lafadz وَتَواصَوْا بِالصَّبْرِ
Dalam penuturan lafat al sobr
ini juga ada keindahan tata bahasa dari segi penuturan kata husus setelah kata
umum berupa al haq. Karena shobar adalah bagian dari al haq.
Dalam ayat
ini juga terdapat sajak 'afwi, yang tergolong keindahan susunan gaya bahasa
dengan ahiran ayat yang hurufnya sama yakni pengulangan huruf ro'.[19]
8.
Ilmu Munasabah
Ilmu munasabah Al-Qur'an adalah ilmu yang membahas
persesuaian dan keserasian antara suatu ayat didepannya dan sebelunya.
Adanya keserasian surat ini dengan sebelumnya adalah bukti
bahwa Al-Qur'an bukan asal asalan dalam penempatan. Namun memang benar benar
mukjizat dari Alloh. Diantara keserasian suran Al-'Asri dengan surat sebelunya
adalah:
a.
Setelah adanya penuturan tentang
seorang hamba yang tersibukkan dengan hal hal dunia termasuk perkara yang
sangat tercela, kini dalam surat Al-'Asri ini dejelaskan perihal yang
diwajibkan bagi seorang mahluq ciptaan Alloh. Kewajiban hamba sebagi mahluk
dalam surat Al-'Asri ini bisa dikelompokkan dalam dalam dua kategori besar.
Pertama, kewajiban hamba yang sifatnya kembali kepada diri hamba itu sendiri
sebagai wujud menuhankan Alloh tuhan semesta alam. Kewajiban itu adalah beriman
dan beramal sholeh. Kedua, kewajiban yang bersifat kembali kepada diri sendiri
serta kepada halayak umum. Yakni berwasiat untuk menyibukkan diri melakukan
segala bentuk kebajikan dan mencegah diri dari segala sesuatu yang dilarang
oleh syara'.
b.
Surat Al-'Asri ini juga sebagi
surat yang menyimpulkan dari keterangan keterangan surat sebelumnya yakni surat
attakasur:
ãNä39ygø9r& ãèO%s3G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ xx. ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO xx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ xx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ cãrutIs9 zOÅspgø:$# ÇÏÈ ¢OèO $pk¨XãrutIs9 ú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqt Ç`tã ÉOÏè¨Z9$# ÇÑÈ
1. Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu
2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin,
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul
yaqin[1599].
8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Dijelaskan di surat attakasur
tetang orang yang bermagah megahan serta adanya penuturan ayat كَلَّا
سَوْفَ تَعْلَمُونَ,
disurat Al-'Asri ini dijelaskan perihal keadaan-keadan orang yang yermasuk
dalam kategori beriman dan orang yang masuk dalam kategori kafir.[20]
9.
Ilmu I'rob Al-Qur'an
Ilmu I'rob Al-Qur'an
adalah ilmu yang membahas tata bahas Al-Qur'an dan kedudukan kata dalam susunan
kalimat.
a.
Lafadz «وَالْعَصْرِ»
Susunan Lafadz adalah huruf jer
(wawu qosam) dengan majrur berupa kalimat isim mufrod dengan dibaca kasroh
huruf (ر)
sebagia tanda adanya amil jer. Susunan jer majrur ini mempunyai hubungan (تعلق) dengan kalimah fi'il yang wajib dibuang
berupa Lafadz (أقسم).
b.
Lafadz إِنَّ الْإِنْسانَ
Lafadz inna adalah amil nawasih atau amil yang berfungsi merusak susunan
jumlah ismiyahnya. Yakni dengan menjadikan mubtadak sebagai isimnya inna dan
hobarnya mubtadak sebagai hobarnya inna.
c.
Lafadz لَفِي lamnya adalah lam
penguwat.
d.
Lafadz في خُسْرٍ susunan jer majrur yang berkedudukan sebagai hkobarnya
inna
e.
Lafadz إِلَّاhuruf pengecualian (istisna')
f.
Lafadz الَّذِيadalah mustasna, artinya lafat yang
dikecualikan dari lafat (insan) maka kedudukanya I'robnya adalah nasob.
g.
Lafadz ( آمَنُوا)
adalah fi'il madly yang berkedudukan sebagai silahnya lafat alladzi, yang mana
tidak mempunyai kedudukan I'rob dalam ayat tersebut.
h.
Lafadz ( وَعَمِلُوا)
adalah fi'il madly yang kedudukanya sebagai ma'tof dari lafat ( آمَنُوا),
yang mana tidak mempunyai kedudukan I'rob dalam ayat tersebut.
i.
Lafadz الصَّالِحاتِ adalah objek (maf'ul bih) dari kata kerja
( وَعَمِلُوا) maka dibaca nasob dengan tanda kasroh karena berupa jama'
muannas salim.
j.
Lafadz (وَتَواصَوْا) adalah fi'il madly yang kedudukanya
sebagai ma'tof dari lafat ( آمَنُوا)[21]
k.
Lafadz بِالْحَقِّ adalah susunan jer majrur yang mempunyai
hubungan dengan kata kerja berupa lafat (وَتَواصَوْا)
l.
Lafadz وَتَواصَوْا
بِالصَّبْرِ fi'il madly
yang kedudukanya sebagai ma'tof dari lafat ( آمَنُوا)
artinya kedudukanya sama persis dengan lafat (وَتَواصَوْا) sebelunya.[22]
10.
Ilmu Fawatih Al Suwar
Ilmu fawatih Al Suwar adalah ilmu yang mengelompkkan
ayat surat surat dari segi bentuk kalimat yang mengawali sebuah surat.
Dari penggolongan tersebut, ada yang diperinci dari
permulaan surat yang berupa fiil amar, jumlah khobariyah, jumlah ismiyah dan
lain sebagainya. Surat alasri ini tergolong dari 15 ayat yang diawali dengan
kalimat sumpah. Diantara ayat yang diawali sumpah dalam alquran adalah:
a.
Surat Al-Syofaat yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz: {وَالصَّافَّاتِ}
b.
Surat al-Dzariyat yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالذَّارِيَاتِ}
c.
Surat At-Thur yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالطُّورِ}
d.
Surat An-Najm yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالنَّجْمِ}
e.
Surat Al-Mursalat yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالْمُرْسَلاتِ}
f.
Surat An-Nazi'at yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالنَّازِعَاتِ}
g.
Surat At-Thoriq yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ}
h.
Surat Al-Fajr yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالْفَجْرِ}
i.
Surat al-Buruj yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ}
j.
Surat As-Syamsu yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالشَّمْسَ}
k.
Surat Al-lail yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَاللَّيْلِ}
l.
Surat Al-Dhuha yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالضُّحَى}
m.
Surat At-Thin yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz {وَالتِّينِ}
n.
Surat Al-'Adiyat yang diawali
dengan sumpah berupa lafadz
{وَالْعَادِيَاتِ}
o.
Surat Al-'Asry yang diawali dengan
sumpah berupa lafadz [23]{وَالْعَصْرِ}
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Macam
Ulumul Qur'an sangatlah banyak sekali, ada yang ada yang bisa menyentuh sura
wal asri tersendiri ada yang tidak. Diantara Ulumul Qur'an yang bisa beridiri
sendiri membahas surat Wa al-'Asri adalah ilmu i'rob, qiroat dan lain lain. Ulasan
ulumul Al-Qur'an mengenani surat wal asri diatas, juga banyak perbedaan pendapat
dari para ulama' dengan sama-sama dalam satu fan dan satu ayat. Semua ini
dilatar belakangi adanya riwayat yang mereka dapat berbeda antara yang satu
dengan yang lain.
B.
Saran Kajian
Kajian
ilmiah ini masih sangat umum dan sederhana, artinya belum memasukkan detailnya
perincian dari cabangan ulumul quran yang lain. Oleh karena itu, alangkah lebih
sempurna bila dibahas pula hal-hal yang menyangkut penafsiran serta pola pikir
para pakar dalam memahami ayat ayat yang berkaitan dengan suatu ulum Al-Qur'an,
sebagai pengejawantahan mukmin yang kamil.
DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuti, Abdurrohman Bin Kamal Jalaluddin. 1999. Al-Itqon
Fi Ulumil Qur'an. Bairut: Dar Al-Qutub.
Az-Zuhaily, Wahbah Bin Musthofa. Tt. At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah Wa Syariat Wa
Manhaj. Maktabah Al-Tsamilah. Versi 20.000.
Al-Zarkasyi,
Badruddin Muhammad Bin Abdulloh. Tt. Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an. Maktabah
Al-Tsamilah: Versi 20.000.
An-Naisaburi, Nidlomuddin Al-Hasan. Ghoroibul
Al-Qur'an Wa Roghoibul Al-Furqon. Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000.
Al-Zarqoni, Muhammad Abdul Azhim. Tt. Manahilul
'Irfan Fi Ulumil Qur'an. Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000.
Al-Shahudy, Ali Bin Nayyif. Al-Muhadzab Fi Tafsiri
Juz 'Amma. Maktabah Al-Tsamilah:
Versi 20.000.
Al-Habsy, Muhammah. Tt. Al-Qiroah Wa Astariha Fi
Lughoh Wal Ahkam Wa Rosmi Al-Qur'an. Sudan: Jami'ah Al-Qur'an Al-Karim.
Al-Ibyary, Ibrihim. Tt. Al-Mausu'ah Al-Qur'aniyah,
Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000.
Al-Baghowi, Abu Muhammad Al-Husain Bin Mas'ud. Tt. Tafsir
Al-Baghowi. Bairut: Dar Al-Ihya'.
At-Tunisiya, Muhammad Thohir Bin Muhammad. Tt. At-Tahrir
Wa At-Tanwir Fi Tafsiri Kitab Al-Mujid. Tunis: Dar At-Tunisiyah.
Al-Dlohiri, Ali bin Ahmad bin Hazm. 1406. An-Nasih
Wa Al-Mansuh, Bairut: Dar al-Kutub.
Muhammad bin Adburrohim Syofi. 1376. Al-Jadwal fi
I'robil Qur'an. Damaskus: Dar Ar-Rosyid.
Di'as, Qosim Hamidan. 1425. I'robul Qur'anul Kariim.
Damaskus: Dar Al-Munir.
[1]Wahbah
bin Musthofa az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah wa Syariat Wa Manhaj,
(Maktabah al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 390. Lihat: سميت
سورة العصر لقسم اللَّه به في مطلعها بقوله
[2]Ali
Bin Nayyif al-Shahudy, Al-Muhadzab Fi Tafsiri Juz 'Amma, (Maktabah
Al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), hlm: 189.
[3]Nidlomuddin
Al-Hasan An-Naisaburi, Ghoroibul Al-Qur'an Wa Roghoibul Al-Furqon (Maktabah
Al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), Hlm: 390. Lihat: وقال المعدل
وقتادة مدنية حروفها ثمانية
[4]Abdurrohman
Bin Kamal Jalaluddin As-Suyuti, Al-Itqon Fi Ulumil Qur'an (Bairut: Dar
Al-Qutub, 1999) Hlm: 46 lihat: ولا سورة ثلاث آيات فيها عشر واوات إلا والعصر إلى آخرها
[5]Muhammad
Abdul Azhim Al-Zarqoni, Manahilul 'Irfan Fi Ulumil Qur'an, (Maktabah
Al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), Hlm: 139. Lihat: للعلماء في
معنى المكي والمدني ثلاثة اصطلاحات
[6]Ali
Bin nayyif al-Shahudy, Al-Muhadzab Fi Tafsiri Juz ,.. Hlm: 189. Lihat: وعن قتادة
ومجاهد ومقاتل أنها مدنية
[7]Abdurrohman
Bin Kamal Jalaluddin As-Suyuti, Al-Itqon Fi Ulumil ,...Hlm: 46.
[8]Majiddin
Abu Thohir Muhammad Bin Ya'qub Al-Fairuzy, Bashoiru Dzawi At-Tamyiz Fi
Lathoifi Kitab Al-Aziz, (Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), Hlm: 390.
Lihat: المتشابهات:قوله: {وَتَوَاصَوْاْ بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْاْ بِالصَّبْرِ}
[9]Muhammah
al-Habsy, Al-Qiroah Wa Astariha Fi Lughoh Wal Ahkam Wa Rosmi Al-Qur'an,
(Sudan: Jami'ah Al-Qur'an Al-Karim,tt), hlm: 45.
[10]Ibrihim
Al-Ibyary, Al-Mausu'ah Al-Qur'aniyah, (Maktabah Al-Tsamilah: Versi
20.000, Tt), Hlm: 39. Lihat: بكسر الباء ،
إشماما
[11]Abu
Muhammad Al-Husain Bin Mas'ud Al-Baghowi, Tafsir Al-Baghowi, (Bairut:
Dar Al-Ihya', TT), Hlm. 522. Lihat: قِيلَ:
أَقْسَمَ بِهِ لِأَنَّ فِيهِ عِبْرَةً لِلنَّاظِرِ
[12]Ibid.
[13]Ibid.,
[14]Muhammad
Thohir Bin Muhammad At-Tunisiya, At-Tahrir Wa At-Tanwir Fi Tafsiri Kitab
Al-Mujid, (Tunis: Dar At-Tunisiyah,
Tt.), Hlm: 464. Lihat: وأشهر
إطلاق لفظ العصر
[15]Badruddin Muhammad Bin Abdulloh
Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an, (Maktabah Al-Tsamilah:
Versi 20.000, Tt), Hlm: 390. Lihat:
[16]Ali
bin Ahmad bin Hazm Al-Dlohiri, An-Nasih Wa Al-Mansuh, (Bairut: Dar
al-Kutub, 1406), Hlm. 188
[17] Abu
Jakfar Muhammad Bin Jarir At-Thobari, Tafsir At-thobari, (Libanon: Dar al-Kutub
Ilmiyah, Tt), hlm: 612.
[18] Ibid.,,.
[19]Wahbah
Bin Musthofa Az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah Wa Syariat Wa Manhaj,
(Maktabah Al-Tsamilah: Versi 20.000, Tt), Hlm: 390. Lihat : سجع
عفوي غير متكلف، وهو من المحسنات البديعية
[20]Wahbah
Bin Musthofa Az-Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir Fii Aqidah Wa Syariat ,...hlm: 390. Lihat: مناسبتها لما قبلها:لما بيّن في السورة المتقدمة
[21]Muhammad
bin Adburrohim Syofi, Al-Jadwal fi I'robil Qur'an, (Damaskus: Dar
Ar-Rosyid, 1376), Hlm. 400. Lihat: الإعراب(والعصر) متعلّق بفعل محذوف تقديره أقسم
[22]Qosim
Hamidan Di'as, I'robul Qur'anul Kariim, (Damaskus: Dar Al-Munir, 1425),
Hlm.467.
[23]Badruddin Muhammad Bin Abdulloh
Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an, (Maktabah Al-Tsamilah:
Versi 20.000, Tt), Hlm: 390. Lihat: الاستفتاح
بالقسم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar